28 - Sikap Palsu ✨

1.5K 318 26
                                    

Part ini panjang dan banyak scenenya. Nggak bisa dibagi dua, sayang, nanti kalian harus nunggu lagi. Perkuat dan jaga mata. Bisa ditunda. Tapi jangan diskip karena part ini penting.

Happy reading :)

= Semua Teriak Apa? =

Nayla masuk ke dalam rumah dengan tergesa untuk mencari keberadaan Raffael. Berulang kali ia memanggilnya dengan berjalan dari ruang tamu ke dapur, lalu balik ke teras rumah.

Rupanya laki-laki itu tengah berlari keliling, dari halaman depan rumah ke halaman belakang.

"Rappel!" panggil Nayla.

"Sorry nggak dengar. Nama gue Raffael," ujar pemilik nama, masih semangat berlari.

Nayla berdecak. Sudahlah! Apa lagi syarat lain yang akan dikeluarkan dari mulut merepotkan itu? Nayla pun pasrah. "Raffael!" ulangnya.

Raffael akhirnya berhenti berlari dan kini menghampiri Nayla di teras rumah dengan ekspresi ceria yang dibuat-buat. "Iya? Ada apa?" tanyanya baik-baik.

"Rangga punya anak jenis apa?" tanya Nayla langsung ke inti. "Lo bercanda, kan? Gitu-gitu anak kucing atau anak apalah. Ya, 'kan?"

Raffael berdecak frustrasi lalu menghela napas kasar. "Gue sebenernya juga nggak percaya ini, tapi yang gue bilang tadi emang iya."

"Iya apaan?" Nayla menautkan alis.

"Dia punya anak, lah."

"Anak apaan?"

"Ya anak manusia."

"A ... anak kandung?" Napas Nayla terhenti begitu mengucapkan pertanyaan itu. "Dia hamilin cewek sampai lahiran git-gitu?"

Raffael meneguk saliva. "Duh, gimana ya? Ini aib sebenernya. Udah lama banget kejadiannya. Setahun lalu kalau nggak salah. Gue udah janji buat nggak bilang ke orang lain selain Morzapollo."

"Tinggal jawab 'ya' atau 'enggak' apa susahnya?" Tanpa sadar, tubuh Nayla sudah bergetar dan mulai menggigil. Jangan sampai Raffael jawab 'iya'. Jangan sampai. Nayla terus berharap bahwa kenyataan kali ini berbeda.

Raffael menatap perempuan yang rambutnya sudah berantakan karena panik. Ia merasa iba. "Tanpa gue jawab pun hati lo udah ngerti. Rangga sendiri yang ngaku ke gue, iya."

Nayla mengusap dahi dan melemparkan pandangan ke arah lain. Sulit untuk dipercaya. Bagaimana Nayla bisa tidak mengetahui ini? Bagaimana juga orang seperti Rangga melakukan hal sekeji itu?

"Kenapa dia bis ...." Nayla menjeda karena tak kuat dengan realita. "Kok dia bisa git-gitu? Dia orang baik."

"Orang baik juga punya rahasia Nayl," jawab Raffael, mencoba sesantai mungkin padahal sebenarnya ia juga ingin menunjukkan wajah sangat kecewa. "Udahlah, nggak usah dibahas. Sudah lama juga kejadiannya, udah selesai masalahnya. Rangga udah move foward," sambungnya hendak berlari mengelilingi rumah lagi.

"Dia udah tanggung jawab?" Nayla tetap bertanya, ingin mengoyak semua fakta yang ada. Walaupun kenyataan ini bisa sama membuat emosi negatif semakin mengusai dirinya.

Langkah Raffael yang sudah berbalik terhenti. "Lo perlu janji berita ini jangan sampai nyebar ke mana-mana." Dia meneguk saliva cepat dan berbalik menghadap Nayla. Gelengan kepala yang ragu-ragu menunjukkan jawaban itu setengah benar, setengah tidak.

Hening.

Jantung Nayla berdebar.

Jadi ini alasan Raffael selalu berusaha tidak memberikan waktu Nayla dan Rangga hanya berdua?

Heiyo Nayl! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang