59 - Pengakuan Batin ✨

1K 259 36
                                    

Libur sekolah selama kelas XII Ujian Nasional dan Ujian Akhir Sekolah telah Nayla lalui dengan segala perintah yang berhasil ia turuti semua. Perintah untuk ini-itu oleh Mariska dan Wartoni semuanya Nayla kerjakan. Nayla bahkan mulai melupakan semua hobi dan kesuakaannya.

Nayla kembali ke dirinya yang dulu, tidak ada yang indah di hari-harinya, tetapi kali ini lebih menjadi 'pendengar' tanpa protes. Nayla tak lagi membangkang.

Kini, Nayla tengah belajar di kamarnya untuk menghadapi ulangan kenaikan kelas yang akan dilaksanakan besok. Ia sudah mempersiapkannya dengan matang.

* * * * *

"Nayla!" sapa Rangga pada Nayla yang lewat tepat di ujung gedung, hendak memutarinya, seperti biasa untuk menghindari Gang Apollo.

"Weeeeh, ih!"

"Aciah!"

"Azeeek."

"Ehm, ehmmm."

"Uhuk-uhuk, uhuk-uhuk, uhuk-uhu—"

"Ditutup bego kalau batuk tuh!"

Itulah sahut-sahutan disertai siulan aneh satu Gang Apollo ketika Rangga berhasil memanggil Nayla tanpa perlu dipancing dengan panggilan khusus seperti biasanya. Sekumpulan laki-laki berisik itu terlalu heboh sampai menyebabkan perdebatan singkat antar anggota, ada yang suaranya terlalu nyaring lah, terlalu melengking lah, batuk nggak ditutup lah, banyak.

"Diam bisa guys?" tegur Dhika yang mengerti dengan ukuran nyali Rangga. "Semakin kalian ejek, semakin il-feel situnya."

Raffael mendorong Rangga. "Samperin coy, mau naik kelas sudah kita nih!"

"Emang lo bakal naik kelas Rap?" celetuk Devin.

Raffael menaikkan lengan bajunya hingga ke siku. "Devin masih mau hidup atau nyari level kehidupan selanjutnya a.k.a mampus?" Pandangannya beralih ke Rangga yang masih di tempat. "Oi, jalan sono!"

Rangga menatap Raffael dengan serius. "Mau ulangan, lebih baik nggak usah disamperin. Biar fokus."

"Yihaaaa!" Serempak semuanya mendorong-dorong Rangga tak tahu diri sampai laki-laki itu terhuyung dan menabrak dinding dengan keras, untung tidak terjatuh.

Raffael menyilangkan tangan di depan dada. "Halah!"

"Iya nanti gue samperin, nanti. Istirahat," ujar Rangga pada akhirnya.

* * * * *

Nayla berhasil mengerjakan ulangan dengan lancar kali ini. Bel pertanda ulangan telah berakhir juga berbunyi. Ia dapat melangkah dengan tenang keluar dari ruangan tanpa perlu pikir panjang.

Baru saja langkahnya sampai di tangga turun ke lantai satu, ia melihat Rangga sedang berjalan naik sambil sesekali membaca buku dalam genggamannya.

Nayla sebenarnya malas berurusan dengan orang ini, mengingat kejadian menyebalkan Luthvia di hari sebelum Ujian Nasional berlangsung.

Nayla berjalan mundur selagi Rangga belum melihatnya di antara siswa-siswi yang lewat. Kini, gadis itu bersembunyi di kelas yang terletak tepat di samping tangga—X IPA 1. Ia mengintip dari balik dinding sebelah pintu masuk kelas, membiarkan Rangga melangkah.

Nayla dapat menarik napas lega melihat Rangga lewat dari jendela sebelah dinding.

"Assalamu'alaikum Pak Syafiq. Bapak masih sibuk menyusun lembar jawaban?" Rangga tiba-tiba memunculkan dirinya tepat di depan pintu kelas X IPA 1 untuk memanggil Pak Syafiq yang masih duduk di meja guru sembari menyusun lembar jawaban siswa.

Heiyo Nayl! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang