Ulangan harian bahasa Inggris telah selesai. Nayla mengumpulkan kertas jawabannya dengan wajah santai, tidak dengan wajah panik sehabis menconteknya.
Sarah bahkan sangat heran dengan kelakuan Nayla barusan, benar-benar percaya diri saat ulangan. Sarah akhirnya berencana untuk masuk ruangan bimbingan konseling suatu hari nanti. Barangkali dirinya akan mendapatkan hidayah untuk belajar seperti Nayla setelah keluar dari sana.
Kini Nayla dapat menghirup napas dalam. Ia keluar kelas dengan semangat
karena berhasil menyelesaikan ulangan harian bahasa Inggris sebelum bel pulang berdering. Alhasil, ia mendapatkan kesempatan pulang lebih dulu dibandingkan siswa kelas yang lain.Ia pun memberanikan diri lewat koridor Gang Apollo, daripada memutari gedung yang akan membuat kaki lelah. Mumpung mereka juga masih belajar di kelas. Tak akan ada yang mengusiknya.
Namun, sayangnya bel berdering menyusul ketika Nayla sedang berjalan melewati kelas Gang Apollo yang belum bubar. Nayla mengumpat dalam hati. Cepat-cepat dia melangkah, selagi mereka masih dalam posisi berdoa sebelum pulang. Semoga tidak ada yang melihatnya dari dua kelas anggota Gang Apollo itu.
Nayla refleks berlari ketika bunyi kursi yang digeser diikuti berpuluh-puluh bunyi langkah kaki terdengar.
"HEIYO NAYL!"
Yah, Nayla tertangkap.
Nayla berdecak sebal begitu seseorang dengan lancang merangkulnya. "Apa, sih?!" tanyanya sebal.
Laki-laki yang merangkul Nayla itu melahap camilan bolu coklat bernama Apollo. "Lwah emuwang kenapuwha?" katanya, yang masih mengunyah.
Nayla langsung menampol kepala Raffael untuk menjauh darinya. "Jorok ih!"
Respons Raffael saat itu hanya tertawa dengan terbahak-bahak hingga berjongkok di tempat. Ia geli melihat ekspresi Nayla. Tak lama kemudian, ia terbatuk-batuk karena bolu yang ia kunyah belum tertelan sepenuhnya.
Rangga tiba-tiba datang dengan tawanya, disusul yang lain. Semuanya tertawa dan menyumpah-nyumpahi Raffael yang masih tersedak, kata mereka itu karma.
Bosan menertawai temannya yang paling aneh, Rangga pun berjalan menuju parkiran. Memang orang seperti Raffael mending tidak usah diprihatinkan, ia akan membaik dengan sendirinya, lalu tertawa keras lagi sampai sakit perut.
Rangga buru-buru mengeluarkan motornya dari parkiran. Sengaja, matanya melirik ke gadis lusuh yang berdiri di ujung lapangan parkir. Terlihat seperti menunggu.
Rangga pun memelankan laju motornya, lalu berhenti tak jauh dari hadapannya gadis itu. "Heiyo Nayl!" sapanya ragu-ragu.
Nayla diam dan memilih untuk membuang pandangannya ke arah lain, seperti biasa.
"Nayla, kan?"
Nayla bergeming.
"Gue mau ngasih tau kalau sepatu lo—"
"WEHHH LIAT RANGGA GUYS, JIWA-JIWA APOLLONYA MULAI KELUAR!" Suara cempreng laki-laki memutuskan omongan Rangga. Itu suara Arga yang berjalan paling depan di antara anggota Gang Apollo lainnya menuju parkiran.
Keributan dari mulut-mulut itu pun terjadi lagi. Mereka bersahut-sahutan dalam mengejek Rangga dan Nayla, terdengar seperti simpanse yang berebut makanan.
Menyadari tatapan Rangga terus ke arah sepatunya, Nayla pun menunduk untuk memastikan bahwa tali sepatu yang ia masukkan dengan teramat cepat tidak keluar lagi.
Ternyata Rangga benar, tali sepatunya keluar dan itu berisiko membuatnya terjatuh jika melangkah sekali lagi. Nayla akhirnya membungkuk untuk memperbaikinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Heiyo Nayl!
Teen FictionNayla merasa dirinya jelek, lusuh, gadis pemalas, pembangkang, dan beban orang tua. Ejekan dan bully dari teman-teman sudah menjadi makanan sehari-hari. Proses belajarnya di sekolah juga tidak berguna, tidak masuk di otak, dan tidak ikhlas. Nayla te...