Hari ini hari datangnya badai itu.
Mereka berkumpul di depan gerbang Halrane. Untuk kesekian kalinya, Isseiru menguatkan mereka. Dia memastikan mereka telah siap baik mental maupun fisik. Dia juga memastikan mereka membulatkan tekad untuk bertarung.
Para malaikat terbang ke Ravendam sebelum tengah malam. Ternyata para pion neraka juga sudah ada di sana. Para pion neraka menunggu di pintu masuk gereja tua itu.
Gereja kecil tua yang sudah reyot. Kayunya berdebu dan dipenuhi sarang laba-laba. Banyak yang berlubang. Dilhat sekali saja, sudah kelihatan sekali kalau sudah lama ditinggalkan. Pintunya disegel dengan beberapa papan kayu.
"Kalian datang lebih awal," kata Sylvester.
"Kalian juga," sahut Isseiru.
Sylvester tersenyum melihat mereka, "Sambil menunggu tengah malam datang, bagaimana kalau kita memilih dulu lawan?" Tatapan Isseiru seolah menanyakan hal itu. Sylvester langsung menambahi, "Sulit kalau memilih lawan secara acak. Bagaimana kalau kita bergantian memilih lawan. Satu dari kalian akan memilih, lalu giliran kami, dan selanjutnya. Bagaimana?"
"Boleh saja," kata Isseiru.
"Justru itu ide yang bagus," sahut Xeo yang melirik Rico. Jelas sekali kalau dia ingin melawannya.
"Silahkan memilih duluan," kata Sylvester.
Isseiru memandang kelima malaikat yang bersamanya. Sebagai pimpinan, dia berhak memberikan hak itu pada siapapun. Ini seperti permainan. Siapa dulu yang harus memilih? Ataukah lebih baik dia mengeliminasi Sylvester dengan menantangnya? Kalau dilihat dari situasi seperti ini, besar kemungkinan Xeo akan memilih Rico dan Wisha akan memilih Sedda. Sepertinya lebih baik memberi kesempatan pada tiga malaikat yang lain.
Isseiru pun berkata, "Reide, silahkan memilih duluan." Isseiru memberi kesempatan kepada malaikat yang usia malaikatnya paling muda itu. Kesempatan itu sekaligus memberinya kesempatan untuk memilih lawan yang paling lemah. Pertanyaannya, siapa itu.
Reide diam sebentar, berpikir. Dia tidak mau memilih Rico ataupun Sylvester. Juga bukan Sedda. Ada Daren, Devoran, Ghea. Dia tahu jelas Chera akan memilih salah satu dari Ghea atau pun Devoran. Tapi dia juga tidak berminat melawan Daren. Oh ya, begini saja! Reide berkata, "Aku menawarkan pertarungan Dua lawan dua."
Para pion neraka saling berpandangan. Mereka melihat Sylvester dan dia pun memberikan jawaban, "Boleh saja. Itu akan membuatnya menjadi semakin menarik."
"Chera, bertarunglah bersamaku," tawar Reide. Chera melirik para pion neraka itu, dia tersenyum dan mengangguk. "Aku memilih Devoran dan Ghea!" sahut Reide cepat.
Devoran melemaskan kedua tangannya dan menyeringai. "Pilihan bagus, anak burung!" Dia tertawa bersama Ghea. "Ayo, pilih arena pertarungan! Tempat ini terlalu sempit!"
Chera menjawab, "Aku melihat ada danau kecil di dekat sini. Tempat sekitarnya cukup luas, bagaimana?"
"Ayo!" Ghea menjawab dengan antusias.
Devoran dan Ghea mengembangkan sayap mereka yang bentuknya seperti sayap kelelawar, hitam legam. Keduanya terbang mendahului para malaikat. Reide beranjak menyusul mereka. Chera yang berdiri di samping Xeo berbisik pelan padanya, "Jangan sampai kamu membunuh Rico dan jangan sampai Rico membunuhmu!"
Xeo tidak menjawab.
"Selanjutnya giliran kami, ya," kata Sylvester. "Sedda, silahkan."
"Wisha!" katanya.
Wisha tahu dirinya akan dipilih. "Tempatnya?" Wisha pun setuju tempat itu kurang luas, jadi dia juga menanyakan tempat bertarung mereka.
"Hutan di sana sepertinya cukup menyenangkan, kecuali kalau kamu takut hewan liar."
KAMU SEDANG MEMBACA
Angel of Death (2011)
FantasyIsseiru, pimpinan malaikat kematian, ditugaskan mencari keberadaan Rico. Dia pun harus berhadapan dengan musuh bebuyutan para malaikat, Cyrenca. Kenapa para makhluk kegelapan berusaha memburu Rico? Kenapa malaikat kematian yang harus mencarinya? Ben...