[The Angels] 6 - A Little Chat

208 12 0
                                    


Mentari pagi menembus jendela kaca kamar Wisha. Semalaman dia membiarkannya terbuka agar udara masuk ke dalam. Wisha mengejapkan matanya mengusir kantuk yang masih membendung. Dia merasa lelah sekali. Kalau bukan karena musik Isseiru, pasti kemarin dia tidak bisa tidur sama sekali karena pikirannya yang kacau.

"Untung saja aku bebas tugas, kalau tidak sekarang pasti aku sudah terlambat." Wisha bangkit dari tempat tidurnya perlahan. "Bagaimana keadaan Lucieve, ya?" Dia ingin tahu bagaimana keadaan Lucieve, padahal baru beberapa jam yang lalu dia meninggalkan kuil Lucieve. Sebenarnya dia tetap ingin berada di kuil Lucieve sampai pagi. Dia ingin menjaganya dan memastikan kalau semua baik-baik saja. Tapi, tentu saja Isseiru akan mengusirnya. "Ah, iya, bagaimana dengan Isseiru?" Sepeninggalnya dari kuil Lucieve, dia tidak melihat Isseiru keluar dari kamar Lucieve. Wisha berani bertaruh kalau Isseiru menjaga Lucieve semalaman.

Setelah berganti pakaian dan memakai jubah khas angel of death, Wisha keluar dari kuilnya. Di belakang kuil, di sebuah gazebo batu kecil, sudah tersedia sarapan paginya. Para serafim yang bertugas memenuhi kebutuhan Halrane selalu menyiapkan makanan para malaikat di gazebo di belakang kuil mereka masing-masing.

Semangkuk sup hangat, kentang tumbuk, sosis, dan salad menjadi sarapan paginya hari ini. Mereka juga menyediakan air, susu, dan jus. Wisha menuang jus ke dalam gelasnya dan meminumnya separuh sambil melihat ke atas. Sepasang burung berkicau begitu merdu di atas kepalanya. Wisha memulai sarapannya saat dia merasakan perasaan rindu yang dalam pada kedua sahabatnya. Dia ingin sekali menemui mereka. Dia ingin bicara mengenai semua kejadian mengerikan kemarin. Dia juga ingin menanyakan keadaan Lucieve. Makin dirasakannya perasaan itu, makin bergegas dia menyelesaikan sarapannya.

Kuil Lucieve yang terletak cukup jauh dari kuilnya ditempuh dalam waktu 1 menit terbang. Wisha melintasi padang bunga dan sungai kecil yang mengitari kebun kacang. Setelah melewati bukit di samping lembah kecil, Wisha mencapai kuil Lucieve yang indah.

Kuil itu berbentuk segiempat dengan pilar berukiran mengelilingi semua sisinya. Kuil Lucieve adalah salah satu kuil bertingkat di sana. Wisha terbang ke atas mencapai balkon kamar di depan pintu kamar Lucieve, tempat dia merenung kemarin. Dia yakin Lucieve masih ada di kamarnya. Dia mendarat pelan dan mulai membunyikan pengetuk pintu yang berbentuk fleur-de-lis.

TOK! TOK!

"Lucieve?" Tidak ada jawaban. Wisha juga tidak begitu mengharapkan adanya jawaban dari dalam kamar. Kalau tidak ada jawaban, itu artinya mereka masih tidur. Iya kan? "Lucieve?" Wisha memanggil lagi. Kali ini sambil mendorong pelan pintu itu dan mengintip ke dalam kamar. Dia melihat Lucieve masih terbaring di atas tempat tidur, tidur dengan nyenyak. Wisha menoleh ke sekeliling, tapi dia tidak menemukan Isseiru di mana pun.

Wisha pun mendekati tempat tidur. Lucieve, yang kondisinya mulai pulih, bisa merasakan kehadiran seseorang di kamarnya. Perlahan, Lucieve membuka matanya dan melihat Wisha sedang berjalan ke arahnya.

"Ehm..." Wisha benar-benar merasa canggung. Dia tidak tahu apa yang harus dikatakannya pada Lucieve. Bisa dibilang, Lucieve jadi seperti ini gara-gara melindunginya. Apa dia harus minta maaf? Atau dia harus menyapanya dulu? Atau...

"Hai..." Lucieve menyapa Wisha dan tersenyum lembut padanya. Melihat itu, Wisha justru ingin menangis. Lucieve tidak tersenyum untuk dirinya sendiri, dia tersenyum untuk menenangkan Wisha. Dia memang sahabat yang baik. Puluhan tahun mereka saling mengenal dan mengerti. Semua waktu itu memang tidak sia-sia. Selain para malaikat itu punya umur panjang, mereka juga bebas menentukan penampilan mereka. Seorang berumur ratusan tahun seperti mereka bisa terlihat seperti pemuda belasan tahun. Ya, namanya saja malaikat.

Wisha membalas senyuman Lucieve dengan senyuman termanisnya, "Bagaimana keadaanmu? Apa masih terasa sakit?"

"Aku baik-baik saja, 'kok. Jangan khawatir." Wisha tahu di balik jawaban Lucieve, dia pasti masih merasa sakit. Lucieve memang baik, dia tidak ingin orang di sekelilingnya jadi repot dan mencemaskan dirinya.

Angel of Death (2011)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang