[The Angels] 8 - Preparation

133 11 0
                                    


Mungkin ini memang bukan hari keberuntungan bagi Chera. Sekeluarnya dia dari museum, Isseiru benar-benar bertemu dengannya. Seolah-olah Isseiru sudah bisa memprediksi keberadaannya di sana, Isseiru sedang duduk di salah satu kursi taman di depan perpustakaan dalam wujud manusianya.

"Hai," Sapa Isseiru lembut.

Chera terpojok! Dia berniat lari secepat mungkin. Kalau dia mengeluarkan sayap dalam kondisi seperti ini, orang-orang bisa panik... Tapi, masa bodoh dengan itu! Yang penting, saat ini dia tidak boleh tertangkap!

"Tunggu!" sahut Isseiru cepat sebelum Chera bertindak apa pun. "Kita perlu bicara!"

"Tidak ada yang perlu kita bicarakan."

"Aku hanya ingin jawaban darimu. Kenapa kamu melukai Lucieve?"

"Saat ini kamu musuhku, Master Isseiru!"

"Kalau memang kamu berniat menjadikanku musuh, kamu tidak akan memanggilku Master!" balas Isseiru. "Aku tahu ada sesuatu yang kamu sembunyikan. Aku juga tidak yakin kalau kamu benar-benar memihak mereka."

"Memangnya aku terlihat akan mengkhianati mereka?"

WUSH!

Chera mengeluarkan pedangnya dengan cepat. Itu di luar dugaan Isseiru. Isseiru melompat ke belakang tapi tetap saja terlambat. Pedang itu menggores sweaternya dan menyebabkan luka goresan tipis di dadanya. Saat itu juga keduanya bergegas menghilangkan diri mereka dari pandangan umum.

Dengan sayapnya yang kuat, Chera terbang ke udara dengan cepat menghindari Isseiru.

"Jangan lari!"

Isseiru lebih cepat! Dalam waktu beberapa detik saja, Isseiru sudah ada di depan Chera. Jalur melarikan diri belum tertutup. Chera memutar haluannya ke kanan, berharap Isseiru akan terkecoh. Walau nyatanya tidak.

Isseiru mengejar Chera ke arah kanan. Sama seperti Devoran, Chera masuk ke jalur kereta bawah tanah agar Isseiru tidak bisa mengejarnya. Dia berputar ke kanan dan masuk ke lorong kedua dari jalur utama kereta. Isseiru terus membuntutinya. Jarak mereka terlalu dekat. Chera harus membuat perbedaan jarak yang lebih jauh bila ingin lepas darinya.

Chera bisa melihat dalam kegelapan jauh lebih baik daripada Isseiru. Di depan, dia melihat ada sebuah belokan yang mengarah pada jalan buntu. Chera berbelok ke sana. Isseiru tak percaya dia kehilangan Chera pada belokan itu. Ya, itu karena Isseiru tidak menyadari adanya lubang ke saluran air bawah tanah di sana. Chera yang berbelok lebih dulu mengangkat penutup saluran itu dan melesat masuk ke dalamnya.

"Memang aku tidak boleh meremehkannya!"

Isseiru kembali ke Halrane. Keesokan paginya dia menceritakan kejadian itu pada Lucieve dan Wisha. Ketiganya berkumpul di kamar Lucieve yang nyaman. Lucieve duduk di tempat tidurnya. Meski sudah dinyatakan baik-baik saja, serafim menyuruhnya untuk beristirahat dulu. Wisha duduk di kursi batu di sampingnya. Sementara Isseiru berdiri di tempat favoritnya, di samping pintu kaca menuju balkon.

"Kamu yakin kalau dia tidak benar-benar memihak mereka?" tanya Wisha.

"Matanya mengatakan hal itu," jawab Isseiru.

"Tapi, dia menyerang kita. Aku melihat kalau dia sungguh-sungguh menyerang kita," tambah Wisha.

"Mungkin itu karena perangainya yang keras," lanjut Isseiru. "Karena itu, hal yang baginya hanya sandiwara terlihat begitu nyata di depan kita."

"Menurutku..." Lucieve akhirnya ikut bicara. "Chera memang tidak mengkhianati kita. Dia hanya punya alasannya sendiri untuk berpihak pada mereka saat ini. Hanya saja, kalau memang itu semua hanya pura-pura, seharusnya Sylvester mengetahuinya. Tapi kenapa Sylvester tetap membiarkannya jadi anggota mereka?"

Ucapan Lucieve ada benarnya. Sylvester memiliki kekuatan yang tidak bisa diremehkan. Tidak mengejutkan kalau misalnya dia bisa membaca atau menebak apa yang dipikirkan seseorang. Apa dia tidak tahu apa yang ada dalam kepala Chera atau dia hanya pura-pura tidak tahu?

"Mungkin untuk berhubungan dengan kita," ujar Wisha tenang. "Bagaimanapun juga akan menguntungkan memiliki salah satu teman dari musuhnya."

"Maksudmu dia bermaksud menjadikan Chera sebagai sandera?" tebak Lucieve.

"Bisa jadi," kata Wisha.

"Tidak," sahut Isseiru. "Sylvester juga pasti tahu kalau tidak ada gunanya menjadikan dia sandera, karena archangel akan memilih mengorbankan seorang malaikat daripada seluruh Halrane dan bumi. Menurut dugaanku, dia akan membuat Chera sebagai umpan agar kita keluar dari Halrane."

"Bagaimana caranya?" tanya Wisha.

Isseiru mengangkat bahunya, "Ada banyak cara. Kita tunggu saja. Yang pasti, untuk saat ini, kita harus terus waspada. Mereka bisa muncul di mana pun dan kapan pun." Masalah utamanya baru muncul setelah ini. Sekalipun mereka tahu Chera adalah umpan, apakah mereka bisa menahan diri untuk tidak memakan umpan itu?

Siang itu, Wisha memutuskan untuk berpatroli. Dia bersama seorang kerubim yang bertugas membantunya bila terjadi penyerangan. Entah kenapa dia melihat pengumuman di pusat kota hari itu. Sebuah pengumuman yang menyatakan hilangnya bocah lelaki berusia 12 tahun bernama Vandrico Ardemic beberapa hari yang lalu.

"Vandrico... Ardemic?"

Wisha tidak bisa mengatakannya, tapi dia merasa kalau nama itu ada hubungannya dengan semua ini. Apalagi hari anak itu menghilang bertepatan sehari sesudah Cyrenca terbebas. Hari itu juga hari di mana Isseru mendapat misi ini.

Apa ini kebetulan?

Tidak! Tidak ada yang namanya kebetulan!

Tempat dia menghilang sama dengan tempat terdeteksinya makhluk kegelapan hari itu. Meski merasa ada sangkut pautnya, Wisha tetap tidak bisa menemukan benang merah dari semua ini.

Tak jauh dari tempat Wisha berdiri, sesosok makhluk kegelapan tengah mengamati mereka. "Sylvester, aku ingin bertarung dengan mereka. Gadis malaikat itu sepertinya cukup menarik untuk dijadikan musuh."

"Jangan berpikiran yang tidak-tidak," kata Sylvester yang ada di sampingnya.

"Mungkin dia bisa menjadi tiket masuk kita ke Halrane. Sepertinya hubungannya dengan pimpinan angel of death cukup dekat."

"Ini bukan hanya masalah dekat atau tidak, tapi juga..." Sylvester berhenti bicara untuk sesaat. Pikiran dan rencana jahatnya memenuhi benaknya. "Benar juga. Aku tahu bagaimana cara membuat posisi mereka makin sulit. Mungkin kamu bisa membantuku."

"Aku mendengarkan..."

"Kita gunakan Chera dan Vandrico Ardemic. Kamu mau membantuku, Daren?"

Sepertinya pertemuan berikutnya akan jadi lebih menyenangkan.

Angel of Death (2011)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang