Setelah Audie pulang. Aku menjadi semakin gelisah memikirkan Carolyn. Apa yang ia lakukan diluar sana? Apa benar jika ia sedang bersama pria lain? Aku jadi semakin pusing memikirkannya. Ini sudah jam setengah 12 siang. Tapi, Carolyn tidak pulang juga. Sebenarnya apa yang ia lakukan diluar sana?
Aku langsung mencoba untuk turun dari ranjang, terasa sedikit nyeri dibagian punggungku tapi aku mengabaikannya. Aku langsung membuka pintu kamar dan keluar. Tepat saat aku keluar dari kamar. Carolyn juga sedang masuk kedalam penthouse. Ia menatapku sambil menaikkan satu alisnya keatas.
Ia tersenyum lebar kemudian menjinjing tinggi kantung plastik yang bersikan box cupcakes.
"Aku membelikanmu ini.. Maaf jika aku lama. Antreannya sedikit sesak." Ucapnya sambil melepas sepatunya kemudian berjalan menghampiriku. Ia memberikan kantung plastik yang berisikan cupcakes itu padaku. Aku menerimanya dan menaruhnya diatas meja. Tatapanku tidak pernah lepas dari mata Carolyn yang sekarang berubah bingung.
"Kau marah? Maafkan aku, Nick.." Ucapnya.
"Apa kau sedang membohongiku?" Tanyaku padanya dan ia langsung mengerutkan dahinya.
"Membohongi apa?"
"Sekolah libur, Carolyn.. Mengapa kau berangkat?" Tanyaku dan ia semakin mengerutkan dahinya. Ia melangkah untuk semakin mendekatiku.
"Sekolah tidak libur, Nick. Dan asal kau tau, Ms.Brune memberikanku 50 soal esai karena aku tidak berangkat sekolah kemarin dan itu sangat melelahkan.. Asal kau tahu.." Ucapnya sambil terkekeh kecil.
"Jangan mengalihkan pembicaraan Carolyn.. Apa kau sedang berkencan dengan pria yang bernama Luke?" Tanyaku lagi.
"Luke? Siapa Luke? Aku tidak kenal.. Tapi, tunggu.. Ada apa denganmu? Kau tampak berbeda.. Kau marah padaku karena aku terlambat dan setelah itu kau menuduhku selingkuh, mengapa Nick?" Tanyanya dan aku tertawa kecil.
"Tidak ada.. Lupakan. Aku ingin tidur." Aku menjadi malas untuk berbicara padanya. Ia selalu mengalihkan pembicaraan dan sok bodoh.
Aku merasakan tangan Carolyn menahan tanganku.
"Dengarkan aku, Nick.. Aku mencintaimu.. Hanya mencintaimu.. Apa semua itu kurang jelas? Tidak ada pria lain selain dirimu.." Jelasnya dan aku menoleh menatapnya. Aku bisa melihat air matanya yang sudah menggenang dipelupuk matanya. Jika ia berkedip. Aku yakin air mata itu akan lolos.
"Aku hanya mencintaimu.. Tidak ada pria lain dihatiku.. Jangan menuduhku.." Dan seketika itu Carolyn mengedipkan matanya dan air matanya langsung lolos begitu saja membasahi pipinya.
Aku malah menjadi merasa bersalah. Aku bertanya seperti itu karena aku benar-benar tidak ingin ada pria lain yang masuk kedalam kehidupan kami sebagai orang ketiga.
Aku berjalan untuk lebih dekat dengannya, lalu memeluknya. "Maafkan aku.. Aku tidak menuduhmu.. Aku hanya khawatir padamu. Kau tahu? Aku tidak ingin ada pria lain ditengah-tengah hubungan kita." Ucapku sambil mengelus rambutnya dan mencium keningnya. Ia terisak tanpa mau menjawab ucapanku. Aku melepas pelukan yang ku berikan pada Carolyn.
Aku langsung menghapus air mata yang membasahi pipinya "Sudah ku katakan beberapa kali kalau aku tidak suka kau menangis." Ia mendongak menatapku dan aku langsung mengusap air matanya.
"Audie kemari.. Dia memberitahuku semuanya." Mendengar ucapanku, ia malah mengerutkan dahinya.
"Audie? Pantas saja aku tidak melihatnya disekolah."
"Karena memang sekolah libur, Carolyn." Ia menggelengkan kepalanya.
"Sekolah tidak libur.." Ia membantah, seakan ucapannya itu benar. Sebenarnya aku bingung harus percaya dengan siapa. Memang benar kalau Carolyn kekasihku. Tapi mengapa hati kecilku sedikit menolak untuk mempercayai ucapan Carolyn jika sekolah tidak libur.
KAMU SEDANG MEMBACA
You Are Mine Ms.Nelson
RomanceTatapan yang tajam dan gelap itu sangat menusuk mataku. Baru kali ini aku melihat seorang pria yang menatapku dengan tatapan tajam dan penuh kebencian. Ditambah lagi, posisiku sekarang sedang terpojok, pria itu mengunci kedua tanganku ditembok denga...