[Past] 27 - His Decision

76 4 0
                                    

Xeo tersadar beberapa waktu setelahnya. Dia ada di kamarnya, di kuilnya. Seorang serafim yang menjaganya menyapanya selamat pagi. Rupanya, peperangan sudah usai. Dia selamat. Isseiru berhasil menyelamatkan dirinya. Bukan hanya itu, dia juga berhasil membantu malaikat memenangkan perang itu dengan memberikan serangan berdampak luar biasa pada pohon kematian. Kabarnya Master Chael juga berhasil menyegel Cyrenca. Perang seolah seperti mimpi saja.

Serafim lain masuk dan memberikan Xeo undangan khusus untuk datang ke Hall of Glory apabila dia sudah pulih. Di sanalah Xeo dan Isseiru mendapat penghargaan dan masing-masing satu permintaan bebas aturan.

Banyak gosip beredar. Banyak yang takut Xeo minta diangkat menjadi archangel. Bagi pihak tertentu, mereka malas sekali harus tunduk pada seorang yang berasal dari tingkat terendah Halrane. Padahal, sekalipun dia tidak meminta hal itu pun, malaikat kematian sudah mulai diperhitungkan. Kesenjangan tidak separah dulu lagi.

Di Hall of Glory, Xeo mengajukan permintaannya.

"Aku ingin jadi manusia."

Permintaan itu cukup mengejutkan. Isseiru yang menemui Xeo sesudahnya juga heran.

"Kenapa?" sosok malaikat dengan tiga pasang sayap itu bertanya padanya.

"Aku ingin merasakan rasanya jadi manusia. Manusia memang punya banyak kelemahan. Mereka memang tidak sempurna, tapi... justru dalam ketidaksempurnaan itulah, mereka sempurna. Kamu pasti menganggap ucapanku ini konyol..."

"Tidak... Itu benar." Isseiru tersenyum tipis. "Kehidupan seperti apa yang kamu harapkan?"

"Hmm... Aku ingin punya keluarga yang hangat. Orang tua yang rukun dan mungkin seorang adik. Dari dulu aku ingin punya adik. Hehe..."

"Kupikir kamu akan jadi seorang kakak yang baik."

"Apa itu ramalanmu untukku, Archangel?"

"Kamu boleh menganggapnya begitu, Master Xeo!"

Permintaan Isseiru sendiri lebih mengejutkan lagi.

"Aku ingin jadi malaikat kematian."

Kesebelas archangel yang lain kaget bukan main. Bagaimana mungkin seorang yang berada di posisi tertinggi yang diingini setiap malaikat, Archangel, malah ingin berada di posisi terendah, malaikat kematian? Apa yang dipikirkan Isseiru?

"Kalau begitu, siapa yang akan menggantikanmu?" tanya Master Chael, mengingat jumlah archangel selalu dua belas orang.

"Efera dari kerubim." Wadah kekuatan Efera jauh lebih besar dibanding kerubim pada umumnya dan Isseiru yakin dia mampu menggantikannya.

Setelah itu, Isseiru menghabiskan waktunya di tempat seperti kapel kecil di belakang Hall of Glory, tempat favoritnya untuk menghabiskan waktu luang. Tempat itu tidak begitu besar. Sebuah bangunan bulat berkubah. Di dalamnya ada bangku batu panjang di sisi kanan dan kiri. Di tengahnya ada susunan kristal menyerupai domba. Di mana di sekelilingnya terdapat patung-patung malaikat yang sedang memainkan musik. Di bagian belakangnya, terdapat beberapa jenis alat musik. Salah satunya organ pipa besar yang sedang dimainkan Rie saat ini. Isseiru mengamatinya dari jauh. Di tempat yang sepi itu, suaranya terdengar begitu jelas. Rie memainkan sebuah lagu yang indah. Lagu yang menenangkan pendengarnya. Isseiru mengeluarkan ocarina miliknya. Dia pun mulai ikut bermain musik. Dia yakin Rie tidak akan keberatan kalau ada tambahan satu suara lagi.

Seusai lagu itu, Rie menghampiri Isseiru dan tersenyum. "Boleh aku bertanya?"

"Tentu saja."

"Apa alasanmu ingin menjadi malaikat kematian?"

Isseiru sudah menyiapkan jawaban untuk itu. Dia sangat yakin, pasti akan ada yang bertanya begitu. "Aku ingin bebas. Ya, mungkin ini hanya keegoisanku semata." Isseiru mulai menertawakan dirinya sendiri.

Angel of Death (2011)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang