Caroline menatap Nick dalam diam setelah Maria menceritakan semuanya masalah yang menimpa Nick. Perlahan demi perlahan air matanya runtuh. Pria itu lumpuh. Hanya itu yang berputar-putar didalam otaknya.
Menarik nafas dalam-dalam lalu menghembuskan perlahan, Caroline mengusap air matanya kemudian meraih tangan Nick yang ada diatas kasur. Menggenggamnya erat dan pandangannya sama sekali tidak lepas dari Nick.
"Aku mencintaimu." Kata Caroline lirih mencoba menahan air matanya yang akan runtuh kembali.
"Caroline, kau harus kembali ke kamarmu." Kata Maria dan Caroline langsung menggelengkan kepalanya. Enggan untuk melepaskan pandangannya dari Nick. Ia masih ingim berada dikamar Nick.
"Maria, biarkan aku disini." Kata Caroline dan Maria menggeleng.
"Claire dan Dalvin akan mencarimu." Kata Maria.
"Mereka akan mengerti." Menghelakan nafas berat akhirnya Maria mengIYAkan perkataan Caroline.
Caroline kembali menatap Nick yang masih memejamkan matanya.
"Nick, buka matamu untukku." Kata Caroline dan tidak lama kemudian Caroline merasakan jika jari Nick perlahan demi perlahan bergerak, ia menatap jari Nick dengan tercengang, kemudian ia beralih kembali menatap wajah Nick.
"Caroline." Suara itu cukup pelan dan tentu saja Caroline bisa mendengar suara itu, karena ia berada disebelah Nick.
"Maria. Dia memanggil namaku." Kata Caroline dan Maria langsung menatap Nick.
"Benarkah?" Caroline mengangguk mantap.
"Caroline." Lagi. Suara itu membuat Caroline dan Maria terdiam untuk seribu bahasa. Nick bisa berbicara tapi matanya masih terpejam.
"Buka matamu, Nick." Kata Caroline membisikkan itu ditelinga Nick. Ia selalu berharap kalau Nick akan membuka matanya untuknya.
Tidak lama kemudian, Nick mulai membuka matanya dan masih terdiam ditempat. Kemudian ia menoleh ketika merasakan ada tangan yang menggenggamnya. Caroline, gadis itu ada disampingnya sambil menatapnya.
"Ka-kau sadar?" Air mata Caroline langsung runtuh kemudian mencium punggung tangan Nick dengan sayang.
Nick mengerutkan dahinya kemudian mengangguk pelan. Entah mengapa respon yang di berikan Nick sangatlah lemot.
"Apa ada yang sakit?" Tanya Caroline sambil menatap Nick dari atas sampai bawah. Seakan sedang mencoba meneliti Nick apa yang ada sakit didalam tubuh pria itu.
"Tidak." Dengan cepat Caroline menghembuskan nafasnya perlahan dengan lega.
Tidak lama kemudian dokter masuk dengan diikuti oleh beberapa asistennya karena Maria sempat memanggil dokter kala Nick membuka matanya.
Menunggu dokter memeriksa Nick, pandangan Caroline masih tetap terfokus pada Nick, seolah ia tidak ingin memelepaskan padangannya sedetik pun dari kekasihnya itu.
Setelah selesai, dokter meminta untuk berbicara dengan Maria dan membiarkan Caroline menjaga Nick.
"Bagaimana kondisimu?" Tanya Nick. Sambil sesekali menelan ludahnya. Ia cukup terkejut karena ada Caroline dikamarnya. Padahal ia sempat meminta kepada Maria dan pihak keluarga lainnya untuk tidak mempertemukannya dengan Caroline untuk sementara waktu. Ia belum sanggup jika harus bertatapan muka dengan gadis itu. Tapi, sayangnya semua orang yang ia beri amanah sama sekali tidak peduli, atau mungkin Caroline yang memaksa hingga semua orang yang ia beri amanah terpaksa melanggarnya.
"Aku baik, sangat baik." Nick tersenyum mendengar keantusiasan Caroline padanya.
"Bagaimana semua ini bisa terjadi?" Suara itu pelan, nyaris berbisik yang keluar dari dalam mulut Caroline.
Nick diam untuk beberapa saat menatap Caroline.
"Mengapa kau masih disini?" Caroline menatapi Nick sambil mengerutkan dahinya. Pertanyaan macam apa itu? pikirnya.
"Sudah jelas bahwa aku masih disini karena aku mencintaimu, aku ingin bersamamu. Lalu apa lagi yang kau permasalahkan? Kau tidak suka aku disini?" Tanya Caroline kepada Nick..
"Bukan begitu, aku hanya tidak ingin merepotkanmu... Lagi pula kau masih sakit, tidak baik jika kau berada disini terlalu lama. Aku juga butuh istirahat. Kembalilah ke kamarmu dan kemari lagi besok pagi." Aneh! Itu yang ada dipikiran Caroline saat ini. Gadis itu berfikir keras untuk mencoba mencerna ucapan yang keluar dari dalam mulut Nick. Walau pada kenyataannya, perkataan Nick benar-benar menusuk hatinya.
Tapi dengan cepat gadis itu menepis pemikirannya itu, ia berasumsi bahwa mungkin Nick bertingkah sedikit aneh karena masih lelah, atau mungkin belum puas tertidur selama seminggu.
"Maria, antarkan Caroline untuk kembali ke kamarnya." Maria mengangguk mengerti kemudian mendorong kursi roda milik Caroline dan gadis itu benar-benar diam tanpa mengeluarkan sepatah katapun. Pikirannya sama sekali tidak jauh dari kata Nick berubah dan aneh.
________
Sekembalinya Maria dikamar Nick. Mati-matian pemuda itu menahan amarahnya yang sebentar lagi akan meledak bagaikan gunung api. Maria bahkan sudah menebak dari awal kalau putra angkatnya itu akan mengomel tidak jelas mengenai keputusannya untuk membawa Caroline menemuinya.
"Apa kau lupa dengan perkataanku?" Tanya Nick, datar dan geram.
"Aku ingat."
"Tapi, mengapa kau membawanya kemari?"
"Tidak ada pilihan lain, Caroline memaksa."
Dengan berat Nick menghembuskan nafasnya dengan berat. Memang benar, sekali gadis itu memaksa maka tidak akan ada orang yang biaa menakhlukkannya selain Nick.________________
Dikit + pendek wkwk.
Maaf lama..Jangan lupa vote + komentarnya.
Oya kalau aku buat cerita Teenfiction ala ala anak SMA Indonesia. Kalian setuju nggak?
TOLONG KALO SETUJU KOMENTAR1. SETUJU, ALASANNYA APA?
2. NGGAK SETUJU, ALASANNYA APA?Covernya
Sinopsisnya:
Ronald Handoko adalah leader dari geng pentolan sekolah dengan didampingi dua kucrutnya yang selalu setia menjadi sahabatnya dari SMP sampai SMA, entah apa yang membuat tiga sahabat itu selalu lengket tapi tetap saja tiga manusia itu adalah satu-satunya siswa pembuat onar.
Nabilla Vane Andoro, gadis itu adalah satu-satunya gadis yang tidak peduli dengan tingkah konyol yang selalu diberikan Ronald kepadanya sejak mereka saling mengenal. Entah tingkah konyol macam apa, Billa benar-benar tidak peduli. Padahal hampir setiap mereka bertemu, Ronald selalu menggodanya karena Ronald pikir Billa lah satu-satunya gadis yang menarik perhatiannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
You Are Mine Ms.Nelson
RomanceTatapan yang tajam dan gelap itu sangat menusuk mataku. Baru kali ini aku melihat seorang pria yang menatapku dengan tatapan tajam dan penuh kebencian. Ditambah lagi, posisiku sekarang sedang terpojok, pria itu mengunci kedua tanganku ditembok denga...