37 - Memutar Memori ✨

1.4K 277 13
                                    

Raffael melepaskan Nayla begitu merasa mendapat tatapan dari Rangga.

Ia menertawai Nayla dan menggelengkan kepala. "Ih gemes deh Nayla nggak bisa diajak akting romantis."

"Gue mau aja diajak akting tapi jangan sama lo." Nayla melangkah mundur lagi.

Raffael menyengir. "Ya udah deh, lo boleh jalan sana! Kelilingin aja rumahnya. Gue mau cari temen-temen SMP. Nanti pas pulang, lo gue cari. Anggap aja kita mainan petak umpet. Bye!" Ia melambaikan tangan sebelum berpisah dengan Nayla.

Rangga yang melihat hal tersebut kembali mengalihkan pandangan ke arah lain karena merasa di detik setelahnya, Nayla menoleh. Ia bersikap seolah tidak habis melakukan apapun terhadap Raffael di sana.

Kesal dengan sikap Raffael dan melihat Rangga, Nayla akhirnya melangkah ke tangga untuk mengelilingi rumah Haryan yang pada dasarnya dibuka untuk dikunjungi seluruh bagian-bagiannya. Lumayan, cuci mata. Manfaatkan waktu selagi bisa dan ada.

Rangga mengepalkan tangannya kuat. Emosi negatif kembali ia rasakan begitu mengingat kejadian di saat dirinya berkumpul dengan Gang Apollo sehari setelah pentas tahunan. Ada Arga yang bermasalah dengan Raffael.

KOK LO BERANI BANGET SIH BERKHIANAT KE TEMEN SENDIRI?! Suara atas pengalaman yang terjadi itu muncul di kepalanya.

Tak disangka, Raffael yang notabenenya adalah teman terbaik dan teman yang satu firasat dengannya juga tidak berbeda dari Arga. Apa tujuan mereka memerlihatkan kedekatan dengan Nayla di depannya?

Arga dan Raffael seperti tidak ada bedanya.

Rangga mengingat kembali peristiwa Arga terlempar hingga roll belakang itu.

* * * *

Raffael yang kesal melangkah keluar dengan wajah merah padam diikuti seluruh Morzapollo.

Di luar, mereka menyambut para Gang Apollo yang baru saja datang.

Hanya tinggal Rangga dan Arga di ruang tamu yang sepi itu.

Rangga menghela napas menatap Arga tanpa arti. Lalu ia melangkah keluar, menyusul yang lainnya.

Untuk sementara, ia tidak ingin mencari masalah.

"Sorry," ucap Arga membuat Rangga tak jadi melangkah, "pada kenyataannya Nayla memang cewek gampangan yang mau aja diajak siapapun."

Rahang Rangga mengeras. "Makasih."

"Untuk apa?" Arga menaikkan sebelah alis lalu tertawa pahit. "Karena gue udah temenin Nayla dengan tiket gratis yang lo kasih itu?"

"Yap. Makasih karena tiket yang gue titip ke lo sampai ke tangan Nayla dengan baik. Gue sebenernya udah duga kalau tiket yang gue kasih secara langsung bakal dibuang atau dikasih ke orang lain." Rangga tak jadi mengepalkan tangannya dan hendak melangkah. "Dahlah."

"Oh itu. Gue juga mau ngucapin makasih karena lo baik hati mau ngasih gue kesempatan nemenin Nayla di pentas tahunan lo," ujar Arga, membuat Rangga tak jadi melangkah sekali lagi.

"Please Ga, nggak usah bahas itu. Gue lagi nggak mau kritik segala kesalahan dan kekejian lo di pentas gue semalem."

"Hm? Ya sudah."

"Tapi nada lo memang ngajak gue buat ngupas itu semua. Oke kalau lo mau." Rangga menatap tajam Arga di sebelahnya. "Gue punya pertanyaan. Apa alasan lo temenin Nayla ke pentas gue? Gue ngasih lo dua tiket gratis cuman untuk ngasih Nayla tiket yang gue janjikan ke dia dengan alasan itu dari lo. Apa itu belum cukup?"

"Iyalah, emang lo pikir ngasih tiket ke cewek dengan nama gue itu nggak pakai nyali apa? Apa salahnya juga kalau gue mau temenin dia? Kan, lo sendiri udah mau menjauh." Arga terkekeh. "Sabar aja, sih, Ngga."

Heiyo Nayl! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang