Bulan sabit terlihat indah malam itu. Hampir seluruh kegiatan kota sudah berhenti. Jam menunjukkan hampir tengah malam. Xeo baru selesai menjalankan tugas di kafe pamannya. Sambil duduk di depan mesin kasir, Victor Ardemic alias Xeo, sedang membereskan barang-barangnya dan bersiap pulang ke apartemennya. Atau dalam arti lain, Halrane.
"Victor," sebuah suara yang ramah menyapanya. Dari dalam dapur keluar seorang pria besar dan gemuk. Matanya lebar dengan tatapan yang lembut. Rambut coklatnya sudah mulai memutih. Sementara kumisnya coklat gelap menggantung di atas bibirnya.
"Ada apa, paman?" tanya Victor.
"Jujur saja, paman dan bibimu ini cemas padamu," kata pria itu sembari menyeret kursi ke samping Xeo dan duduk di sana.
Suasana kafe yang sudah tutup terasa begitu hening. Pintu depan kafe sudah terkunci dan tertutup oleh rolling door aluminium. Pintu keluar tinggal pintu belakang di balik dapur. Satu-satunya cahaya penerangan hanyalah lampu dari dalam dapur yang masih bersinar.
"Bagaimana keadaanmu?" tanya paman.
"Baik," kata Victor sambil melepas celemeknya dan menggantungnya pada gantungan di pintu dapur.
"Kamu masih memikirkan Rico?" tanya paman lagi. Victor berhenti melakukan aktivitasnya dan melihat ke arah pamannya. "Sudah hampir 2 minggu penculikan terjadi. Tapi, polisi sama sekali tidak bisa menemukan petunjuk apa pun mengenai Rico. Lagipula, anehnya, penculik juga tidak menghubungimu apalagi meminta uang tebusan."
Victor mengambil jaket dan memakainya. "Mungkin saja sang penculik ingin hal yang lain dari Rico."
"Hal lain?"
"Misalnya... kemampuannya."
Paman tercengang mendengar jawaban dari Victor. Mungkinkah memang ada penculik yang ingin kemampuan Rico? Memang kemampuan apa yang diinginkan olehnya? Rico memang pandai, tapi dia tidak berprestasi dengan gemilang, hanya pandai dalam ukuran anak biasa.
"Ya, ini hanya pemikiranku," lanjut Victor sambil mengambil tasnya. "Paman dan bibi tidak usah khawatir. Aku baik-baik saja. Aku juga tidak akan membiarkan masalah ini mempengaruhiku."
"Tunggu!" cegah paman saat Victor melangkah menuju pintu belakang. "Apa kamu tetap berniat menerima beasiswa itu dan belajar di luar negeri?"
Victor tersenyum tipis. Terus terang, dia belum sempat memikirkan hal itu sedikit pun sejak Rico menghilang. Tapi, itu memang hal yang dia inginkan sejak dulu. Akhirnya, Victor hanya menjawab, "Kita lihat nanti, paman. Selamat malam."
"Ya, selamat malam. Hati-hati..."
Bagaimana mungkin Victor sebagai Xeo bisa memikirkan studinya dengan tenang? Rico masih ada di pihak musuh. Dia juga tidak bisa menjelaskan ada para makhluk kegelapan yang menculik Rico entah karena apa? Apalagi cerita bahwa dirinya telah menerima kelahiran kembali dan punya sayap seperti malaikat?
"Hhh..." Xeo melayangkan pandangannya ke langit. Dari balik awan, Xeo bisa melihat sesosok malaikat sedang terbang beberapa meter di atas kepalanya. Ada dua sosok lagi yang mengejarnya. Dua sosok itu adalah sosok yang benar-benar dia kenal, Wisha dan Isseiru. Apa yang sedang mereka lakukan? Siapa yang mereka kejar?
Xeo melesat ke langit malam. Dia meletakkan tasnya di atas apartemennya lalu mengambil jubah malaikat. Tidak ada alasan khusus, hanya saja, jubah itu akan melindunginya dari serangan-serangan vital. Tidak ada waktu untuk memakainya dengan tenang. Xeo terbang secepat mungkin mengejar Wisha yang ada di depannya sambil mengenakan jubah itu.
"Wisha!" Panggilan Xeo membuat Wisha menoleh. "Apa yang terjadi?"
"Lucieve!" jawab Wisha. "Kami mengejar Lucieve."
KAMU SEDANG MEMBACA
Angel of Death (2011)
FantasyIsseiru, pimpinan malaikat kematian, ditugaskan mencari keberadaan Rico. Dia pun harus berhadapan dengan musuh bebuyutan para malaikat, Cyrenca. Kenapa para makhluk kegelapan berusaha memburu Rico? Kenapa malaikat kematian yang harus mencarinya? Ben...