42 - Tangis Tertahan ✨

1.2K 292 24
                                    

Raffael terus mengirimkan pesan ke Nayla untuk segera kembali secepatnya. Namun, ketika ia melihat gadis itu datang dari area belakang gedung, ia menjadi paham alasan Nayla lambat kembali.

Langsung saja ia berbasa-basi, "Kenapa Nayl?"

Nayla yang terlihat tegang itu hanya menolehkan kepala ke kanan-kiri, memastikan keberadaan Mariska.

"Duduk dulu, duduk dulu!" Raffael mendudukkan Nayla di sebelahnya. "Kenapa lo? Kenapa tegang banget? Jangan bilang ada om-om iseng yang ngapa-ngapain."

Sontak, Nayla menatap tajam Raffael sebagai pengelakan. "Bukan itu."

"Jadi apaan elah?" Pertanyaan itu keluar bertepatan dengan Nayla yang berdiri dengan tergesa. Seperti mencari sesuatu. "Makanan lo tadi diinjek sama Dion," ujar Raffael seolah tahu isi kepala Nayla, "ambil lagi aja! Makan bener-bener."

Nayla terduduk di kursi hadapan Raffael dengan pandangan kosong. Ia pun menutup mulutnya.

"Eh lo kenapa, sih?" Perihal bertanya ketika teman sedang mengalami sesuatu yang tidak ditahu itu biasa. Raffael sontak berdiri dan mendekati Nayla. "Lo habis dicium siapa?"

Nayla menggelengkan kepala. Matanya berkaca-kaca. "Ayo kita pulang!" Ia berdiri dan main ingin pergi saja tanpa bersalaman dulu dengan pengantin.

Raffael merasa semakin aneh. Saat masuk, Nayla ingin cepat-cepat bersalaman. Saat ingin keluar, Nayla malah ingin cepat-cepat pulang.

"Salaman dulu elah sama nyokap lo. Udah ganti dress tuh. Bih, cakep, nggak nolak gue." Raffael menarik Nayla kali ini untuk naik ke pelaminan. "Ayo kita ngode nyokap lo biar elo diasuh dengan baik dan benar. Biar nggak kabur-kaburan nggak jelas lagi."

Nayla pun dipaksa oleh Raffael untuk naik ke pelaminan, bersalaman dengan semua orang yang ada.

Oh ya, apa kabar dengan kakek dan nenek Nayla setelah melihatnya?

Raffael membiarkan Nayla melangkah di depannya, menyalami satu persatu orang yang ada hingga sampai ke Marnita.

Nayla sontak memeluknya.

Sedangkan Raffael? Sesekali melirik ekspresi orang-orang di sekitar. Ia melihat wajah ayah tiri Nayla yang terkesan bahagia saja.

Setelah bersalaman dan memeluk ibunya, Nayla lanjut bersalaman dengan nenek dan kakeknya, sepertinya.

Bahkan, Nayla sendiri tidak pernah mengetahui siapa saja keluarga ibunya. Begitu pula dengan mereka. Tatapan yang dilontarkan hanyalah tatapan penasaran sampai akhirnya Nayla turun dari sana dan keluar dari gedung bersama Raffael.

"Gile, lo ... lo ...." Raffael mengikuti langkah Nayla yang teramat cepat menuju mobil. "Lo bahkan enggak dikenal sama keluarga nyokap sendiri?" tanyanya dengan nada ragu-ragu.

Nayla meneguk saliva. "Ayo pulang, cepat."

* * * * *

Selama perjalanan Nayla terdiam. Duduknya tegak dengan pandangan kosong ke depan.

Raffael tahu pasti apa yang dirasakan Nayla. Sakit, hancur, dan kecewa. Harapan satu-satunya sirna.

Heiyo Nayl! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang