✨ Extra Part 2 ✨

1.9K 236 99
                                    

Sebenernya aku buat setengah extra part 2 dari bulan Januari - Februari, tapi karena di bulan itu aku kena yang namanya amanah buat jadi sutradara pentas, kesibukan, dan mental breakdance wkwk sampai habis lebaran, jadilah terlupa sama extra part ini. Mana kalo nulis cerita ini harus siap mental lagi, wohoho.

Untung kemarin ada yang ngingetin, makasih loh.

So, happy reading buat orang yang masih sabar menunggu. Maaf lama dan terima kasih perhatiannya.

= Semua teriak apa? =

Raffael menyalakan kamera dan mengarahkan ke wajahnya. "Guys, ada satu pengakuan yang harus gue bilang ke kalian. Gue bakal mati."

Raffael memberi jeda. "Hari ini."

"Ya, gue bakal mati hari ini."

Jadwal syuting film pendek kali ini diadakan di rumah Rizwan yang halaman depannya terbilang luas. Para anggota Gang Apollo datang tepat waktu dengan membawa segala perlengkapan dalam membuat konten. Mulai dari kamera, lampu, tripod, speaker corong buat Rangga sebagai sutradara, konsumsi, dan segala keribetan lainnya.

"Dalam film pendek doang, tapi."

Raffael tertawa melihat hasil aktingnya di kamera. Dia kembali menyuting dirinya sendiri untuk konten vlog behind the scene Gang Apollo yang akan di-upload sesudah film pendek dirilis.

"Halo guys, brader Apollo! Welcome back to our ribet channel. Jadi hari ini kita mau syuting film yang genrenya keluar dari zona nyaman gitu, azek. Genrenya misteri, tentang pembunuhan di indekos. Hari ini baru adegan satu. Jadi di rumah Rizwan dulu."

Kevin yang berdiri di belakang Raffael langsung mendekat. "Rappael bakalan jadi korban guys, sesuai keinginan kalian yang pengin banget bejek-bejek mulutnya."

Raffael manggut-manggut saja. "Kapan lagi kalian liat gue tersiksa, kan? Ah, mantap. Kalian semua harus liat, sih. Gue semangat banget, dah."

Raffael kali ini kebagian menjadi aktor lagi, karena aktingnya yang sudah baik dan mengusai segala hal terkait keaktoran. Raffael juga tidak banyak protes bila harus mendapatkan peran aneh-aneh dalam film pendek mereka. Bahkan, jadi orang gila pun ayo saja, karena nyaris tidak ada bedanya dengan dirinya. Malu? Sejak kapan Raffael punya malu?

Kevin menoyor kepala Raffael. "Mentang-mentang yang make up si Nayla. Seneng banget lo!"

Raffael tersenyum lebar. "Mana, sih, dia? Kok lama banget datengnya ya? Kangen gue."

"Sabar kali, palingan bentar lagi. Baru juga nyampe kita," celetuk Dhika dari ujung halaman sedang mengatur konsumsi bersama Leo.

Raffael berlari ke Rizwan yang sedang sibuk berdiskusi dengan tim kamera.

"Nah, ini guys, Pak Produser, apa kabar?" Raffael merangkul Rizwan secara paksa. "Gimana rasanya jadi produser pertama kali?"

Rizwan menjauhkan kamera yang amat mendekati wajahnya. Raffael niat sekali untuk memperlihatkan bekas jerawat Rizwan yang membuat kepercayaan dirinya sedikit berkurang. "Lo, jangan gitu!"

Raffael tertawa. Sikap isengnya itu belum berubah. "Jadi ya brader-brader Apollo, si Rizwan ini punya bekas jerawat gede. Terus dia insecure bener, dah, ampe nggak mau cerminan. Padahal ganteng aja loh ya? Ganteng, kan, boys?"

Satu Gang Apollo menyahut.

"Ganteng banget!!!" Arvin paling bersemangat.

"Jangan insecure, Mas Rizwannn!" Ervin juga tak mau kalah dari Arvin.

Heiyo Nayl! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang