Agung berlari keluar dari rumah ketika tak sengaja melihat seorang perempuan yang berhadapan dengan empat laki-laki sekaligus.
Langkahnya semakin cepat ketika Nayla sudah berlari ke tengah jalan, bertepatan saat sebuah truk baru saja berbelok ke jalanan depan rumahnya.
Nayla yang melihat itu hanya terdiam saja padahal klakson truk sudah terdengar nyaring.
"NAYLA!"
Ckitt!
Bunyi pada rem truk tersebut berhasil mengundang perhatian warga untuk keluar dari rumah mereka.
Truk berhenti tepat saat Agung berhasil meraih Nayla untuk beranjak dari sana.
Agung pun mendekap Nayla untuk menjauh dari jalanan sambil meminta maaf kepada pengendara truk tersebut yang mengoceh panjang lebar, saking terkenjutnya melihat Nayla yang menyebrang tiba-tiba.
Nayla juga sudah seperti patung saja walau mendengar klakson.
Untungnya, supir truk tidak membanting setir ke arah lain sehingga belum terjadi apapun yang meresahkan dirinya. Sekali lagi ia mengingatkan bahwa kalau Agung tidak bergegas, mungkin Nayla sudah terlindas atau truk sudah menabrak salah satu pagar rumah.
Suasana kembali tenang ketika truk melaju. Orang-orang juga sudah masuk ke rumah mereka dan keadaan menjadi hening lagi seperti biasa.
Agung menatap Nayla. "Keadaan lo gimana sekarang Nayl?"
Nayla hanya menatap kosong Agung.
Kesal, Agung membiarkan Nayla duduk di bangku depan pagar rumahnya dan mengejar empat remaja iseng yang memang suka menganggu itu. Ia memarahi, bahkan memukulnya, tetapi hanya sebatas pukulan hukuman saja seperti yang biasa ia lakukan.
"Nggak usah takut, mereka memang anak iseng kompleks ini. Mereka bilang mau ini itu aja ke lo, biar lo-nya takut. Mereka biasa begitu. Bandel. Gue sering gaplok mereka," ujar Agung pada Nayla yang masih menatap jalanan dengan pandangan kosong.
"Nayla mau mampir ke rumah?" tanya Agung memecah lamunan Nayla.
Nayla menggeleng.
"Banyak orang kok." Agung menyentuh kening Nayla. "Badan lo anget. Ayo, mampir ke rumah sebentar aja. Lesu banget. Sekalian makan."
Nayla menggeleng lemah dan membuang wajah. Ia tak tahu harus bagaimana. Pulang tak enak, jalan juga tak enak. Mampir ke rumah Sarah tak bisa, ke sekolah pun pasti sepulangnya akan dihujat habis-habisan satu rumah.
"Udahlah, ayo, mampir dulu aja." Agung tersenyum simpul dan mengajak Nayla masuk ke kawasan rumahnya yang sedang ramai dipenuhi teman-teman kerja.
Beberapa temannya yang peka itu akhirnya masuk ke dalam rumah dan memberikan Agung kesempatan untuk duduk di sofa teras bersama Nayla.
Agung menyampirkan jaket ke Nayla dan sedikit mengelus puncak kepala gadis itu. "Lo pasti kabur gara-gara Pak Wartoni kasar lagi ya?"
Nayla menggeleng.
"Terus?"
Nayla hanya mengendikkan bahu dengan pandangan kosong.
KAMU SEDANG MEMBACA
Heiyo Nayl!
Novela JuvenilNayla merasa dirinya jelek, lusuh, gadis pemalas, pembangkang, dan beban orang tua. Ejekan dan bully dari teman-teman sudah menjadi makanan sehari-hari. Proses belajarnya di sekolah juga tidak berguna, tidak masuk di otak, dan tidak ikhlas. Nayla te...