[The Angels] 9 - Misty

118 9 0
                                    


Malam itu malam yang menyeramkan. Kabut tebal menutupi seluruh kota Sinclaire. Hujan belum turun, namun awan badai sudah menggantung memenuhi langit kelabu. Kilat dan petir bergiliran menunjukkan diri. Lampu yang menerangi jalanan terlihat suram dan remang-remang. Jalanan sepi karena tidak ada orang yang mau berpergian dalam cuaca seperti ini.

Victor Ardemic sedang duduk di depan komputernya. Dia mencoba menulis sesuatu, esai atau apalah untuk menenangkan hatinya. Perasaannya masih bercampur aduk. Hilangnya sang adik benar-benar membuatnya merasa kesal pada dirinya sendiri. Sebenarnya apa yang telah terjadi? Dia sama sekali tidak mengerti.

Sesekali Victor melihat keluar melalui balkonnya seolah mengharapkan sesuatu yang terjadi. Misalnya seperti sosok bersayap yang muncul di kamarnya itu sehari sebelum Rico menghilang. Dia bukan orang yang percaya pada hal-hal gaib, tapi kalau sudah begini, tidak ada pilihan lagi untuk menolak keberadaan mereka. Karena merekalah yang dia yakini telah menculik adiknya.

Wisha berada di lantai tertinggi apartemen dimana keluarga Ardemic tinggal. Dia bersama Isseiru. Wisha sudah mengutarakan kecurigaannya tentang hubungan menghilangnya anak itu dan munculnya Sylvester. Anak itu tidak ditemukan mayatnya. Bila Sylvester memang berada di balik hilangnya anak itu, kenapa dia tidak membunuhnya? Atau mungkinkah itu semua hanya kebetulan? Kalau memang hanya kebetulan, kenapa Isseiru langsung menanggapi permintaan Wisha untuk menyelidiki Victor Ardemic?

Apa nama Ardemic berarti sesuatu baginya?

Isseiru menyibakkan rambutnya saat udara malam berhembus menembus jubah panjangnya. Matanya menatap ke bawah dengan tajam.

Cahaya kamar Victor masih menyala.

"Yang namanya penasaran itu bisa mengundang maut, lho..."

Sebuah suara bisikan terdengar jelas di belakang Isseiru. Dia menoleh ke belakang dan melihat sesosok manusia melesat dari belakangnya turun ke balkon kamar Victor. Sosok itu merayap seperti bayangan. Mengalir seperti air menuruni gedung itu ke lantai 4.

"Sylvester!" seru Isseiru.

Wisha tersentak kaget. Sylvester muncul di sana? Apa dugaannya kalau semua ini berhubungan memang benar?

BET!

Sylvester menyibakkan tirai penutup balkon itu dengan hembusan napasnya. Pintu balkon yang terkunci, terbuka secara ajaib. Victor yang ada di dekatnya terkejut melihat kehadiran pria itu. Dia memakai sweater dan celana panjang hitam dengan boot coklat. Matanya memandang Victor yang masih bingung dengan kedatangannya.

"Selamat malam," sapanya seraya mengikat rambutnya.

"Siapa kamu?" bentak Victor.

"Apa itu sikapmu pada seorang tamu?"

"Tamu tak diundang tidak perlu dihormati!"

"Bukankah dulu kita teman lama?"

"Apa!? Aku tidak ingat pernah punya teman yang hobi menyelinap."

Terlihat sekali kalau Victor tidak takut padanya. Mungkin dia mengira Sylvester hanya penjahat yang sedang singgah ke kamarnya. Perlahan dia mundur berusaha mengambil sepotong kayu panjang yang terselip di belakang meja komputernya untuk membela diri bila Sylvester menyerangnya.

"Keberanianmu tidak berubah, ya," kata Sylvester.

Victor yakin sekali kalau tadi Sylvester ada di depannya, sekarang sosok itu malah sudah ada di belakangnya. Tangan Sylvester yang dingin mencengkeram tangan Victor yang menggenggam kayu panjang itu. Seperti kucing, muncul kuku tajam pada jemari Sylvester. Kuku itu mencengkeram pergelangan tangan Victor hingga berdarah. Victor sesegera mungkin menarik tangannya agar luka yang lebih dalam tidak terjadi dan berlari menjauh.

Angel of Death (2011)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang