Aku menggigit bibir bawahku ketika mendengar suara bel yang mempertandakan bahwa kelas hari ini sudah berakhir. Aku melirik sekilas kearah Nick yang masih menampangkan wajah santainya dan disini aku sedang menahan rasa panikku untuk nanti.
"Apa kau mau mengantarkanku ke Manhattan?" Nick menoleh menatapku kemudian ia menaikkan satu alisnya keatas meminta sebuah penjelasan dariku dengan jelas.
"Begini. Aku berencana untuk pindah dari New york ke Manhattan. Karena ku rasa Manhattan tidak terlalu jauh dari Bronx. Maka dari itu, aku ingin kau menemaniku menemui dad di perusahaannya yang berada di Manhattan." Jelasku padanya dan seketika itu pula. Raut wajahnya berubah. Datar dan dingin.
"Aku tidak bisa mengantarmu." Sudah ku duga.
"Oh, Nick.. Ayolah.. Hanya sebentar. Kau bisa menungguku di lobi jika kau mau atau kau juga bisa menunggu di mobil jika kau mau." Dia menggeleng, menolak keinginanku dan aku langsung mendengus kesal. Ia beranjak dari duduknya setelah semua siswa yang ada dikelas ini keluar. Ia menundukkan kepalanya menatapku yang juga sedang menatapnya dengan pandangan kesalku.
"Terserah, Car.. Aku tetap tidak akan ikut bersamamu." Aku mengacuhkannya kemudian beranjak dari dudukku dan bergegas untuk meninggalkannya. Aku bisa naik taksi.
Tapi, aku merasakan Nick tengah menahan tanganku. "Kau menyebalkan. Aku akan mengantarmu." Ucapnya kemudian menarik tanganku pelan untuk mengajakku keluar dari kelas. Disampingnya aku langsung menundukkan kepalaku dan tersenyum dibawah sana. Aku tahu ia menyerah, aku juga tahu kalau ia tidak suka jika aku marah dan meninggalkannya. Mengingat mengenai kejadian kemarin saat aku pergi meninggalkannya ke East Hampton. Aku bisa menilai wajahnya yang begitu panik dan ketakutan pada saat ia menemukanku disana.
Kami berdua masuk kedalam mobil, setelah kami sudah sampai di lapangan parkir. Ia menyalakan mesin mobilnya kemudian melajukannya untuk meninggalkan Riverdale Country. Selama perjalanan menuju ke Manhattan. Aku langsung menyalakan radio tapi sedetik kemudian Nick langsung mematikannya.
"Aku sedang tidak ingin mendengarkan radio." Aku langsung memutarkan bola mataku malas.
"Aku yang akan mendengarkan radio." Nick melirikku sekilas.
"Itu berisik." Ia membalas ucapanku dengan cepat dari luar prediksiku. Kurasa ia mulai sebal.
"Kau bisa mendengarkan musik di ponselmu dan pasang headsetmu." Perintahnya dan itu sangat menyebalkan.
Aku mengabaikannya dan setelah itu aku memilih untuk melipatkan kedua tanganku didepan dada kemudian menutup mataku, mencoba untuk tidur sebentar.
___________________
Aku mengerjapkan mataku berulang kali menyesuaikan cahaya lampu yang mulai menyilaukan pandanganku. Tunggu! Lampu? Aku langsung mengedarkan pandanganku kesepenjuru ruangan. Bukankah ini kamarku? Aku langsung mengusap wajahku dengan kasar kemudian bangun dari tidurku. Apa ini semua rencananya? Ah menyebalkan.
Tiba-tiba saja aku langsung dikejutkan dengan kedatangan Nick yang tengah membawakan semangkuk bubur padaku. Aku mengerutkan dahiku menatapnya.
"Bubur?" Dia tidak menjawab, ia malah lebih memilih untuk duduk disisi ranjang lalu mengaduk buburnya agar tidak terlalu panas kemudian menyendoknya dan menyuapkannya padaku dan aku menerimanya.
"Pantas saja sejak pagi kau terlihat sedikit pucat.. Ternyata kau demam dan kau tidak mengatakannya padaku." Aku diam menatapnya. Demam? Tapi aku sama sekali tidak sadar kalau aku demam.
"Nick, tapi aku baik-baik saja." Ia menggelengkan kepalanya kemudian menyuapiku.
"Katakan kalau kau baik-baik saja setelah kau sembuh." Ucapnya sambil memberikanku segelas air. Aku langsung menerimanya dan meneguknya hingga tersisa setengah. Aku baru sadar kalau memberikanku segelas air hangat.
KAMU SEDANG MEMBACA
You Are Mine Ms.Nelson
RomanceTatapan yang tajam dan gelap itu sangat menusuk mataku. Baru kali ini aku melihat seorang pria yang menatapku dengan tatapan tajam dan penuh kebencian. Ditambah lagi, posisiku sekarang sedang terpojok, pria itu mengunci kedua tanganku ditembok denga...