Kejadian kemarin perlu banyak penjelasan dan bagi para malaikat kematian, banyak juga yang harus mereka jelaskan pada Efera juga Azhel. Archangel pembimbing mereka pasti tertarik sekali dengan cerita kejadian malam itu.
Cahaya fajar yang baru terbit masuk perlahan lewat jendela besar yang ada di kamar Isseiru. Dia terbaring di atas tempat tidurnya didampingi seorang serafim yang bertugas merawatnya. Di tempat lain, di kuil Isseiru itu, para malaikat sedang berkumpul. Ada Xeo tentunya. Dia yang bertugas memberi laporan pada Efera. Di sana Efera ditemani Azhel, keduanya berhadapan dengan Xeo. Di sana juga ada Rheirai. Efera yang memanggilnya. Kebetulan juga ada Scadian, pemimpin serafim. Dia baru saja selesai memeriksa keadaan Isseiru, kemudian dia keluar dari kamar dan bergabung di sana. Dia memlilih berdiri di sebelah Rheirai daripada duduk di samping Efera atau pun Xeo, sekalipun masih banyak tempat di kursi panjang itu. Efera duduk sambil menyilangkan tangannya. Di depannya, Xeo duduk terlihat sedikit gugup.
"Bagaimana Isseiru?" tanya Efera.
"Dia baik-baik saja," jawab Scadian lembut. "Tidak ada yang aneh pada tubuhnya. Dia hanya kelelahan."
Xeo melihat Scadian, sudah lama dia tidak melihat sosoknya itu. Scadian sering membuatnya berpikir, apa semua serafim itu seperti dia. Sosok yang lembut. Tatapan mata yang ramah dan suara yang tenang. Rambut panjang serta wajah yang baik. Pria ini secantik Lucieve. Hanya saja, dia lebih ramping dan tinggi. Rambut emasnya terurai hingga ke punggung. Mata ungunya menyapu sekeliling ruangan besar itu dan berhenti pada Xeo.
"Selamat pagi, Xeo," sapa Scadian.
"Ah, iya... Selamat pagi!" sahut Xeo cepat. Dia tahu maksud Scadian baik. Scadian hanya ingin mencairkan suasana yang sedikit menekannya ini. Scadian memang baik pada semua orang. Kini semuanya diam, mereka menunggu Xeo memulai cerita. "Ehm, waktu itu kami berencana mendapatkan Rico dan Lucieve kembali. Aku dan Wisha menjadi umpan, lalu Isseiru, ehm..." Xeo menggaruk-garuk kepalanya karena bingung mencari kata yang tepat. Sepertinya kejadian semalam tidak akan habis kalau dibahas semua. "Ehm... Lalu..."
"Kalian bertarung?" sahut Rheirai cepat.
"Iya. Lalu..."
"Lalu akhirnya kalian berhasil mengembalikan Lucieve ke Halrane dalam keadaan normal. Kalian juga membawa Rico kemari agar aman. Benar?" lanjut Rheirai.
"Benar. Lalu..." Xeo kembali berhenti dan tidak melanjutkan ceritanya. Bagaimana mungkin dia bisa bilang tentang sosok Isseiru yang berubah jadi...
"Archangel!" sahut Efera setelah keheningan yang cukup lama. "Lanjutkan saja ceritamu tentang bagaimana Isseiru bisa kembali jadi Archangel."
"Hhh..." Xeo menghela napas berat. "Justru di sanalah masalahnya. Aku tidak mengerti, sedikit pun."
"Bukankah Isseiru menggunakan Examehyuno? Kamu yang meminjamkannya padanya, Rheirai?" tanya Efera.
"Benar, Master."
Examehyuno. Mungkin kalian baru mendengar nama itu. Itu adalah sesuatu yang bisa memperbesar kekuatan seorang malaikat hingga maksimal. Sejenis amplifier begitu. Biasanya berupa cairan bening yang dimasukkan ke dalam wadah tertentu, umunya bola seperti kelereng besar. Seperti yang dipakai Isseiru sebagai liontin kemarin. Lama dari penggunaannya tergantung dari cairannya. Bila cairannya habis, maka efeknya pun akan hilang. Biasanya, malaikat hanya menggunakannya separuh dari jumlah yang ada atau separuh dari jumlah yang digunakan Isseiru. Menggunakannya lebih dari separuh, bahkan sampai habis, akan mengancam nyawa penggunanya.
Tapi...
"Sekalipun menggunakan Examehyuno, apa itu bisa mengembalikannya menjadi archangel?" Rheirai terlihat sanksi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Angel of Death (2011)
FantasyIsseiru, pimpinan malaikat kematian, ditugaskan mencari keberadaan Rico. Dia pun harus berhadapan dengan musuh bebuyutan para malaikat, Cyrenca. Kenapa para makhluk kegelapan berusaha memburu Rico? Kenapa malaikat kematian yang harus mencarinya? Ben...