Gereja itu memang sudah tua. Dengan mudah, Xeo membuka kayu yang menyegel tempat itu, keduanya pun masuk ke sana. Bagian dalamnya berdebu dan banyak dihiasi sarang laba-laba. Kursi-kursi kayunya sudah menghitam dan lapuk. Mimbar yang terbuat dari kayu terguling di atas altar bagian kiri. Meja perjamuan ada di bagian kanan, tertutup debu dan serpihan atap yang sudah mulai runtuh.
"Aku tidak mau bertarung dengan kakak," kata Rico setelah mereka hening cukup lama.
Xeo yang berdiri berhadapan dengan adiknya itu menghela napas lalu menjawab, "Memangnya kamu pikir aku mau?"
Rico terdiam.
"Kenapa kamu pergi, Rico?" tanya Xeo.
Rico tidak menjawab.
"Rico," panggil Xeo lagi.
"Aku tidak harus menjawabnya, 'kan?" balas Rico cepat.
"Harus!" sahut Xeo yang mulai kesal.
"Aku membantu mereka demi mewujudkan dunia baru di mana tidak ada lagi ketakutan. Saat itu, mereka tidak akan menyakiti manusia atau malaikat lagi..."
"Dasar bodoh! Apa itu yang mereka katakan padamu? Sekalipun mereka memiliki seluruh isi dunia, mereka tetap akan membawa ancaman bagi dunia itu. Merekalah ancaman dan ketakutan itu sendiri. Apa kamu tidak menyadarinya?"
"Setidaknya mereka menghargai kekuatanku!" sahut Rico.
"Aku juga..."
"Nggak! Kakak nggak pernah mengakui kekuatanku," Rico memotong ucapan Xeo. "Kakak selalu meremehkanku. Kakak tidak pernah mau tahu tentang keinginanku. Kakak tidak pernah peduli padaku!"
PLAK!
Sebuah tamparan kasih sayang mendarat di pipi Rico dan membuat rasa nyeri memenuhi pipi kanannya itu. Rico terdiam sambil melongo. Xeo belum pernah memukulnya sama sekali. Dia memegangi pipinya sambil menatap Xeo seolah bertanya apa maksud semua itu.
Xeo mendekat lalu menekuk lututnya dan membuat wajahnya sejajar dengan wajah Rico, dia menggenggam kedua bahu Rico dan berkata, "Aku melakukan semua itu untukmu."
Xeo mengajaknya duduk di kursi bagian depan dan mengajaknya bicara.
"Sejak ayah dan ibu meninggal, aku memegang semua tanggung jawab atas dirimu, atas keluarga kita. Hari itu aku bersumpah akan selalu menjagamu," kata Xeo. "Karena itu, aku tidak pernah mengizinkanmu bertarung, Rico."
Rico hanya diam.
"Aku kakakmu, aku selalu peduli padamu," lanjut Xeo. "Tahukah kamu aku mengambil kerja sambilan untuk membelikan barang yang kamu inginkan saat ulang tahun? Apa kamu tahu betapa seringnya aku melihatmu dari jauh saat kamu pulang sekolah untuk menjagamu dari teman-temanmu yang nakal?"
Rico tertegun, dia tidak pernah menyadarinya.
"Aku tahu betapa sulitnya hidup tanpa orang tua. Aku berusaha semampuku agar bisa jadi pembimbing yang baik buatmu. Aku cuma nggak mau kamu sampai salah jalan. Tapi, mungkin caraku menyampaikan nggak bisa kamu terima dengan baik. Mungkin aku sudah gagal jadi pengganti orang tua untukmu."
"Kakak..."
"Tapi, kumohon, percayalah, Rico. Aku ini kakakmu, Rico, tidak mungkin aku tidak peduli padamu. Karena itu... Karena itu, jangan bilang kalau aku tidak peduli padamu."
Mata Rico mulai berkaca-kaca. "Kakak..."
Xeo memegang pipi kanan Rico, "Maaf, kalau aku sudah menamparmu. Aku melakukannya hanya untuk membuatmu tahu betapa pedulinya aku padamu. Maaf, ya."
Air mata mengalir turun dari mata Rico. "Kakak..."
GREB!
Rico memeluk Xeo.
KAMU SEDANG MEMBACA
Angel of Death (2011)
FantasyIsseiru, pimpinan malaikat kematian, ditugaskan mencari keberadaan Rico. Dia pun harus berhadapan dengan musuh bebuyutan para malaikat, Cyrenca. Kenapa para makhluk kegelapan berusaha memburu Rico? Kenapa malaikat kematian yang harus mencarinya? Ben...