Gadis dengan rambut lepek itu pun tersadar dengan apa yang dilakukannya sekarang. Mengapa Nayla melamun? Bukankah ini pertanda bahaya?
Batin Nayla terus menyerbu kalimat, Tunggu dia bukan malaikat penjaga rumah ini, dia itu ...
"MALINGGG!!!"
"MALINGGG!!!"
Heran dengan teriakan yang mendadak menjadi dua, Nayla berhenti berteriak. Raffael menatapnya juga tak kalah panik.
"NGAPAIN LO DI SINI?!" Mereka saling melontarkan pertanyaan yang sama di detik yang sama.
"MALINGGG!" Raffael dan Nayla meneriakkan kata serupa lagi. Sedetik kemudian, mereka sadar bahwa berteriak tidak akan menyelesaikan apa-apa.
Tiba-tiba Raffael meraba bagian bawah sofa mencari sesuatu di sana, membuat Nayla termundur dan bertanya, "MAU APA LO?"
Raffael mengangkat parang yang ia dapat tinggi-tinggi. "Ngusir lo!"
"LOH, DAPET DARI MANA?" Nayla terpaksa berlari ketika Raffael mengejarnya. Ia pun ikut berteriak saking takutnya terkena tebasan parang. Raffael sudah gila!
Raffael terus mengejar Nayla keliling rumah sambil berteriak tentunya, "NGAPAIN LO DI SINI?"
"LAH SEHARUSNYA GUE YANG TANYA ITU!" Nayla mengambil payung di samping kulkas dapur kotor dan membukanya, menjadikannya perisai, ia beringsut ke sudut ruangan. "MUNDUR!"
Raffael mengangkat parangnya. "Lo gerak, gue tebas!"
"Lo tebas, payung ini rusak!"
"Payung ini rusak lo ganti!"
"Nggak, kalau gue mati duluan di tangan lo!" balas Nayla perlahan maju, membuat Raffael mundur.
"Ya udah, lo nggak jadi mati, luka aja nggak papa," kata Raffael sambil tetap mengangkat parangnya ke Nayla. "CEPET BILANG APA TUJUAN LO DI SINI!" paksanya berteriak.
"GUE NGINEP." Nayla juga ikut berteriak.
"BOHONG LO, MALING!" Raffael menarik payung itu dari genggaman Nayla, tetapi tak kuat karena sebelah tangannya sudah memegang parang.
"LO YANG MALING," tegas. Nayla.
"LOH, KOK GUE, KAMPRET?!" Raffael bingung.
"Lo siapa?" tanya Nayla.
"Lah, gue Raffael, koplak! SIAPA LAGI MEMANGNYA?"
"GUE SAHABAT SARAH," simpul Nayla pada akhirnya. "LO SIAPA MEMANGNYA? PACAR DOANG!"
"GUE KAKAKNYA SARAH!" Raffael berhasil menarik payung itu dari tangan Nayla.
"Hm, HAH?" Nayla terkejut setengah mati. "SERIUS?"
Tentu saja, siapa yang tidak terkejut dengan pengakuan Raffael kalau mereka berdua adalah saudara, sedangkan sikap dan wajah mereka sangat berbeda jauh? Oh maaf, Raffael dan Sarah memiliki kesamaan di sikap, sama-sama heboh.
Semua masuk akal. Pantas saja Raffael selalu menganggu Sarah. Pantas saja Sarah bisa menyingkirkan Gang Apollo dari kantin. Pantas saja, Sarah tidak pernah tertarik dengan para anggota Gang Apollo padahal dia adalah penggemar berat yang namanya cowok ganteng.
Sebenarnya, hanya sebagian anggota Gang Apollo yang ganteng. Mereka juga tak terlalu menonjol di penampilan fisik. Hanya saja, skill dan Channel Youtube mereka tak dapat diremehkan. Itu yang membuat mereka lebih menarik di mata para siswa.
Selama ini, Nayla kira Sarah adalah incaran Raffael sehingga tidak terpengaruh dengan pesona wajah itu. Biasalah, perempuan, rata-rata menaikkan harga diri ketika dikejar. Yah, walaupun sikap Raffael seperti pasien kabur dari rumah sakit jiwa dan wajar saja jikalau Sarah menghindar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Heiyo Nayl!
Teen FictionNayla merasa dirinya jelek, lusuh, gadis pemalas, pembangkang, dan beban orang tua. Ejekan dan bully dari teman-teman sudah menjadi makanan sehari-hari. Proses belajarnya di sekolah juga tidak berguna, tidak masuk di otak, dan tidak ikhlas. Nayla te...