"Sylvester membunuhnya...!"
Kalimat itu terus terngiang di telinga Isseiru. Sylvester... Lucieve... Sylvester membunuh Lucieve!? Tidak pernah dia bayangkan, dia akan kehilangan teman secepat itu padahal perang baru saja dimulai. Tidak! Lucieve lebih dari sekedar teman baginya. Lucieve adalah teman pertamanya saat dia menjadi angel of death yang kini lebih berharga daripada seorang sahabat baginya, seorang yang dianggapnya saudara.
Bagaimana ini?
Isseiru bisa menebak reaksi Wisha saat dia memberitahu hal ini. Isseiru bisa melihat Wisha menahan air matanya, meski itu tidak berhasil. Mereka baru saja mengalami kekalahan telak. Lucieve dan juga 4 kerubim telah dikalahkan oleh Sylvester.
"Sekarang kita bawa Victor kembali ke apartemennya," kata Isseiru setelah mereka semua tenang. Isseiru tahu, apartemen itu tidak lagi aman. Tapi, mereka juga tidak bisa membawanya ke Halrane. Jadi, saat ini solusi terbaik adalah membawa Victor kembali dengan perlindungan dari para malaikat, ya, mereka harus membawa bala bantuan. Setidaknya, saat ini, Isseiru yakin Sylvester tidak akan bergerak untuk sementara. Yang dilakukannya hanya menggertak.
Victor terbaring di sofa di ruang tengah apartemennya. Kamarnya masih berantakan akibat pertarungan tadi. Isseiru duduk di sofa kecil di dekatnya sambil memandangi wajah kakak Rico itu. Wisha sibuk di dapur menyiapkan makanan bila nanti Victor sadar. Sementara para serafim kembali ke Halrane untuk melapor dan meminta bantuan.
Benak Isseiru dipenuhi bermacam-macam pikiran. Butuh beberapa detik untuk membuatnya mendengar panggilan Wisha...
"...iru ...seiru... Isseiru..."
"... Iya?" Isseiru melihat Wisha membawa dua gelas berisi coklat hangat. Dia memberikan satunya untuk Isseiru sementara gelas yang satunya lagi diletakkan di meja di depan sofa di mana Victor terbaring.
"Kamu juga pasti lelah... Beristirahatlah, dulu, biar aku yang menjaga Victor."
"Iya." Namun, Isseiru tidak bergeming, dia hanya meneguk coklat hangatnya lalu kembali memandangi wajah Victor. "Apa mungkin dia mau kembali?"
"Hah?" Wisha bingung mendengar bisikan Isseiru.
SREK!
Isseiru bangkit dari tempat duduknya saat bala bantuan datang. Kali ini Rheirai mengirim lima kerubim. "Aku akan kembali ke Halrane sebentar. Ada yang harus kubicarakan dengan Efera." Isseiru tahu sudah aman meninggalkan Wisha bersama para kerubim itu. Sekarang, saatnya dia harus mengambil kebijakan baru sebagai pemimpin tertinggi Angel of Death.
Tak terasa, pagi telah datang. Matahari pagi menerpa wajah Wisha dan membuat gadis itu terbangun dari tidurnya. Karena lelahnya, dia sampai tertidur di sofa tempat Isseiru duduk tadi. Victor masih belum sadar. Sengatan listrik itu pasti benar-benar menghabiskan staminanya.
Wisha memandang sekeliling. Seorang serafim berjaga di balkon kamar Victor, dia bisa melihatnya dari pintu kamar yang terbuka. Dua serafim lain, mengawasi dari atas gedung apartemen ini. Sementara sisanya berjaga di luar apartemen.
Isseiru belum kembali. Dia bisa membayangkan Isseiru menghadapi percakapan panas dengan para archangel. Atau mungkin, Isseiru tengah menebas hutan lalu membasahi dirinya di air terjun untuk melampiaskan kesedihannya. Atau mungkin, Isseiru sedang memilih persenjataan lain di tempat kerubim. "Sebentar lagi, dia pasti kembali," bisik Wisha pada dirinya sendiri.
Wisha berdiri dan mengambil cangkir berisi coklat yang tadi ditujukannya pada Victor. Minuman itu sudah dingin, padahal Victor belum bangun. Wisha berniat membuatkan minuman hangat lain untuk diminum pemuda itu saat dia bangun nanti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Angel of Death (2011)
FantasíaIsseiru, pimpinan malaikat kematian, ditugaskan mencari keberadaan Rico. Dia pun harus berhadapan dengan musuh bebuyutan para malaikat, Cyrenca. Kenapa para makhluk kegelapan berusaha memburu Rico? Kenapa malaikat kematian yang harus mencarinya? Ben...