49 - Aksi Menyebalkan ✨

1.1K 231 15
                                    

Kamu itu pengaruh buruk untuk ibu kamu sendiri.

Pelan-pelan Nayla merangkak ke tempat gunting itu tergeletak. Ia dapat meraihnya tanpa pikir panjang. Sesekali ia menoleh ke pintu kamar yang terkunci, memastikan ayahnya atau Agung tidak bisa membuka tiba-tiba.

Perbincangan di luar masih saja berlangsung. Kedua pria itu memelankan suaranya, sehingga yang terdengar hanya sebuah dehaman yang bersahutan.

Nayla meratapi gunting dan pergelangan tangannya bergantian. Seingatnya, ini adalah gunting yang dibeli untuk mengerjakan tugas kelompok dan mengerjakan catatan yang tertinggal. Gunting ini baru dipakai sekali atau dua kali, sehingga cukup tajam untuk melakukan aksinya.

Nayla terdiam.

Bapak capek sama sikapmu itu Nayl.

Pikirannya kembali memutar memori. Secara bergantian matanya menatap ke arah gunting dan pergelangan tangan. Yakinkah ia memilih jalan ini?

Atau ....

Oh, Nayla penasaran bagaimana perasaan orang jika ia meninggal? Sedih, biasa saja, atau bersyukur karena kepergiannya?

Nayla tertawa dalam hati. Jelas, tidak ada yang peduli dengannya. Hidup saja tidak dipedulikan, lalu apa kabar ketika ia meninggal?

Ia meletakkan gunting itu kembali ke atas meja. Ia pun berdiri dan duduk di kasurnya. Tangannya meraih buku bersampul abu yang baru saja dibelikan Agung.

Pikirannya berkelana ke sebuah kata yang sebaiknya ia catat di buku tersebut.

"Ambil. Buat luapin keluh kesahlah. Apa lagi?" begitulah ucapan Agung tadi.

Apa perasaan Nayla sekarang? Apa yang harus ia keluhkan? Sudah berapa kali ia mengeluhkan itu di dalam hati?

Dehaman-dehaman di luar berakhir. Agung terdengar berpamitan disusul bunyi motor yang baru dinyalakan. Entah apa yang dibahas oleh mereka, intinya Nayla ingin kembali tidur saja.

Ia menggeser buku bersampul abu tersebut ke ujung kasur dan hendak berbaring.

Djreek.

Suara kenop pintu yang berusaha dibuka itu menahan punggung Nayla untuk menyentuh kasur. Itu pasti Wartoni yang hendak masuk begitu saja.

Nayla terduduk di kasurnya sebentar, menunggu kalimat apa yang akan Wartoni lontarkan.

Djreek.

Sekali lagi kenop pintu tampak bergoyang disusul suara seseorang yang bersandar pada pintu itu.

"Nayla?" panggilan Wartoni menggema. "Sudah tidur?"

Nayla diam.

"Nayla?"

Tok tok tok!

Nayla tak merespons.

Hening terjadi.

Dor! Dor! Dor!

Wartoni kini menggedor pintu. "NAYLA?"

Langkah kaki yang terburu-buru terdengar  bersamaan dengan Mariska yang bertanya, "Kenapa Pak?"

"Jangan-jangan kabur lagi anak itu! Ambilkan kunci cadangan kamarnya!" titah Wartoni dari luar.

Nayla tergesa beranjak dari kasur dan membuka pintu setelah mendengar nada panik Wartoni. Ketika memunculkan diri, ia bertingkah seolah baru saja bangun dari tidurnya.

Wartoni yang bermula ingin membentak tiba-tiba terdiam, sedangkan Mariska yang kembali dari mengambil kunci cadangan kini tak jadi menyerahkannya. Ia menunggu apa yang akan dibincangkan lagi.

Heiyo Nayl! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang