Pagi ini Abel berangkat ke sekolah naik taksi. Melati mendiamkannya. Mama dan papa Abel tak mengetahui bahwa Abek dan Melati sedang ada masalah. Abel bungkam dan bersikap biasa saja agar mama dan papa guenya tak mengetahui . Abel tau mengapa Melati begitu. Abel paham semua sedang kecewa padanya. Abel mengalah memang karena Abel yang salah.
Abel melangkahkan kakinya menyusuri koridor demi koridor. Tak ada lagi tangan Fajar yang menggenggam tangannya. Tak ada lagi Fajar dengan tingkah konyolnya. Abel tersenyum getir.
Abel berjalan menunduk. Telinganya kini mendengar suara orang yang sedang ia pikirkan. Suara Fajar. Abel menangkat wajahnya dan menatap lurus kedepan. Sesekali Abel menengok mencari sumber suara. Dan benar Abel menemukannya. Ada Fajar, Iger, Adrian dan Stefan sedang duduk dan mengobrol.
Abel memberanikan dirinya untuk mendekat ke arah empat cowok itu. Degup jantung sudah jangan ditanya lagi, pastinya jantung Abel sedang disko. Belum lagi penampilan Fajar yang seragamnya tak dimasukan dan kancing teratas seragamnya tak di kancingkan melihatkan kaos hitam yang dipakai Fajar. Fajar ganteng, Abel tidak munafik.
"Fajar" panggil Abel saat sudah di dekat empat cowok itu.
Sepasang mata keempat cowok itu menatap Abel. Adrian mencebikkan bibirnya kesal atas kedatangan Abel yang membuat sahabatnya patah hati. Adrian melangkah menjauhi Abel. Kemudian disusul oleh Stefan dan Iger di belakangnya.
Abel menghembuskan napasnya. Fajar hendak meninggalkan Abel juga. Namun tangan kecil Abel menahan pergelangan tangan Fajar. Fajar menghentikan langkahnya.
"Gue mau jelasin sesuatu sama lo" ucap Abel. Tangannya masih menggenggam pergelangan tangan Fajar.
Fajar tetap diam bahkan tak membalikan badannya untuk sejenak menatap mata sendu Abel. Fajar belum siap tambah sakit hati ketika melihat mata Abel yang sekarang sudah berkaca-kaca.
"Gak usah jelasin apa-apa. Gue nembak lo juga karena tantangan Iger. Misi gue nembak lo udah selesai, jadi kita udah gak ada urusan lagi. Oh iya, longlast sama Davin. Kemarin gue lihat kalian pelukan" Fajar sesungguhnya sakit mengatakannya.
Air mata Abel meluruh. Kata-kata Fajar sungguh menusuk hati dan membuat sesak. "Gak mungkin"
"Gak ada yang gak mungkin" ucap Fajar lalu menyentakkan tangan agar Abel melepas genggamannya.
Fajar berlalu meninggalkan Abel. Terdengar samar isakan kecil dari Abel. Fajar memejamkan matanya sejenak berusaha menulikan pendengarannya. Isakan tangis Abel bagai belati yang menusuk relung hatinya.
Sedangkan Abel, dengan air mata menagalir menatap kepergian Fajar. Abel merasa Fajar berbohong. Jika itu benar sekalipun Abel tak mempedulikannya. Dari manik mata Fajar, Abel bisa melihat jelas itu adalah tatapan kasih yang tulus.
Abel mengusap air mata di pipinya. Abel kaget saat berbalik Davin sudah ada di depannya. Davin tersenyum canggung. Davin tampak mengambil sesuatu dari dalam tasnya.
"Pagi-pagi udah nangis" kata Davin seraya menyodorkan sapu tangan warna magenta dengan tulisan 'Bella'.
Abel menatap sapu tangan yang diberikan Davin. "Bella?"
Davin tersenyum. "Ada nama lo. Biar spesial gitu hahaha"
Abel tersenyum. Davin sama sekali tak menaruh dendam pada Abel karena telah menolaknya. Sisi Davin yang membuat Abel suka. Namun sebagai teman.
"Yaudah sana ke kelas. Nanti takutnya telat" suruh Davin.
"Oh, iya satu lagi. Angkat kepala mu princess, nanti mahkotamu jatuh" gurau Davin yang membuat Abel lagi-lagi tersenyum.
Abel melangkahkan kakinya ke kelas saat Davin telah melenggang. Dipandangi Abel sapu tangan pemberian Davin. Bella, hanya Davin yang memanggilnya begitu. Abel menghembuskan napasnya.
Ketika sampai ambang pintu kelas, Abel menatap ruang kelasnya sejenak. Rere sedang mengobrol bersama Disha seolah kedatangan Abel sama sekali tak diketahuinya. Tak ada lagi sambutan konyol dari sahabatnya. Diam, bungkam, tatapan bagai tak mengenal.
Abel memasuki ruang kelasnya. Abel duduk di bangkunya lalu menenggelamkan wajah diantara lengannya yang ditekuk. Abel memejamkan mata namun tak tidur. 'angkat kepalamu princess nanti mahkotamu jatuh'. Kata-kata Davin mengiang dikepalanya. Abel pun menegakkan duduknya lalu memaksakan senyum dibibirnya.
Haii
Hate but Love #97 in teenfiction.
Makasi buat para readers yang udah baca cerita abal-abal ini. Makasih yang berlipat-lipat untuk yang udah nge vote plus komen. Makasi banget buat semuanya. Tanpa kalian Hate but Love ga bakal jadi nomer 97. Doain ya semoga kedepannya bisa 1 in teenfiction. Amin
Tetep tunggu kelanjutannya. Jangan bosen yaa. Tetep pantengin Hate but Love. Thank youuuu, ayafluuuu<3
![](https://img.wattpad.com/cover/113535525-288-k71863.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Hate but Love
Teen FictionSeorang Fajar Dika Dewanggara Badboy sekaligus penyumbang dana terbesar di sekolah ternama jatuh cinta pada cewek yang sangat dibencinya karena sifat nyolotnya? Dan cewek yang berani dengan Fajar itu adalah anak baru di sekolah Fajar. Abella Agatha...