Aku terdiam cukup lama dan mulutku menganga begitu mendengar ucapannya yang terdengar gila. Menelan ludahku susah payah, aku mencoba mengalihkan pandanganku darinya, namun dengan gerakan cepat dia mencengkram kedua pipiku, memaksaku untuk menatap kedua iris matanya yang indah. Jujur saja dan aku bukan tipikal orang yang pendusta. Nicholas terlihat tampan, namun tidak dapat ku pungkiri bahwa dia begitu kejam dan menyeramkan.
"Apakah begitu menyenangkan?" Ucapnya.
Aku mengernyitkan dahiku tidak mengerti. Dia selalu mengucapkan kalimat yang membuatku bingung, aku tidak tahu dengan maksud ucapannya. Dia terlihat sangat tidak menyukaiku. Jika memang ini mengenai dia dengan Ayahku, maka masalahnya di mereka berdua. Namun, mengapa kini mengacu padaku? Tentang bola? Dia sempat mengatakannya tadi, tapi aku sama sekali tidak ingat dengan kejadian itu.
"Aku tidak percaya Dalvin membesarkanmu dengan baik setelah menghancurkan kehidupan orang lain."
Aku menangkis tangannya, "Lepaskan tanganmu dariku!"
"Kau tidak takut padaku?" Dia menatapiku tajam dan aku bisa melihat rahangnya yang mengeras seperti sedang menahan emosinya.
"Nicholas, kau menyimpan dendam denganku? Jika itu benar, maka aku akan meminta maaf padamu."
"Tidak semudah itu."
Aku menghembuskan nafasku dengan frustasi, lalu aku harus bagaimana?
"Kau ingin aku membayarmu dengan apa? Kau butuh berapa?"
Dia tergelak ironi, "Sudah ku katakan bahwa aku tidak butuh uang sialanmu itu."
"Aku ingin kau mati, aku ingin melihat Dalvin merasakan apa yang aku rasakan selama ini. Kehilangan putri kesayangannya, seperti aku kehilangan orangtuaku."
Aku mencoba untuk tenang dan tidak terlihat takut, dia masih memberiku kebebasan dengan tidak mengikat tubuhku dengan tali dan tidak membungkam mulutku dengan selotip.
"Kau bisa mencari orangtuamu, aku akan membantumu..."
"Mencari? Dengan menggali kuburan mereka? Mereka sudah mati, Carolyn... Mereka bunuh diri, semua ini karena Ayahmu!"
Aku terkejut dengan ucapannya, apa Ayahku sudah melakukan sesuatu hal yang keterlaluan? Jika iya, maka aku juga ikut andil untuk disalahkan. Nicholas berhak menghukumku karena ini semua terjadi karena Ayahku dan aku.
"Nicholas, ku mohon lepaskan aku. Aku janji akan menebus dosaku." Aku tidak tahu harus melakukan apa lagi selain memohon padanya dan tanpa ku sadari ternyata air mataku sudah menetes membasahi pipiku.
"Aku mengakuinya, aku memang sengaja melukaimu, karena aku tidak menyukaimu. Tapi ternyata, Dalvin terlalu kejam untuk menjadi manusia. Dia lebih melukaiku."
Dia mengalihkan pandangannya dariku kearah lain, "Pergilah sebelum aku berubah pikiran."
Aku mendongakkan kepalaku dan melihat Nicholas. Tanpa berfikir panjang, aku langsung berlari meninggalkannya. Setelah cukup jauh darinya, aku langsung mengatur deru nafasku dan menelan ludahku beberapa kali.
Aku mengambil ponselku dari saku celanaku dan mencoba menelfon Gerald.
"Hallo."
"Carry, kau dimana? Aku mencarimu kemana-mana."
Aku menoleh ke kanan dan ke kiri, mencari tempat istirahat yang pas. "Jemput aku di One Coffee."
"Apa? Kau pergi sejauh itu dengan jalan kaki?!" Dia meneriaki ku dibalik telepon.
"Cepat!"
Aku langsung mematikan sambung telepon dengan Gerald dan langsung masuk kedalam kedai kopi. Aku menidurkan kepalaku diatas meja setelah memesan satu cup americano. Hari ini benar-benar melelahkan,
KAMU SEDANG MEMBACA
You Are Mine Ms.Nelson
RomanceTatapan yang tajam dan gelap itu sangat menusuk mataku. Baru kali ini aku melihat seorang pria yang menatapku dengan tatapan tajam dan penuh kebencian. Ditambah lagi, posisiku sekarang sedang terpojok, pria itu mengunci kedua tanganku ditembok denga...