[Trapped] 45 - Black Cloud

61 6 0
                                    

Pagi berikutnya, di kuil Isseiru...

Isseiru bangun dari tempat tidurnya, membuka jendela, lalu merasakan angin lembut membelai rambutnya. Dia menggerakkan lehernya ke kanan dan ke kiri, mengusir rasa pegal karena tidur yang tidak nyaman. Belakangan ini dia sering mengalami insomnia. Entah karena terlalu lelah atau karena terlalu banyak masalah yang dia hadapi.

Selesai mandi dan berganti pakaian, Isseiru turun dari kamarnya. Dia menemukan nampan lengkap dengan teko berisi teh panas dan pernak-perniknya di ruang depan kuilnya. Para serafim sering mengiriminya minuman hangat setelah pertarungan panjang. Servis yang cukup memuaskan di pagi hari. Sebentar lagi, mereka pasti akan menyiapkan sarapannya.

Isseiru menuang teh di cangkir lalu memberinya sekotak gula. Asupan gula di pagi hari bukan hal yang buruk. Sambil menikmati teh di teras depan kuilnya, Isseiru mengamat-amati keadaan langit di Halrane pagi itu. Ada sesuatu yang berbeda. Langitnya lebih gelap. Ah, bukan. Langitnya lebih hitam. Bukan mendung. Tapi, seperti ada warna hitam yang tercampur pada langit biru cerah hari itu. Setelah cukup lama mengamati dan tidak menemukan hal aneh berkelanjutan, Isseiru kembali ke kuilnya untuk sarapan.

Beberapa menit setelahnya, Isseiru kembali ke luar dan menjumpai Wisha dan Lucieve yang datang menemuinya. Isseiru kembali melihat keanehan di langit. Kali ini pun, langitnya makin hitam.

"Ada apa Isseiru?" tanya Lucieve sambil melihat ke arah yang dilihat Isseiru.

Isseiru menggeleng. "Entahlah, aku hanya merasa ada yang aneh."

"Mendung?" tebak Wisha.

"Bukan," jawab Isseiru. Isseiru pun memutuskan untuk tidak memikirkannya. "Sudahlah. Ayo masuk!"

Mereka duduk di ruang depan, tempat Isseiru mendapatkan teh hangat tadi. Setelah membuatkan mereka masing-masing secangkir teh hangat, Isseiru pun mulai berbincang-bincang dengan mereka dan menjelaskan alasan dia memanggil mereka ke sana.

"Sebentar lagi, posisi wakil pimpinan Angel of Death akan kosong," kata Isseiru membuka percakapan. "Jujur saja, aku sedang kebingungan mencari pengganti Liero."

"Hmm... Sosok seperti apa yang kamu harapkan dari penggantinya?" tanya Wisha.

"Aku berharap bisa mendapat wakil sekuat dan sepandai Liero. Selain itu, dia juga harus paham benar permasalahan yang terjadi di sini. Juga mengerti pribadi setiap orang di divisi ini. Justru itulah hal yang lebih penting." Isseiru berniat meminta masukan dari kedua teman akrabnya itu. Bukan mustahil juga kalau dia berniat atau berharap salah satu dari mereka akan menjadi wakil barunya.

"Bagaimana dengan Xeo?" tanya Lucieve. "Dia mantan angel of death yang kembali menjadi angel of death lagi. Dia punya banyak pengalaman."

"Ya, sebenarnya aku juga sempat berpikir seperti itu. Tapi, sepertinya itu mustahil."

"Kenapa?"

"Xeo adalah Victor. Setelah semua masalah ini berakhir, dia akan kembali ke kehidupan asalnya sebagai Victor, bukan sebagai Xeo."

Ah, benar juga. Selama ini mereka selalu saja beranggapan kalau Xeo adalah Xeo, seorang malaikat kematian yang selalu bisa diandalkan setiap saat. Isseiru mengingatkan mereka, cepat atau lambat, Xeo akan meninggalkan Halrane.

"Kamu punya data setiap anggota Angel of Death, 'kan?" tanya Lucieve. "Bagaimana kalau kita melihat data-data itu? Mungkin kita akan menemukan orang yang sesuai. Selain itu, kita juga bisa melihat catatan kegiatan mereka dan statistik kekuatan mereka."

Isseiru mengangguk dan tersenyum. "Ide bagus. Tunggu sebentar, akan kuambilkan datanya."

Isseiru bergegas ke ruangannya. Setelah melewati pintu batu besar yang berukiran, Isseiru bergegas ke mejanya. Ruangan itu luas. Dindingnya terbuat dari batu kokoh yang bagian atasnya berukiran daun. Ada seperangkat meja batu pendek dan kursinya di depan meja Isseiru. Sementara di sisi kiri dan kanan ada beberapa lemari. Crosseta ada di salah satu kotak kaca di samping meja kerja yang dilewati Isseiru.

Angel of Death (2011)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang