Rico bangun saat burung hantu hinggap di dahan pohon di dekat jendela kamarnya dan menimbulkan suara mencekam yang menyebalkan. Akibatnya, dia jadi tidak bisa tidur lagi.
"Burung hantu sial," gerutu Rico pelan.
Rico bangun dari tempatnya berbaring. Rasa pusing dan lesu memang sudah tidak segencar tadi menyerangnya. Setidaknya, sekarang dia sudah bisa berdiri dengan kekuatannya sendiri. Ya, meskipun dia masih sedikit merasa lemas.
"Hhh..." Rico menghela napas panjang.
Dia merasa lapar dan haus. Entah sudah berapa jam dia tidur dan tidak makan atau minum apa pun. Segelas susu tadi pagi tidak membuatnya merasa kenyang. Apalagi, tadi dia minum dengan rasa mual dan pusing. Tidak ada sedikit pun rasa enak dari susu hangat yang tadi pagi terpaksa diminumnya.
Rico mulai melangkah menjauhi ranjangnya dan bergerak menuju pintu yang kini berada 1 meter di depannya. Dia melangkah maju dan keluar dari kamar. Dia ingin mencari tahu di mana letak dapur. Mungkin dia bisa menemukan sesuatu untuk mengganjal perutnya. Seperti sereal dan susu dingin.
Rico baru menyadari betapa panjangnya lorong yang terhampar di depannya. Tanpa nyala lampu satu pun, sulit baginya untuk menemukan pintu menuju ruangan lain. Pada langkah berikutnya, dia merasakan lantai di bawahnya semakin turun. Rupanya, dia telah berada di ujung tangga menuju ke bawah. Bagaimana mungkin Rico ada di lantai 2? Bukankah Chera membawanya ke kamar lantai 1? Ah, ya, mungkin saja mereka memindahkannya.
Rico mencium bau aneh yang menyerbak di seluruh lantai 1. Bau itu begitu menyengat menyerang hidungnya dan memberikan rangsangan unik di otaknya. Amis dan busuk. Seperti bau mayat. Apa mungkin di sana memang ada mayat? Atau mungkin itu hanya bau mayat dari hewan buruan yang tertangkap untuk makan malam, pikir Rico.
Rico berjalan pelan dan hati-hati di tengah gelapnya malam. Saat berbelok pada belokan berikutnya, dia bisa melihat adanya cahaya lampu dari celah pintu yang terbuka beberapa meter di sebelah kirinya. Rico berniat mendatangi ruangan itu dan melihat siapa yang masih terbangun semalam itu. Mungkin dia bisa memberitahu di mana letak dapurnya.
Rico baru saja berniat mengetuk pintu itu ketika matanya menangkap pemandangan yang tidak biasa dari celah pintu itu. Ruangan itu penuh dengan bercak darah. Bau amis tercium kuat dari dalam ruangan. Beberapa mayat berpakaian polisi hutan bergelimpangan di sisi kanan ruangan memberikan rasa menjijikan.
Rico terpaku dalam ketakutan dan kengeriannya.
Di bagian kiri ruangan itu, Rico melihat hal lain yang lebih mengerikan lagi. Dia melihat 4 makhluk yang ada di sana, yang dikiranya manusia, Devoran, Daren, Sedda, dan Ghea sedang menikmati makan malamnya. Devoran menghisap darah dari tangan salah satu polisi hutan yang sudah tidak bernyawa itu. Daren sedang menjilati tangannya yang penuh dengan darah. Sedda duduk di ujung ruangan sambil memainkan jarinya yang memainkan organ dalam manusia. Ghea yang berada tidak sampai 2 meter dari pintu sedang membelakanginya, menggigit lengan mayat sampai putus. Rasa mual yang tidak tertahankan menyerang Rico dengan begitu kuat.
Lari!
Dia harus lari dari sana!
Cepat lari!
Tapi, Rico merasa dia begitu lemah dan tidak berdaya. Sekujur tubuhnya merinding karena ngeri.
SREK...
Detik berikutnya makin mencekam! Ghea menyadari ada kehadirannya di sana. Dia menoleh ke luar pintu. Tapi, sulit baginya untuk melihat apa yang ada di dalam kegelapan di luar ruangan. Insting buasnya memaksanya untuk terus makan, namun perasaan tidak enak memberikan pertimbangan lain untuk waspada dan melihat ke luar ruangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Angel of Death (2011)
FantasyIsseiru, pimpinan malaikat kematian, ditugaskan mencari keberadaan Rico. Dia pun harus berhadapan dengan musuh bebuyutan para malaikat, Cyrenca. Kenapa para makhluk kegelapan berusaha memburu Rico? Kenapa malaikat kematian yang harus mencarinya? Ben...