"Bodohnya aku..." pikir Xeo.
Kejadian kemarin telah membuat tirai penutup ingatan masa lalunya terbuka. Bagaimana mungkin dia bisa bersikap gegabah seperti itu? Padahal dulunya dia seorang malaikat yang sangat penuh perhitungan di Halrane. Sambil berjalan ke ruang bawah tanah yang ada di kuilnya, Xeo menarik napas panjang. Luka di perutnya memang masih terasa nyeri, tapi itu tidak menghalangi keinginannya untuk menemui Golden Sun yang ada di ruang bawah tanah. Setiap anak tangga menuju ke bawah semakin membangkitkan nostalgia bagi Xeo.
Di depan pintu besar ruang bawah tanah itu, Xeo melakukan suatu sihir untuk membukanya, lalu...
DRRRK...
Pintu batu besar itu berderak keras dan akhirnya terbuka baginya. Ruang senjata, itu adalah sebutan yang lebih pantas baginya. Seisi ruangan itu hanya berisi senjata kuno. Xeo masuk dan mengamati sekelilingnya. Di dinding bagian kanan terdapat rak-rak berisi belati. Di tengah terdapat lemari kaca berisi pistol. Di sudut ruangan ada kabinet setinggi satu meter berisi peluru. Juga ada kotak besar berisi parang dan tombak. Sebelum menemukan yang dicarinya, ada satu benda yang menarik perhatian Xeo. Di ujung kiri ruangan ada sebuah kotak kaca besar berisi pedang. Pedang itu bersalutkan emas dan ukiran rumit pada sarungnya. Pada gagang bagian atas ada sebuah lingkaran hitam seperti cermin Avseacl. Di sisi kanan dan kirinya terdapat sayap emas yang menutup ke atas.
"Hmm... Kapan, ya, terakhir kali aku melihat Isseiru memakai pedang ini?"
Xeo kembali berjalan. Melewati beberapa kotak berisi senjata lainnya dan akhirnya tiba pada sosok anggun yang terus memanggilnya, Golden Sun.
Kotak kaca tertanam pada dinding. lebarnya sekitar 1 meter. Terlihat sebuah cakram besar nan indah di dalamnya. Cakram itu memiliki delapan jari-jari yang semuanya disabut emas dengan mata belati yang besar dan tajam di ujungnya. Setiap mata belati terhubung oleh pisau lingkaran yang sama tajamnya. Di tengah ada gagang emas berbentuk silang untuk tempat memegangnya. Ukiran di sekeliling gagang itu dibuat dari perak dan kristal.
Benar-benar cantik...
"Bagaimana mungkin aku bisa melupakanmu, Golden Sun?" kata Xeo seraya mengambil benda itu dari dalam kotaknya. "Kamu tetap menawan, seperti biasanya."
"Kamu juga tetap memujinya, seperti biasa." Xeo berbalik dan melihat Isseiru berjalan dari pintu menuju padanya. "Sudah ingat semuanya, Master Xeo?" tanya Isseiru sambil tersenyum tipis. "Sebenarnya aku berniat mengembalikan jabatan itu padamu, Xeo. Tapi, aku tahu kamu tidak akan mau."
"Tentu saja. Lebih bebas kalau bisa bertindak tanpa beban sebagai pemimpin 'kan?"
"Sepertinya sifat cerewetmu juga sudah kembali. Apa itu artinya semua sifat dan kebiasaanmu juga sudah kembali? Termasuk kekuatan dan strategimu?"
"Ya."
"Lalu, apa yang akan kamu lakukan selanjutnya?"
"Serangan balik!"
Isseiru kini bisa melihat sosok Xeo yang dulu. Tatapan mata yang bersinar dan penuh percaya diri. Raut wajah yang menunjukkan kecerdasan juga senyuman yang menunjukkan kebebasan dan keyakinannya.
"Dulu kupikir susah sekali mengakui kalau aku telah membiarkan Sylvester menculik Rico. Bahkan dua kali aku telah gagal mengambilnya. Tapi... Sekarang aku sadar. Itu 'kan soal mudah. Ambil saja kembali! Rico 'kan adikku.."
Benar...
Benar, inilah Xeo yang dikenal Isseiru.
Sebenarnya, Xeo adalah seorang malaikat, bahkan jauh sebelum dia jadi mansia, Victor Ardemic.
KAMU SEDANG MEMBACA
Angel of Death (2011)
Viễn tưởngIsseiru, pimpinan malaikat kematian, ditugaskan mencari keberadaan Rico. Dia pun harus berhadapan dengan musuh bebuyutan para malaikat, Cyrenca. Kenapa para makhluk kegelapan berusaha memburu Rico? Kenapa malaikat kematian yang harus mencarinya? Ben...