60 - Mudah Menilai ✨

1K 232 35
                                    

 Tok tok tok!

Suara pintu utama rumah yang diketuk berhasil membuat Nayla bangkit dari kasurnya. Sepulang sekolah setelah ulangan memang lebih enak untuk memberi otak waktu istirahat dengan cara tidur. Orang yang bertamu ini menganggu Nayla saja.

Nayla melangkah dengan tidak ikhlas, bahkan membuka pintu juga malas-malasan sampai akhirnya menemukan Tika, Tio, dan Kinar berdiri di hadapannya.

"Nayla!" Tika langsung berseru heboh, masuk ke rumah Nayla layaknya rumah sendiri. Ia duduk di sofa dengan bersila. Ia memang sudah terbiasa masuk ke rumah Nayla tanpa dipersilakan.

Tio pun masuk juga dan langsung melempar diri, sedangkan Kinar hanya dapat menampakkan ekspresi tidak enaknya kepada Nayla.

"Nayl, liat temen lo berdua itu. Nggak jelas banget dah, ampun." Kinar meminjat pangkal hidungnya.

Nayla hanya tertawa kecil lalu mempersilakan Kinar masuk. Ia pun duduk di sofa yang berhadapan dengan Tika. "Ada apa, nih, tumben dateng ke sini?"

"Wohh!" Tio menunjuki Nayla. "Lo pake nanya kita ke sini kenapa?"

"Emang ... kenapa?" Nayla menggaruk pelipisnya.

"Mau mainan aja," ujar Kinar, "lama banget, sih, kami nggak ke sini."

Nayla menganggukkan kepala, paham.

Tika menyipitkan mata menatap Nayla. Ia pun bangkit dari sofa dan berlutut di depan Nayla untuk menatapnya dengan intens. "Lo ... wah, jerawatan ya lo Nayl."

Tio tertawa. "Wahaha Nayla jerawatan. Udah ada yang naksir ya?"

"Kok lo bisa jerawatan gara-gara apa?" Kinar juga ikut berlutut di hadapan Nayla. "Banyak loh sekarang. Nggak kayak dulu, mulusan."

Tio mengangguk. "Iya nggak kayak dulu. Walapun kulit tetep coklat, sih."

Ini untuk yang kedua kalinya Nayla tersinggung dengan pembicaraan ketiga temannya. Sekali lagi, memang mereka bercanda atau sekadar basa-basi saja, tetapi ketika sedang di kondisi yang 'masih' belum mengenakkan ini, ia masih tidak terima mendengarnya.

"Emang kenapa kalau jerawatan?" tanya Nayla, mencoba memberanikan diri. "Salah ya?"

Tika mundur dan kembali duduk di sofa hadap Nayla. "Hmm, nggak salah, sih. Cuman rada aneh aja gitu."

Kinar pun berujar, "Gue pernah loh dapat IG lo Nayl. Gue udah follow. Pas itu gue liat lo pake make-up. Lo keseringan pake make-up ya? Makanya jerawatan."

Tio menjentikkan jari. "Bener Nayl?"

Tika menggelengkan kepala. "Wahh udah mulai genit ya lo Nayl ampe belajar pake make-up segala. Coba dong, kayak gue sama Kinar. Tetap natural." Seketika Tika dan Kinar berpose.

"Ehm walaupun natural kalian tetep jelek, sih," celetuk Tio yang langsung mendapat hantaman dari Tika dan Kinar.

Seharusnya Nayla dapat menghantam ucapan Tika seperti ia menghantam dengan mudah si Tio. Tiga orang ini seakan datang untuk memojokkannya saja.

"Pake make-up bukan karena genit. Gue pake make-up karena pengin belajar aja, sih. Seru juga. Kayak nemukan media baru untuk gambar," jelas Nayla.

"Tapi buktinya muka lo, tuh, konsekuensinya."

"Ini karena gue nggak hati-hati pas pakai make-up yang dipinjam temen gue." Nayla mengusap wajahnya.

"Nah tu, mending nggak usah make-up aja Nayl," tanda Tika, "menurut gue lo lebih cocok natural."

"Gue, 'kan, cuman hobi," balas Nayla.

Heiyo Nayl! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang