LIMABELAS : HAMPA

11.8K 750 24
                                    

Sudah lima hari semenjak kejadian ponsel Abel pecah karena Fajar. Selama lima hari itu pula Fajar tidak melihat Abel. Sepertinya Abel memang menjauh dari Fajar. Ada rasa kehilangan dan rasa bersalah menyeruak di hati Fajar. Hati nurani Fajar menyuruhnya untuk meminta maaf. Tapi egonya tak bisa menerima sehingga membuat Fajar hanya berdiam diri.

Fajar hanya mendengus ketika Nara—Ferinara bergelayut manja dilengannya. Sebenarnya Fajar risih dengan Nara. Namun Fajar juga tidak tega untuk mengusir Nara dari lengannya. Secara Nara adalah teman Fajar sejak SMP dan mereka akrab sebagai teman. Alih-alih berniat baik untuk menjalin pertemanan, Nara malah menganggap Fajar menyukainya. Nara sudah terjebak dalam pesona Fajar.

"Fajar nanti nonton mau gak?" tanya Nara sambil mengamati wajah tampan Fajar.

"Enggak. Gue sibuk"

Nara hanya mengerucutkan bibirnya sebal. Nara melambaikan tangannya kepada Yohana dan Ajeng yang sedang memainkan ponselnya.

"Hanjeng!"

"Manggil nya gak usah disambung. Lo manggil apa ngatain" gerutu Yohana sambil memainkan ponselnya.

"Apaan? Gak usah basa-basi Nar" cibir Ajeng sambil menyedot Ultramilk cokelatnya.

"Gue haus hehehe. Tolong beliin minum ya? Ntar gue traktir di Mc.D deh"

"Hmm. Duitnya mana?" tagih Yohana.

"Pake duit lo dulu ya?" mohon Nara.

"Xianjeng!" maki Yohana dan Ajeng bersamaan. Nara hanya cengengesan menatap kedua temannya yang melenggang menuju kantin.

Mata Nara beralih menatap Fajar lagi. Tambah lama Nara seperti semakin tenggelam dan larut dalam pesona Fajar. Sifat cuek Fajar membuat Nara penasaran. Bahkan Nara mengabaikan Rey—cowok yang sudah genap dua tahun stuck pada Nara. Bukan rahasia bahwa seorang Rey menyukai  Nara sejak pertama MOS.

Soal ganteng Rey juga ganteng. Keren pun Rey juga keren. Yang membedakan hanya satu. Rey tak sepopuler Fajar. Rey lebih suka menyendiri dari pada bergabung bersama teman sebaya nya. Itulah yang membuat Rey tidak sepopuler Fajar walau tampangnya mendukung.

"Nara, gue nyamper ke temen gue ya?" izin Fajar.

"Gue ikut ya?"

"Lo kan ada temen-temen lo"

"Yaudah deh"

Setelah mendapat izin dari Nara, Fajar ke kantin sendirian. Tatapannya lurus. Tangannya dimasukkan ke saku celana. Rambutnya yang acak-acakan membuatnya keren dan terkesan cool.

Tiba-tiba mata elang Fajar melihat sosok yang lima hari belakangan ini menghindar darinya tengah mengobrol sambil berjalan bersama temannya. Darah Fajar berdesir dan jantungnya berdetak kencang saat matanya bertemu dengan mata Abel. Namun selang beberapa saat Abel memutuskan kontak matanya dengan Fajar. Abel memilih menunduk dan mempercepat langkahnya.

Fajar melihat senyum di bibir Abel luntur saat mata Abel melihat Fajar. Sepertinya Abel menuruti kata Fajar agar menunduk bila bertemu dengannya. Fajar merasa cewek itu sudah benar-benar enggan berurusan dengan dirinya. Untuk pertama kalinya Fajar merasa ada yang hilang dan seolah hati nya sedang hampa.

Fajar meneruskan langkahnya yang terasa hampa. Sebelumnya Fajar tak pernah merasa seperti ini. Perasaaan apakah ini? Entah Fajar juga belum mengetahui. Semacam benci tapi... rindu. Fajar menggelengkan kepalanya menepis pikiran bahwa dia telah jatuh hati pada Abel.

Ketika memasuki kantin, Fajar menghampiri teman-temannya. Fajar mendudukan dirinya di sebelah Iger.
Muka murung sudah tak dapat di sembunyikan oleh Fajar. Kini ego nya dapat dikalahkan dengan perasaan rindu yang kian lama melebar.

"Kenapa lo Jar? Muka murung kayak telat bayar kos" Stefan menyengir lebar menggoda Fajar.

"Apa sih anjing!" Fajar tak terima diledek. Suasana hati Fajar sedang buruk.

"Slow,slow. Fajar lagi pms jadi sensian" tambah Adrian meledek Fajar. Fajar hanya mendengus malas.

"Fajar tuh lagi..." Iger menggantungkan kalimatnya. Mata Iger menatap lekat gerak-gerik Fajar.

"Gu—gue kayaknya. Kangen Abel" ucap Fajar lirih.

Brak!

"Sudah ku duga! Kamu telah berpindah kelain hati!" ujar Stefan dramatis seusai menggebrak meja kantin.

Semua siswa melirik ke arah meja rombongan Fajar. Stefan yang sadar akan kebodohannya hanya mengusap tengkuknya salah tingkah lalu cengengesan.

"Apa yang kalian liat?!" bentak Fajar tak suka. Seketika para siswa yang tadi melihat ke arahnya langsung sibuk dengan aktivitasnya masing-masing.

"Lo sih bego Step. Udah tau Fajar baru pms" kekeh Iger menonyor kepala Stefan.

"Ya maaf hehehe. Kalem Jar" kata Stefan sambil menoel lengan Fajar yang membuat Fajar bergidik jijik.

"Kayak orang maho si Stefan. Jijik! Najis!" Adrian berjengit menatap Stefan.

"Lo kali yang maho! Cewek gue mah banyak. Lo jomblo mulu! Lo kali yang maho!" bantah Stefan tak terima.

Fajar menghela napasnya. Dosa apa dirinya sehingga mempunyai teman seperti ini. "Berisik! Sama-sama maho gak usah saling tuduh! Gue lagi kayak abg labil kalian malah gak jelas! Bantu kek!" Fajar membentak.

Adrian dan Stefan yang mendengar Fajar membentak hanya menunduk sambil menggigit kukunya. Seperti dua orang anak yang sedang di marahi ibunya karena bertengkar.

"Mending lo minta maaf ke Abel biar gak kayak abg labil gini Jar" nasihat Iger

"Gue setuju sama saran Iger. Soalnya lo keterlaluan sama Abel. Dia itu cewek Jar" saran Stefan yang otaknya mulai normal.

Fajar diam berpikir sejenak.

"Gue keterlaluan ya?" tanya Fajar yang mendapat balasan anggukan oleh ketiga temannya.

"Yaudah gue minta maaf deh nanti. Lo tau rumahnya Abel?"

"Dia adeknya Melati Jar. Dia serumah sama Melati"

Sontak Fajar, Adrian, dan Stefan membelalakan matanya tak percaya.

"Serius lo?!" tanya Adrian seolah tak percaya.

"Emangnya muka gue kayak orang bohong?" tanya Iger balik.

Fajar menggelengkan kepalanya. "Gila! Melati kalemnya kayak gitu kok adeknya beringas macem Abel"

"Halah beringas-beringas gitu juga udah bikin lo kangen" cibir Adrian.

"Shut up!" Fajar menatap muka tegang teman-temannya. Lalu meledak lah tawa mereka.

"Kayak orang nahan boker muka lo pada hahaha" ucap Fajar disela tawanya.

Hate but Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang