39 - Sebuah Drama ✨

1.4K 269 11
                                    

Nayla mengikuti langkah Raffael masuk ke dalam mobil.

Untung saja Raffael menepati janji bahwa malam ini mereka hanya akan menyapa teman, makan, dan pulang cepat.

Nayla syok setelah mendengar penjelasan Baza setengah jam yang lalu saat turun dari tangga utama rumah Haryan. Katanya, Rangga adalah laki-laki yang sangat menyukai anak kecil.

Bukan. Bukan pedofil. Rangga hanya suka bermain dalam menyebut Davra sebagai anak kandungnya.

Apa maksudnya bermain?

"RAP!"

"HM?" Respons Raffael juga tak kalah cepatnya. Ia menurunkan laju mobil yang disetirnya. "Apaan? Kaget ah!"

"Bisa lo jelasin Rangga ini ngakuin Davra sebagai anak karena cuman mainan doang itu gimana?" Nayla menggaruk pelipisnya. "Apaan, sih, itu? Kok gue nggak paham."

Raffael sempat terdiam dan melirik ke lain arah sampai akhirnya ia terkekeh. "Ehehe, itu ... anu."

"Jelasin aja." Nayla menatap laki-laki di sebelahnya ini dengan saksama. "Kayak mana? Mainan gimana? Sama cewek? Atau ... atau apaan, sih?"

Raffael semakin bingung mau menjelaskan dari mana.

"Oh ya, Zivra itu siapa?"

Tawa Raffael menyembur ketika nama yang terkesan seperti nama perempuan itu disebutkan. Ia tertawa nyaring selama mengendarai, membuat Nayla was-was jika saja tangannya oleng maka hidup mereka berakhir di sini.

Raffael yang masih cekikikan ditatap Nayla dengan pandangan tajam tentunya. Ah, memang, berbicara dengan Raffael pasti selalu tak berujung dan tak jelas jadinya.

"Davra itu anak kandung Rangga," jawab Raffael akhirnya, "dia mau kita se-Morzapollo ditambah Kak Baza nganggap begitu. Dia mau disebut bapak dari Davra. Sampe umur Davra udah dua tahun dan udah bisa ngingat."

Nayla berdecak. "Jadi dia anak kandung atau bukan?"

"Bentar ah, gue kelarin dulu!"

Nayla bungkam.

"Rangga memang orang yang penyayang, sih, menurut gue. Nggak tegaan juga anaknya. Hatinya terlalu lembut. Gampang iba sekaligus nggak enakan juga jadi orang," jelas Raffael. "Kalau sampai Rangga marah, itu berarti dia bener-bener nggak terima."

"Ya, lanjut."

"Rangga memang suka parah sama anak kecil. Maklum, sih, gue. Ponakannya banyak. Didukung sama besarnya empati dia ke orang-orang susah." Raffael menghela napas. "Rangga, you knowlah Nayl, channel Youtube kami Alhamdulillah sukses dari sekitar setahun yang lalu. Banyak uang dong. Nah, uang hasil itu Rangga pakai buat bayarin biaya nyokapnya Davra lahiran."

"Ceweknya Rangga?"

Raffael menggeleng. "Davra itu anak bungsu dari tujuh bersaudara. Lo pernah denger nggak, sih, berita anak dijual demi bayar biaya lahiran doang?"

Nayla mulai paham. "OH JADI-"

"SSST!" Raffael menatap kesal gadis di sebelahnya. "Jangan dipotong dulu. Gue lagi nyusun kata biar lo makin nggak salah paham. Rangga yang beli tapi tetap aja ... duh, gimana ya jelasinnya? Davra itu bukannya jadi anak angkat Rangga, tapi malah jadi anak angkat bapak-emaknya gitu loh. Jadi di sini Rangga yang 'bayar', yang jadi orang tua angkat ya tetap orang tuanya."

Nayla merasa kepalanya sulit mencerna ucapan Raffael.

"Itu alasan kenapa Rangga maunya dipanggil sebagai bapak kandung dari Davra selama umurnya masih setahun. Yah, biar kerasa aja gituloh jerih payahnya beli Davra. Dia udah sayang banget, Davra itu udah dianggap kayak anaknya beneran. Makanya Rangga itu doyan kerja keras dan produktif parah. Karena motivasinya untuk bahagiain Davra itu. Gila, sih, papah muda."

Heiyo Nayl! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang