Pintu kamarnya diketuk oleh seseorang sebelum pintu itu terbuka menampilkan sosok ibunya dengan susu ditangan kanannya, "Suamimu kemari tadi," ucap wanita itu memberikan susu yang biasa ia dapatkan sebelum tidur.
"Apa yang dia lakukan?" tanyanya, ia mengambil susu itu dan meneguknya langsung.
"Ia mencarimu. Ia menyesal melakukan itu padamu" ucap Nyonya Park, Dara menatap ibunya. Ia menghabiskan susu putih ditangannya dan berbaring. Tangannya dengan otomatis menyentuh perut ratanya.
"Apa yang kau katakan padanya?" tanya Dara lagi, ia bahkan tak menatap ibunya kini. Nyonya Park menghela nafas lalu mengusap rambut anak perempuannya.
"Aku tidak mengatakan bahwa kau ada disini, tapi aku juga tidak mengatakan bahwa kau tidak ada disini. Aku yakin dia akan kemari besok atau lain waktu" ucap Nyonya Park, "Pertengkaran disebuah hubungan itu wajar, ini hanya sebuah masalah kecil. Ia mengaku salah karena telah menuduhmu yang tidak-tidak. Ia benar-benar terlihat menyesal" ucap Nyonya Park.
"Ia lebih memilih teman wanitanya itu dibanding aku istrinya. Bagaimana bisa aku memaafkannya begitu cepat? Ia bahkan membutuhkan waktu selama satu bulan untuk mencariku" ucap Sandara, "Lagi pula ia hanya membuatku kesal. Aku tidak tahu apa yang membuatku setuju menikahinya 7 tahun yang lalu" ucap Sandara dengan nada kesal.
Nyonya park tersenyum, "Aku tak memintamu untuk memaafkannya dengan cepat, hanya beri dia kesempatan untuk bisa membuktikan bahwa dirinya memang benar menyesal" ucap Nyonya Park, Dara menatapnya lalu menggeleng.
"Aku membutuhkan waktu yang lebih lama mom, kau bisa beristirahat sekarang, aku ingin tidur" ucap sandara menarik selimutnya. Nyonya Park tersenyum hangat pada sosok anak perempuannya, ia mencium pelipis putrinya dan pergi dari kamar.
Dara menatap langit-langit saat ibunya tak lagi dikamarnya. Satu bulan ini ia tinggal di rumah kedua orang tuanya. Sejak ia memutuskan untuk menghilang dari kehidupan Kwon Jiyong, suaminya. Sejak ia memutuskan untuk tidak lagi berkomunikasi dengannya.
Ponselnya berdering, dengan malas Dara mengambilnya dan melihat nama Bom dilayarnya, "Yeobseo" ini kali pertama setelah satu bulan ia mengangkat panggilan dari teman terdekatnya. Selama satu bulan ini ia benar-benar menghilang dari radar semua orang.
"Kau tidak mengatakan padaku bahwa kau adalah kekasih Mr. Kwon?!" Dara diam mematung, dari mana gadis itu tahu bahwa ia istri Jiyong? Apakah Seungri mengatakannya? "tadi sore Mr. Kwon menghubungiku dan menanyakan keberadaanmu. Dimana kau sebenarnya Park Sandara?!" tanya Bom dengan suara keras. Ia terdengar marah sekarang.
"Aku sedang ingin sendiri, Bom. Apa saja yang pria itu katakan?" tanya Dara, gadis itu membenci Kwon Jiyong tapi sesuatu dalam dirinya sangat mencintai suaminya.
"Ia hanya bertanya tentang dirimu dan menjelaskan gosip yang beredar itu tidak benar. Sejak kapan kau berkencan dengannya?" tanya Bom kini lebih tenang,
Sandara beradu argumen dengan dirinya sendiri, apakah ia harus mengatakannya pada temannya ini? "7 tahun yang lalu kami menikah secara diam-diam" ucap Sandara pelan, kilasan balik tentang kebahagiaan yang ia alami bersama Kwon Jiyong mulai berputar diotaknya. Hari dimana ia tak lagi sendiri saat liburan musim panas dan musim dingin.
Mereka terlihat bahagia di dalam ingatan Sandara, ini adalah kali pertama mereka bertengkar dengan masalah yang besar. Mereka memang terbiasa bertengkar namun hanya beberapa hari sebelum Jiyong kembali padanya dan menggodanya agar mau memaafkannya.
Ia bahkan ingat saat kedua orang tuanya menemukan dirinya di rumah mereka. Ia bertanya ada masalah apa dan setelah mendengar jawaban Sandara, Tuan Park marah besar bahkan hampir menghampiri Jiyong untuk meminta pertanggung jawaban atas kelakukannya.
"Aku akan mendatanginya dan membunuhnya. Bagaimana bisa ia melakukan hal itu pada gadisku satu-satunya. 7 tahun yang lalu ia bahkan memintamu dariku, mengatakan bahwa ia siap menghabiskan waktunya denganmu tapi apa yang ia lakukan? Ia bahkan memilih wanita lain dibanding anakku. Anak kurang ajar! Jika saja ia bukan anak dari sahabatku mungkin aku akan memintanya untuk menceraikanmu" ucap Tuan Park menggebu, Sandara kembali menangis, Nyonya Park hanya mengusap lengan atas suaminya menenangkan suaminya agar tak berbuat yang tidak-tidak.
"Sekarang apa yang akan kau lakukan Dara?" tanya Nyonya Park lembut, Dara mengangkat kepalanya lalu menggeleng.
"Aku tidak tahu, aku benar-benar mencintainya. Jangan lakukan apapun padanya, karena aku tidak ingin anakku tidak memiliki ayah" ucap Sandara disela isak tangisnya. Tuan dan Nyonya Park menatap anak perempuannya tidak percaya. Apakah mereka akan memiliki cucu?
"Astaga Baby, apakah kau baru saja mengatakan bahwa kau tengah mengandung? Berapa bulan dan bagaimana bisa kau tidak mengatakannya pada kami? Apakah Jiyong tahu?" tanya nyonya park kini berada di depan sandara meninggalkan suaminya yang berdiri mematung.
Dara menggeleng kepalanya, "Dia tidak tahu, dan aku baru tahu tadi pagi saat aku tak merasa enak dengan perutku dan aku sadar bahwa aku melewatkan masa menstruasiku" ucap Sandara, ia menatap ibunya, "Bisakah aku diam disini Mom? Aku tidak ingin kembali padanya. Ia lebih memilih wanita lain yang bahkan temannya daripada aku" ucap sandara memohon
Nyonya Park tersenyum hangat dan mengangguk, "Ini adalah rumah keduamu Baby. Kau selalu diterima kapanpun kau mau" ucap Nyonya Park.
"Dan kau tidak mengatakan itu pada kami? Apa kau tidak percaya pada kami?" tanya Park Bom mengembalikan Sandara dari lamunannya, "Tapi tunggu, kau selalu mengatakan pada kami bahwa kau adalah istrinya, jadi kau sebenarnya serius dengan itu?" tanya Bom tidak percaya.
Gadis itu beberapa kali mengatakan bahwa ia adalah istrinya yang dianggap hanya sebagai candaan dan mimpi, "Dan apakah Baby boy yang kau maksud itu adalah Mr. Kwon? Itu mengapa kau tidak pernah ingin kau digantikan oleh siapapun. Astaga Sandara Kwon! Kau benar-benar menyebalkan bagaimana bisa kau melakukan hal itu?" tanya park Bom kesal.
Sandara tertawa kecil mengingat bagaimana ia mempermainkan sahabatnya dengan mengatakan pada mereka bahwa ia adalah istri Mr. Kwon. "Kau bilang 7 tahun?" tanya Park Bom, "Kau pasti bercanda, kau bahkan masih terlalu kecil untuk menikah!! Berapa umur anakmu yang pertama?" tanya Bom.
"Kami baru tinggal satu tahun yang lalu, setelah aku menginjakkan kakiku di universitas. Dan berada di universitas yang sama adalah keinginannya" ucap Dara, "Kami masih belum memiliki anak, tapi mungkin nanti akan" ucap Sandara dengan nada cerianya. Ia mengusap perut ratanya.
"Aku ikut senang dengan kabar itu tapi tunggu, apakah kalian bertengkar? Bagaimana bisa ia bertanya tentang keberadaanmu?" tanya Bom, senyum manis itu menghilang digantikan dengan ekspresi marah dan kesal.
"Ia lebih memilih wanita lain dibanding diriku, lagi pula aku benar-benar lelah dengan sikapnya yang tidak bisa konsisten. Ia selalu mempermainkan aku, aku bingung bagaimana bisa aku menikahinya 7 tahun yang lalu" ucap Sandara dengan kesal.
"Karena kau mencintainya. Aku bisa melihat bagaimana kau dan baby boy-mu itu saling mencintai walau hanya mendengar dari ceritamu. Kau sangat mencintainya dan di dengar dari apa yang ia katakan tadi saat ia menghubungiku, sepertinya ia benar-benar mencarimu. Kembalilah, aku yakin kau masih mencintainya" ucap Bom dengan lembut, Sandara kembali berfikir.
"Aku lelah Bom, bisa kau biarkan aku beristirahat?" tanya Dara, Bom menarik nafasnya lalu mengatakan sesuatu sebelum memutuskan sambungannya. Dara menatap ruang kosong didepannya. Apakah ia masih mencintai pria itu? Apakah perasaan itu masih ada? Apakah ia masih merasakan cinta yang dulu pernah ada?
Sandara terlelap setelahnya, ia hanya berharap masalahnya ini dapat selesai dengan cepat.
---WHAT-IS-NEXT---
KAMU SEDANG MEMBACA
Janus
FanfictionJust like a janus who has two face. Sandara membenci pria itu hingga keujung rambutnya. Sandara mencintainya dengan seluruh hatinya. Sandara Park. 20. Mahasiswi semester 2. Asisten dosen Kwon Jiyong. Dosen musik di Universitasnya. Dosen yang menjadi...