CAROLINE POV
"Ayolah, Carry.. Kau harus makan.." Ku rasa Gerald mulai putus asa. Terlihat dari raut wajahnya. Aku sudah mengatakan padanya berulang kali kalau aku tidak selera untuk makan. Entah mengapa, semenjak Nick memarahiku dan mengusirku. Itu sangat mengganggu pikiranku. Tujuanku menjenguknya dan membawakannya cupcakes hanya untuk meminta maaf padanya dan mengetahui bagaimana kondisinya.
Katakan aku bodoh. Karena aku masih saja peduli padanya disaat ia sudah melukaiku, memakiku dan ia juga tidak menginginkan kehadiranku tadi.
"Carry,—"
Aku langsung memotong ucapannya cepat "Ge, aku tidak lapar.. Sungguh.. Aku ingin keluar.." aku langsung turun dari bangkar kemudian berjalan meninggalkan Gerald.
"Kau harus istirahat.." Aku mengabaikan teriakannya.
Sekarang sudah jam dua belas malam. Tapi masih banyak orang yang sedang berlalu lalang dirumah sakit hanya untuk menjenguk rekan atau keluarga mereka.
Aku sangat bersyukur karena kantin rumah sakit disini buka 24 jam, itu artinya kantin tidak akan pernah tutup.
Menuruni beberapa anak tangga aku langsung membelokkan tubuhku kearah kiri. Aku mengerutkan dahiku saat aku melihat pria yang tidak asing dimataku. Apa yang ia lakukan disini? Tengah malam begini? Mengapa dia tidak tidur? Aku bersembunyi dibalik tembok dan menatapnya yang sedang berbicara dengan seorang pria berambut hitam pekat, aku mencoba mendengarkan apa yang mereka ucapkan dan melihat apa yang tengah mereka lakukan.
"Kau kalah.." "Aku pikir kau akan mati." Samar-samar suara pria berambut hitam pekat itu terdengar ditelingaku.
Nick tertawa hambar "Aku tidak akan mati, pecundang.. Kau sudah bermain curang."Aku langsung membulatkan mataku saat Nick langsung menjatuhkan satu pukulan diwajah pria itu dan bisa kulihat ada darah yang mengalir dilubang hidung pria itu. Ku rasa Nick sudah mematahkan tulang hidungnya. Aku cukup merinding saat melihat darah itu. Yah, kau tahu.. Semenjak Nick menggores tanganku dengan pisau aku jadi takut melihat darah.
Pria itu tidak membalas untuk memukul Nick, namun ia tertawa cukup kencang.
"Aku tidak akan membalas pukulanmu, bukankah aku orang baik?.. Tapi, aku akan melukai Elena.." Siapa Elena? Aku kembali menatap Nick. Bisa kulihat rahangnya mengeras. Tatapannya yang tajam itu terarah kepada pria berambut hitam itu.
"Jangan pernah menyentuh Elena.." Ucapan Nick penuh penekanan dan pria itu langsung menyeringai. Pikiranku berkutat mengenai Elena sekarang. Siapa Elena? Mengapa mereka memperebutkan Elena?
"Aku tidak akan menyentuhnya asal kau memberikan Carolyn padaku." Mengapa ada aku didalam pecakapan mereka? Bisa ku lihat Nick tengah mengernyitkan dahinya kemudian wajahnya berubah datar kembali.
"Tidak ada hubungannya sama sekali dengan Carolyn." Nick membalas ucapannya dengan nada dinginnya. Aku masih tidak mengerti mengenai ucapan-ucapan mereka yang bisa ku tangkap digendang telingaku. Maksudku, itu sangat membingungkan. Didalam percakapan mereka ada nama Elena dan Namaku.
"Memang.. Tapi, aku menginginkan gadis itu, Nicolas.. Kau tidak perlu membunuhnya.."
"Apa yang ingin kau lakukan padanya?" Tanya Nick.
"Mengapa kau begitu ingin tahu? Apa kau peduli padanya?" Pertanyaan pria itu sama persis seperti pertanyaan yang ada dipikiranku. Dari raut wajah yang diberikan Nick kepada pria itu menunjukkan kalau ia peduli padaku.. Walaupun sedikit.
"Tidak.. Ambil saja dia." Apa? Aku langsung membulatkan mataku. Dia melemparku seperti barang yang tak berguna.
"Jangan bersembunyi disana, Carolyn.. Aku tahu kau sedang menguping." What the hell? Bagaimana bisa Nick tahu kalau aku sedang bersembunyi? Baiklah, sekarang aku membenarkan perkataan Gerald beberapa bulan yang lalu kalau ia mengatakan bahwa aku sangat payah dalam bersembunyi.
KAMU SEDANG MEMBACA
You Are Mine Ms.Nelson
RomanceTatapan yang tajam dan gelap itu sangat menusuk mataku. Baru kali ini aku melihat seorang pria yang menatapku dengan tatapan tajam dan penuh kebencian. Ditambah lagi, posisiku sekarang sedang terpojok, pria itu mengunci kedua tanganku ditembok denga...