Aku menatap jam tanganku gelisah. Sekarang sudah jam setengah sembilan tapi Nick tak kunjung datang.
Tidak lama kemudian aku melihat Gerald yang berdiri diambang pintu "Pacarmu menunggumu dibawah.." Gerald mengedipkan satu matanya padaku. Pacar? Aku tidak punya pacar.
"Kau bisa menemuinya diruang tamu.." Gerald tersenyum kemudian berlalu meninggalkanku.
Apa dia Nick?
Ash.. Lupakan itu.
Aku langsung turun dari ranjangku kemudian keluar dari kamar. Menuruni beberapa anak tangga dan sedikit berlari menuju ke ruang tamu.
Benar.
Dia disini.
Sedang duduk bersama mom.
"Nick.." Dia langsung menoleh menatapku begitu juga dengan mom.
Aku terdiam ditempat. Ia mengenakan jaket kulit berwarna hitam dan kaus berwarna hitam juga. Semuanya serba hitam tapi kali ini ia terlihat lebih.. Tampan.. Yah, tampan.
Ia tersenyum padaku.
Astaga.
Siapa yang berani memukul kepalanya hingga membuatnya berubah 99°?
Bagaimana tidak? Ini pertama kalinya ia tersenyum padaku dan jujur. Aku lebih menyukai ia tersenyum daripada menatapku tajam ataupun memarahiku.
"Hai.. Kau sudah siap?" Tanyanya lembut tanpa ada nada penekanan dalam setiap kata yang ia ucapkan.
Oke, aku menyukainya lagi.
"Sudah.."
Ia mengalihkan pandangannya kearah mom.
"Apa aku boleh mengajak putrimu berkencan?" Berkencan? Yang benar saja!
"Tentu saja.. Bersenang-senanglah.. Aku ingin kau berkunjung kemari lagi untuk makan bersama dengan keluarga kami.." Mom, ku mohon jangan katakan itu! Aku berteriak dalam hati. Aku beralih menatap Nick. Aku tahu, ia sedang berusaha keras untuk menahan emosinya. Aku juga tahu, ia tidak suka disini.. Di mansion ini.. Apa lagi jika ia bertemu dengan dad.. Pasti masalahnya akan menjadi parah.
Aku merangkul lengan Nick kemudian tersenyum kepada mom "Kami pergi dulu.." Mom mengangguk.
"Hati-hati.."
____________
Setelah kami masuk kedalam mobil. Nick langsung melepas jaket kulitnya kemudian membuangnya ke bangku belakang.
Ia menyalakan mesin mobilnya lalu melajukan mobilnya untuk meninggalkan mansion.
"Nick.."
Aku mencoba mengajaknya bicara tapi ia tidak pernah menggubrisku.
"Tidak seharusnya kau menjemputku. Jika itu akan melukai hatimu.. Kita bisa bertemu di kafe atau—"
"DIAM, CAROLYN!" Ia membentakku dengan nada yang cukup keras.
Aku takut.
Nick yang pemarah kembali lagi. Aku menutup mulutku untuk tidak mengeluarkan sepatah katapun padanya lagi.
Aku tidak berani untuk menatap wajahnya. Aku tidak berani berbicara padanya lagi.
Aku hanya diam.
___________________
Bangunan tua ini lagi.
Ku harap pagi ini, para wanita sinting yang ada disini sedang tidur sangat nyenyak, sehingga tidak akan ada pemandangan kotor lagi seperti beberapa minggu yang lalu.
Nick berjalan mendahuluiku. Kami masuk kedalam bangunan tua ini dan terus berjalan hingga pandanganku tertuju pada halaman yang cukup luas dan disana ada banyak senjata.
Apa dia serius untuk mengajariku menembak?
Tidak lama kemudian, aku menatap seorang pria bertubuh ramping memberikan Nick dua buah apel.
"Aku tidak ingin apel.. Aku ingin buah yang lebih kecil.. Apa ada?" Tanya Nick pada pria itu.
"Ada.. Manggis atau lemon?" Tanya pria itu.
Aku diam menatap mereka yang sedang berbicara. Untuk apa buah dalam pelajaran menembak?
"Lemon." Pria itu mengangguk lalu pergi setelah mendengar jawaban dari Nick.
Nick duduk diatas sofa dan menyandarkan tubuhnya dibelakang. Sedangkan aku tengah berdiri disampingnya.
Tidak lama kemudian pandanganku beralih lagi kearah pria bertubuh ramping itu yang memberikan Nick dua buah lemon.
"Kau bisa memakannya satu jika mau.." Ucap pria itu sambil tertawa kecil lalu meninggalkan kami lagi.
"Berdirilah ditengah-tengah halaman itu." Alisku langsung mengerut lalu mengarahkan pandanganku kehalaman kosong itu.
"Untuk apa?" Tanyaku.
"Lakukan saja dan bawa ini.. Taruh diatas kepalamu.. Aku akan memberikanmu contoh." Aku mengangguk setuju.
Kemudian aku berjalan menuju ke tengah halaman ini. Entah mengapa, perasaanku berubah menjadi tidak enak. Buah dan tengah lapangan. Tidak bisa ku mengerti.
Setelah aku berdiri dan menaruh lemon ini diatas kepalaku. Aku melihat Nick mengambil sebuah pistol dan ia mengarahkan pistolnya kearah ku.. Apa ia akan menembakku?
Mataku membulat sempurna saat aku mendengar suara tembakkan. Sontak aku langsung berjongkok. Sungguh pria gila. Apa tujuannya kali ini ia ingin membunuhku? Jika iya, mengapa dengan cara ini?
"Apa yang kau lakukan?! Tetaplah berdiri dan pegang lemonnya dengan benar!" Teriak Nick dan aku menurut.
Semoga dewi fortuna akan menolongku. Menolong nyawaku..
Satu.. Dua.. Tiga..
Aku menghitungnya sampai tiga dan suara tembakkan itu kembali terdengar nyaring ditelingaku. Aku langsung memejamkan mataku sangat erat. Air mataku menetes begitu saja..
Apa aku sudah mati?
__________________
TBC
Ini dikit banget sumprit..
Ntar malem lanjut lagi..
Soalnya ini lagi buru buru mau pergi.
Happy reading❤❤❤
KAMU SEDANG MEMBACA
You Are Mine Ms.Nelson
RomanceTatapan yang tajam dan gelap itu sangat menusuk mataku. Baru kali ini aku melihat seorang pria yang menatapku dengan tatapan tajam dan penuh kebencian. Ditambah lagi, posisiku sekarang sedang terpojok, pria itu mengunci kedua tanganku ditembok denga...