[My Decision] 37 - Never Say

58 3 0
                                    

Begitu sekolah usai hari itu, Lucieve bergegas kembali ke Halrane. Ada latihan dan tugas yang tetap harus dia jalankan sebagai malaikat kematian. Wisha, Reide, dan Xeo mengawasi daerah di sekitar sekolah itu hingga larut malam, tapi mereka tidak menemukan keanehan apa-apa. Tepat tengah malam, ketiganya memutuskan untuk kembali ke Halrane.

Saat Wisha dan Reide berjalan berdua menuju ke kuil mereka masing-masing, Wisha mendengar suara aneh.

"Ada suara orang berkelahi..." gumamnya pelan.

"Hah? Masa?" Reide merasa tidak mendengar apa pun.

"Coba dengar!" pinta Wisha.

Reide menajamkan pendengarannya. Benar! Ada suara orang bertengkar yang samar-samar terbawa angin. Suara seperti teriakan dan makian dengan nada tinggi. Ada juga suara pukulan. Mungkin memang benar ada yang sedang berkelahi.

"Ayo, kita lihat!" ajak Wisha.

"Memangnya tidak apa-apa?"

"Kalau ada yang berkelahi, kita harus menghentikannya, 'kan." Ucapan Wisha memang benar. Idealnya, memang mereka harus menghentikannya. Tapi, bukannya itu namanya mencampuri urusan orang lain? Lagipula, sebenarnya Reide malas sekali kalau harus terlibat urusan yang dia belum tahu seluk-beluknya. Ditambah lagi karena dia lelah dan mengantuk.

Mereka terbang menuju sumber suara yang berasal dari bagian ujung wilayah malaikat kematian, tepat di dekat perbatasan wilayah malaikat kematian dan kerubim.

BRUK!

Sesosok malaikat terdorong ke pohon dan ambruk di bawah pohon itu. Sementara di sekelilingnya ada banyak kerubim, sekitar 14 orang. Semuanya tinggi dan punya tubuh kekar. Para kerubim itu sedang menjadikan malaikat itu bulan-bulanan. Memukulnya secara bergiliran dan mendorongnya hingga jatuh.

Wisha terkejut bukan main saat menyadari malaikat yang jadi korban bulan-bulanan itu adalah... "Chera!?" Wisha hampir berteriak saat melihat Chera berusaha bangun dengan punggung yang berlumuran darah. Sepertinya lukanya terbuka lagi.

Reide tidak kalah terkejutnya. Dia langsung berlari menghampiri Chera dan membantunya duduk. "Kamu tidak apa-apa?"

"Ada apa ini?" sahut Wisha cepat pada para kerubim itu.

"Lebih baik kalian tidak ikut campur." Salah seorang kerubim, yang berdiri paling dekat dengan Chera, menjawab dengan kasar.

"Kamu memukulnya dan bilang kami tidak usah ikut campur?" balas Wisha.

"Kalian tidak tahu masalahnya, jadi jangan mengganggu!" Kerubim yang lain ikut bicara.

Salah seorang kerubim itu malah berusaha mengusir mereka. "Benar! Pergi saja sana!"

Reide yang tadinya malas menghadapi masalah itu, jadi ikut terbawa emosi. "Hei! Kalau memang ada masalah, selesaikan dengan baik-baik, dong! Jangan asal main keroyok!"

"Siapa yang main keroyok!?"

Padahal sudah jelas jumlah mereka banyak dan Chera hanya sendirian, tapi mereka masih saja memungkiri kalau mereka main keroyok. Ya, sekalipun mereka memukul Chera secara bergantian, sih.

"Pergi sana!"

Reide mengepalkan tangannya, siap menghajar kerubim yang dari tadi mengusirnya.

TEP!

Chera menarik tangan Reide sebelum dia melayangkan tinjunya. Dengan suaranya yang tegas, Chera melontarkan usirannya. "Lebih baik kalian pergi!"

Bahkan Chera juga mengusir mereka?

"Eh? Apa?" Reide tidak percaya dengan apa yang dia dengar.

"Chera..." Wisha masih tidak habis pikir dengan semua sikap Chera.

Angel of Death (2011)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang