Aku mengguncang-guncang tubuh Elena berulang kali, memanggil namanya berulang kali. Tapi ia tidak meresponku. Seluruh tubuhnya dingin. Wajahnya pucat pasi dan tidak akan hembusan nafas lagi.
"Elena!" Aku berteriak memanggilnya sambil mengguncang bahunya. Ia tidak bangun.
Air mataku menetes begitu saja. Aku rapuh tubuhku merosot kelantai dan aku langsung meremas rambutku kuat. Mengapa seorang pembunuh sepertiku bisa menangis? Ada apa denganku? Tentu saja karena aku mencintainya. Mencintai Elena. Dia meninggalkanku.
Aku mengumpat. Kemudian aku berdiri dan menggendongnya. Membawanya keluar dari rumah dan memasukkannya kedalam mobil. Membawanya ke hutan terlarang. Aku tidak akan membiarkan orang lain membantuku untuk acara pemakaman ini. Aku akan melakukannya sendiri. Mengubur mayat Elena sendiri. Agar gadis itu tahu bahwa aku sangat mencintainya.
Sekitar 30 menit, akhirnya aku sudah sampai dihutan dan aku langsung mengeluarkan semua peralatan yang ada didalam mobil untuk menggali tanah ini.
Aku terus menggalinya dan kedalamannya sudah sekitar lututku. Aku terus menggalinya. Tidak akan ada orang yang boleh menyentuh Elena selain diriku. Setelah aku selesai menggalinya dengan kedalaman sampai pangkal rambutku. Aku naik dari liang kubur ini dan aku membuka pintu mobilku bagian belakang. Aku menatapnya cukup lama dan mencium keningnya berulang kali karena aku tahu. Aku tidak akan pernah bertemu dengannya lagi selamanya.
Aku mengeluarkan tangga lipat dari dalam mobilku kemudian memasukkannya kedalam liang kubur yang sudah ku gali. Aku menggendong Elena sepelan mungkin kemudian masuk kedalam liang kubur ini menggunakan tangga. Setelah selesai. Aku naik kembali dan mengambil tangga lipatku dan memasukkannya kedalam mobil.
Aku diam menatapnya yang ada dibawah sana. Ia terlihat damai.
"Aku mencintaimu.." Aku langsung mengeruk tanah ini untuk menguburnya.
_________________
Aku diam. Aku menatap foto Elena dalam diam. Ia sedang tertawa riang disana. Aku menginginkannya kembali. Aku ingin melihat wajahnya secara langsung. Aku ingin memeluknya seperti apa yang biasa aku lakukan padanya.
"Nick.." Suara yang tak asing di indra pendengaranku. Aku langsung mendongak menatap gadis berambut coklat yang tengah berdiri dihadapanku.
"Pergi dari sini." Ucapku kemudian mengalihkan pandanganku kearah lantai.
"Mengapa kau menyerahkanku begitu saja kepada Aaron? Apa salahku padamu?" Sialan. Jadi ia menemuiku karena ingin bertanya dengan pertanyaan tidak bermutu seperti itu. Aku tidak menggubrisnya.
"Kau memperlakukanku seolah aku adalah sampah dimatamu." Aku benci orang cerewet.
Aku berdiri dan menatapnya tajam kemudian menarik tangannya dan masuk kedalam toilet lalu menguncinya.
Aku mendekatkan tubuhku padanya hingga jarak kami sangat dekat. Ia membuatku gila dengan ribuan pertanyaannya yang tidak bermutu. Saat ini bukan waktunya untuk menjawab pertanyaannya karena hatiku masih ditimbun rasa ketidak relaan akan meninggalnya Elena.
"Aku benci orang cerewet." Ucapku dengan tajam.
"Jika aku tidak punya hati. Bisa ku pastikan kau akan mati saat ini juga." Ucapku.
Bisa ku lihat tubuhnya yang bergetar.
Aku mengeluarkan pisau lipatku yang ada disaku celanaku dan memainkan pisau itu didepan wajahnya.
"Kau ingin mati?" Tanyaku padanya. Ya, rasanya hari ini aku ingin membunuh seseorang karena aku sudah sangat frustasi.
Ia menggelengkan kepalanya "Jawab aku dengan bibirmu!" Bentakku.
KAMU SEDANG MEMBACA
You Are Mine Ms.Nelson
RomanceTatapan yang tajam dan gelap itu sangat menusuk mataku. Baru kali ini aku melihat seorang pria yang menatapku dengan tatapan tajam dan penuh kebencian. Ditambah lagi, posisiku sekarang sedang terpojok, pria itu mengunci kedua tanganku ditembok denga...