[My Decision] 35 - His Own Battle

74 3 0
                                    

"Reide! Kamu sudah dengar?" Wisha melesat masuk ke kuil Reide dan menjumpainya di lorong pintu masuk. Sepertinya dia juga baru saja mau keluar.

"Dengar apa?"

"Rico! Rico berusaha menyembuhkan Chera!" sahut Wisha girang. Lawan bicaranya masih belum memahami benar apa arti ucapan Wisha. Sepertinya dia lupa kalau Rico bahkan bisa menghapus hipnotis Sylvester, seperti yang pernah dia lakukan pada Lucieve. Dalam hal ini, menyembuhkan Chera juga bukan mustahil. "Ayo!" tanpa banyak bicara, Wisha menarik tangan Reide dan mengajaknya ke kuil Chera.

Mereka tiba di sana ketika Scadian dan para serafim lainnya baru selesai memeriksa keadaan Chera. Isseiru dan Xeo juga ada di sana. Keduanya sedang mendengarkan penjelasan Scadian mengenai kondisi Chera, yang di luar dugaan, jauh lebih membaik. Rona wajahnya tidak sepucat beberapa hari yang lalu. Raut wajahnya juga sudah tidak terlihat kesakitan. Dan yang paling ajaib, luka di punggungnya, benar-benar hilang tidak berbekas. Ya, sekalipun itu bukan berarti Chera sembuh total. Itu juga bukan tanda kalau sayap putihnya yang robek pulih kembali. Namun tetap saja, ini pertanda yang sangat baik.

"Aku tidak tahu apa yang dilakukan adikmu padanya," kata Scadian pada Xeo yang bersandar di dinding dengan tangan terlipat dan raut wajah kesal.

"Ya," jawab Xeo singkat. Dia tidak ingin mengingat saat di mana Rico balas menyerangnya karena ternyata keadaan Chera justru membaik.

Isseiru hanya tersenyum tipis. Dia yakin sepenuhnya kalau ini memang pertanda baik. Scadian bangkit dari duduknya dan membiarkan para serafim yang lain membereskan perban dan obat-obat yang tadi digunakannya.

Wisha dan Reide muncul dari balik pintu kamar setelah mereka mengetuk. Mungkin ini sikap yang kurang sopan bila dilakukan di depan mantan pimpinan malaikat kematian, pimpinan malaikat kematian yang masih berlaku, dan pimpinan serafim. Tapi, hal ini akan jadi wajar bila dilakukan di depan dokter yang sedang memeriksa temannya.

"Selamat pagi," sapa Scadian.

"Selamat pagi, Master Scadian," balas Wisha cepat. Reide berusaha mendekati tempat Chera berbaring, tapi tangan Xeo menariknya menjauh agar tidak mengganggu para serafim yang sedang beres-beres.

"Kamu terlihat lega," kata Scadian lagi, kali ini pada Isseiru.

"Tentu saja," jawab Isseiru.

"Kalau Chera benar-benar pulih, dia akan melengkapi susunan tim yang sudah kamu rencanakan dari awal, 'kan."

Isseiru tersenyum lagi. "Ya. Ditambah dengan kembalinya Xeo, aku yakin kita bisa meringkus Sylvester dan menyegel Cyrenca."

"Sepertinya aku tahu siapa mereka," sahut Xeo. "Tim yang terdiri dari 6 orang. Setelah melihat perkembangan situasi yang seperti ini, siapapun pasti bisa menebak mereka. Wisha, Reide, Chera, Lucieve, kamu, dan aku. Apa aku salah?"

Isseiru menggeleng. "Semua tepat seperti yang kamu bicarakan."

"Isseiru, boleh aku bertanya sesuatu?" tanya Wisha. Setelah melihat bahasa tubuh Isseiru yang berarti 'ya', Wisha melanjutkan pertanyaannya. "Tim yang direncanakan dari awal... Maksudnya dari awal itu?"

"Tanpa semua kejadian ini pun, aku berniat membuat tim yang terdiri dari kamu, Lucieve, Chera, dan Reide. Chera dan Reide elementaler yang kuat. Kamu dan Lucieve bisa jadi penyerang barisan belakang yang mematikan. Dalam rencana awal ini, hanya Xeo yang tidak masuk rencana."

Xeo tersenyum lebar, "Aku memang penuh kejutan, 'kan."

"Bicara soal rencana, aku jadi ingat tentang ini." Isseiru mengeluarkan dua amplop emas. Amplop yang sama, yang dia terima dari Master Chael lewat Efera dan Azhel. Dia menyerahkan yang satu pada Xeo lalu sisanya pada Reide. "Ini dari Master Chael dengan pesan bukalah di saat kalian merasa kalian perlu membukanya." Melihat Isseiru menyerahkan amplop itu membuat Wisha jadi teringat kalau dia juga pernah menerima amplop yang sama yang sampai saat ini masih tersegel.

Angel of Death (2011)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang