[My Decision] 33 - Behind The Photo

78 6 0
                                    

Studio itu terletak di dekat pusat pertokoan. Tepatnya di samping pintu masuk pusat pertokoan. Di sana ada sederet ruko yang disewakan. Moments berada di ujung kanan. Toko itu punya 2 lantai yang keduanya terbuat dari kaca gelap. Papan nama toko yang melekat di lantai 2 masih terlihat gelap karena neon box belum dinyalakan.

Reide menyelinap masuk dari lantai 1 bersama Wisha.

"Apa ada sesuatu di sini?" tanya Wisha.

"Aku ingin melihat foto yang dicetaknya untuk dimuat di Earliest. Kami selalu mencetak foto di sini. Aku hanya ingin memastikan."

Di depan mereka terhampar dua rak besar berisi beraneka ragam bingkai dan ukuran. Pada dinding di sisi kanan ada contoh foto yang mereka cetak. Sementara di depan rak bingkai, ada meja depan tempat para pelanggan berinteraksi mengemukakan keinginannya. Pada sisi kiri ada rak kaca tempat memajang kamera, baterai, film, dan memory card.

Keduanya melewati meja depan di mana ada beberapa pelanggan yang sedang ngobrol dengan petugas studio. Mereka berdua naik ke lantai 2 melalui tangga yang ada di sisi kanan belakang.

Lantai 2 ternyata merupakan tempat berkumpulnya mesin-mesin cetak. Ada beragam mesin. Ada yang panjangnya lebih dari 2 meter, ada yang panjangnya tidak sampai 60 centimeter. Reide masuk ke ruangan yang ada di sisi kanan mereka. Ruangan itu kosong. Lampunya hanya satu, itu pun cukup remang. Tidak ada jendela. Ruang itu dipenuhi rak-rak di sekeliling ruangan saja. Dindingnya dilapisi papan yang dipenuhi banyak tempelan foto-foto yang ditempel menggunakan paku pinus. Ada meja kecil di sisi kiri. Itu pun penuh dengan tumpukan foto aneka ukuran. Ruangan itu seperti ruang arsip.

"Kenapa kamu tidak memastikan data foto itu di Earliest saja?" tanya Wisha.

"Tidak bisa. Earliest membuang semua data foto yang ditolak. Padahal aku ingin lihat semua foto yang dicetak Ted," jawab Reide sambil membuka rak paling atas dan mulai memeriksa folder di dalamnya satu per satu.

"Memang studio ini masih menyimpannya?"

"Ya. Fotografer Earliest langganan tetap studio ini. Karena itu pemiliknya memutuskan mencetak ulang setiap foto yang kami cetak di sini sebagai arsip."

Wisha membuka rak yang terdekat dengannya. Rak itu memang tua, tapi tidak berdebu. Sepertinya segala yang ada di sana memang dirawat dengan baik. "Jadi, apa yang kamu cari?"

"Folder dengan nama Terrafin Ted. Kamu mau membantuku?"

"Memangnya aku punya pilihan lain?" ujar Wisha sambil tersenyum.

Keduanya pun mulai mencari.

"Mau kubantu?"

Reide dan Wisha serentak menoleh saat mendengar sebuah suara ramah menawarkan bantuan pada mereka. Sesosok pria berdiri di sana. Dia memakai celana kain putih dengan hiasan rumbai emas yang menutupi sepatu putihnya. Kemeja perak yang ditutupi jubah putih dengan kancing perak dan rumbai emas pula. Rambut coklat mudanya tersisir rapi dengan sorot mata coklat tua yang hangat. Seorang serafim.

Reide kelihatan bingung. "Kamu?"

Pria itu tersenyum ramah. "Ah, maaf, aku lupa memperkenalkan diri. Namaku Arca, seorang serafim. Aku bisa membantumu menemukan yang kamu cari."

"Bagaimana caranya?"

"Ah!" Wisha baru sadar. "Serafim punya kekuatan untuk melihat apa yang terjadi di sini pada masa lalu. Dia bisa menemukan folder itu dengan mudah!"

Arca tersenyum lagi.

"Tolong bantu aku, Arca!" pinta Reide tanpa membuang waktu lagi.

"Itu yang kalian cari."

Angel of Death (2011)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang