62 - Penyebab Down ✨

1K 231 23
                                    

Seluruh siswa bubar dari kelas penuh dengan keriuhan. Masing-masing dari mereka membawa buku besar berwarna hitam dengan tulisan berwarna kuning emas di sampulnya. Hari pembagian rapot telah tiba dan sudah diketahui bahwa Nayla tidak mendapat nilai yang memuaskan di beberapa mata pelajaran.

Walaupun ia sudah rajin belajar, soal beda tetap saja tidak bisa dijawabnya. Tetapi ketika ia melihat rapot teman-temannya yang lain, nilai di mata pelajaran tersebut pada memuaskan, kecuali Nayla.

"Clara!" panggil Nayla. "Gue mau tanya."

Clara yang sedang membandingkan nilainya dengan nilai Calissa di rapot menatap Nayla. "Hm, apa?"

"Waktu sebelum ulangan lo, 'kan, nawarin gue untuk ikut les bu ... bu siapa ya?"

Clara melirik Calissa di sebelahnya. "Memang kenapa?"

Calissa mulai menunjukkan ekspresi tidak sukanya terhadap Nayla. "Kenapa lo? Nggak terima rangking turun ke dua puluh satu?"

Nayla menggeleng. "Eh, bukan, bukan gitu. Gue cuma mau tanya aja. Kalian dapat soal bocoran dari guru yang ngadain les itu ya?"

Serempak dua gadis di hadapan Nayla ini mengernyitkan kening. "Loh, eng-enggak kok. Kami cuma dikasih materi yang belum pernah diajarin aja," jawab Clara yang langsung ditarik Calissan untuk pulang cepat.

Dari tindakan saling menyenggol antar dua gadis itu, Nayla merasa ada sesuatu yang mengganjal. Jawaban mereka penuh kebohongan. Nayla pun ikut melangkah turun ke lantai bawah untuk pulang ke rumah. Mau tidak mau, ia harus menyiapkan mental lagi sebelum menyerahkan rapot ini ke ayahnya.

Mau tidak mau Nayla harus mendengarkan ceramah lagi.

Namun, saat kakinya melangkah ke tangga utama. Ia bertemu dengan Raffael yang baru saja ingin naik ke lantai dua.

"Hai Nayl!" sapa laki-laki itu sambil tersenyum lebar. "Gimana nilai ulangannya?"

Nayla mengernyit. "Tumben sopan. Biasanya maen rebut rapot."

Oh iya juga.

Raffael terkekeh sambil memegangi tengkuknya. "Woh iya dong. Gue udah diruqyah kemaren sama Rangga. Sadis pokoknya ampe jin di dalem badan keluar semua."

"Ngarang cerita lagi, kebiasaan!"

Raffael tertawa lagi. "Dih, sok tau aja. Minggir dah lo nutupin banget jalan. Minggir-minggir!"

"Dih, lo tinggal ngelangkah sekali ke sebelah kanan, ngapain pake nyuruh gue minggir!" balas Nayla.

Raffael pun mengalah dan kini melangkah meninggalkan Nayla. Ia berteriak ke sepanjang lorong. "Sarah! Yuhu! Ayo pulang!"

Nayla melanjutkan langkahnya menuruni setiap anak tangga.

"Eh Nayl!" Raffael memunculkan kepalanya dari lantai dua. "Entar malem Gang Apollo ada acara anniv yang kedua di rumah Kevin. Baju bebas. Nggak perlu bawa apa-apa. Lo datang mau nggak?"

Nayla melotot. "Lah, tumben. Buat apa? Emang faedahnya gue dateng ke sana apa?"

"Ya makan-makan. Masa having fun aja pake ditanya faedahnya apa," jawab Raffael, "datang aja. Yang diundang nggak cuman lo. Angkatan kami juga datengan. Jam delapan malem ya. Kalau mau dateng habis Isya juga nggak pa-pa."

Nayla mengangguk seraya menghela napas. "Ya udah, entar diliat."

"Oke! Dahhh!" Laki-laki dengan lesung pipi di sebelah kiri itu melambai dan menghilang dari koridor dengan teriakan yang memanggil nama Sarah.

* * * * *

Ketika ayahnya sudah duduk tenang menonton televisi sehabis pulang kerja, Nayla baru berani untuk menyerahkan rapotnya. Kondisi ayahnya sedang dalam mood biasa saja, jadi kemungkinan besar emosi meluap dan ceramah yang akan terjadi tidak terlalu mengerikan.

Heiyo Nayl! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang