[My Decision] 40 - Red Tear

55 3 0
                                    

Lucieve kembali ke bawah dan bergegas ke auditorium tempat pemilihan itu diadakan. Ada yang aneh. Sepi sekali. Sejak turun dari atap hingga ke lantai 3 itu, dia tidak mendengar suara para siswi atau guru satu pun. Tidak ada suara apapun. Ada yang tidak beres. Dan benar saja. Lucieve terkejut saat melihat banyak siswi yang bergelimpangan sepanjang lorong menuju ke auditorium. Mereka semua tertidur karena suatu sihir. Pasti kalian sudah bisa menduga siapa pelakunya.

Sylvester berdiri di ambang pintu auditorium. Mengenakan baju serba hitam dengan rambut yang diikat ke belakang. Keempat pion neraka berada di sampingnya sambil menyeringai. Dia juga tersenyum dengan puas kepada Lucieve yang menatapnya dengan siaga. Melihat sikap mereka, penyamaran Lucieve sudah ketahuan.

PLOK! PLOK!

Sylvester tiba-tiba saja bertepuk tangan dan membuat Lucieve makin siaga. Dia berkata, "Harus kuakui penyamaran kalian luar biasa. Kalau bukan karena ada malaikat perempuan itu bersamamu, aku pasti tidak akan menyadari kalau kamu juga ikut menyamar." Ternyata benar. Penyamaran mereka sudah terbongkar.

"Ya, kamu kelihatan sangat cantik," ledek Ghea sambil tertawa menyebalkan seperti biasanya.

Sedda tertawa kecil lalu ikut menambahi, "Kamu hanya mempermalukan dirimu sendiri, Lucieve."

Lucieve membiarkan mereka tertawa puas dahulu baru bertanya pada mereka, "Jadi benar kalian yang berada di balik semua peristiwa menghilangnya para siswi itu?"

"Tentu saja!" sahut Devoran. "Kamu pikir mereka bisa menghilang begitu saja?"

"Apa tujuan kalian? Hanya menghisap energi kehidupan mereka?" tebak Lucieve.

"Ya, salah satunya," jawab Sylvester. "Tapi alasan utamanya adalah untuk memancing kalian mendekati kami."

Lucieve tidak mengerti, "Apa?"

"Tidakkah kamu lelah harus terus kejar-kejaran seperti ini dengan kami? Jauh lebih menyenangkan bila kita tidak perlu bertemu lagi. Ya, misalnya kalian mati. Kita tidak perlu bertemu lagi, 'kan," kata Sylvester sambil tersenyum licik.

Lucieve mempersiapkan dirinya. Dia tidak akan terkejut kalau tiba-tiba salah satu dari mereka mengeluarkan serangan mendadak. Dalam posisi seperti ini, dia tahu betul, dia tidak akan menang menghadapi mereka. Entah apa yang dilakukan Reide dan Xeo yang ada di luar sampai bisa membiarkan mereka masuk. Jangan-jangan mereka masuk lewat jalan rahasia atau sejenisnya. Setidaknya kalau ada keributan pertarungan, mereka pasti akan masuk. Tapi, itu pun bukan jaminan untuk bisa mengalahkan mereka. Jadi, apa yang lebih baik dilakukannya sekarang?

Berikutnya, Sylvester malah mengalihkan pembicaraan. "Ngomong-ngomong, bagaimana kabar Chera? Aku harap pengkhianat bodoh itu sudah berada di neraka. Hahahaha...."

"Jangan bicara sembarangan!" sergah Lucieve.

"Lucieve!" Wisha berteriak saat melihat Lucieve berhadapan dengan para pion neraka di tengah banyaknya siswi yang pingsan di sana.

"Hai, manis!" sapa Daren pada Wisha. Wisha langsung pasang tampang sebal. Untuk kesekian kalinya, Daren bersikap seperti om-om mesum. Bisa-bisanya monster seperti itu menggodanya. Awas saja, ya!

"Jangan menggodanya terus. Coba lihat, dia kelihatan kesal, lho," kata Sedda.

Daren malah tertawa, "Wajah sebalnya juga kelihatan manis." Wisha makin kesal. Dasar om-om genit!

"Kalian ingat kotak ini?" tanya Sylvester sambil mengeluarkan kotak yang mirip sekali dengan kotak Daerosia. "Ini kotak yang sama yang telah dicuri oleh Chera. Terima kasih padanya, aku jadi menyadari banyak kekurangan pada kotak yang sebelumnya. Dan terima kasih pada Devoran dan Ghea yang sudah memberinya pelajaran."

Angel of Death (2011)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang