Aku meremas rambutku kuat, entah mengapa setiap aku dekat dengannya ada sebuah desiran darah yang mengalir dengan cepat. Tubuhku dan hatiku rasanya seperti menolak keinginanku untuk membunuh gadis malang itu.
Aku memberontak pada kata hatiku, aku marah karena hatiku telah melarangku untuk membunuhnya, aku kalut karena jantung ini selalu berdebar dengan ritme yang tidak karuan saat dekat dengannya. Dia masih sama, dia berbeda dari yang lainnya. Hanya dia.. Carolyn Nelson yang selama 14 tahun ini selalu membuatku gila. Wajahnya selalu muncul dipikiranku dengan tiba-tiba.
Sial.
Aku langsung beranjak dari dudukku kemudian membuka pintu kamarku dan keluar dari kamar bermaksud untuk menemui Brenda- si pirang bodoh yang biasa ku jadikan pelayan untuk membawakan aku makanan dan barang-barang pentingku.
Aku berhenti sejenak ditangga paling tengah. Aku langsung memutarkan bola mataku malas saat melihat kumpulan bison liar yang sedang berkelahi. Ergh, Sampai kapan pria-pria bodoh itu akan berkelahi? Benar-benar tidak bermutu.
"Hey, Roper.. Kau tidak ikut adu tinju hari ini?" Aku menoleh menatap si kurus gondrong itu yang sedang asyik mengunyah permen karet.
"Tidak." Balasku cepat.
"Kita punya bahan taruhan yang lebih halus. Sepertinya dia masih perawan.. Lihatlah." Tidak lama kemudiam Erick-si kurus berambut gondrong itu menepi untuk memperlihatkan seberapa halusnya wanita untuk bahan taruhan kali ini.
Aku sedikit melebarkan mataku saat melihat gadis yang menatapku sambil menangis seakan ia tengah meminta tolong padaku.
"Bagaimana, sobat?" Tanya Erick sambil menyeringai.
Aku menatapnya, menatap wajahnya yang dipenuhi rasa ketakutan.
Aku ingin menolongnya. Tapi-
Ah.. Bodoh.
"Ambil saja.. Aku tidak selera.." Pada akhirnya aku memilih pergi dan malingkan wajahku menatap lurus kedepan lagi.
Setibanya aku dilantai dasar, aku menatap Brenda yang juga tengah menatapku.
Ia berjalan menghampiriku, kemudian ia mengelus pipiku lembut dan tersenyum lebar.
"Kau menginginkan sesuatu?" Tanyanya.
"Ikut aku." Ucapku yang langsung merangkul pinggangnya untuk naik kelantai 2.
"Apa kita akan melakukannya hari ini?" Aku menoleh menatapnya sekilas.
"Tidak"
Ia mendengus kesal sambil bergelayutan dilenganku.
Setibanya kami dilantai 2. Masih ku lihat Carolyn yang tengah menangis menatapku.
Aku mengabaikannya dan mengajak Brenda duduk diatas sofa bersamaku, bermaksud menonton beberapa bison bodoh yang tengah berkelahi.
Belum ada lima menit berlalu, aksi adu tinju sudah selesai. Bisa kulihat pria bertubuh besar layaknya gorila itu tengah bersorak gembira dan ku yakin kalau dialah pemenangnya.
"Aku yang menang. Jadi, dia milikku." Kupingku langsung panas saat mendengar ia mengatakan kalau Carolyn miliknya. Ia berjalan mendekat kearah Carolyn melepaskan ikatan yang ada ditangan gadis malang itu.
Aku menatap mereka berdua tanpa berkedip. Frank-pria bertubuh besar itu berusaha untuk memeluk Carolyn tapi gadis itu terus menolak dan mendorong tubuhnya.
"Ayolah, cantik.. Siapa namamu?" Franl bertanya, tapi Carolyn masih tetap diam.
Ia mengangkat dagu Carolyn. Entah mengapa, rasanya seperti ada getaran aneh didalam hatiku saat pria itu menyentuh Carolyn.
KAMU SEDANG MEMBACA
You Are Mine Ms.Nelson
RomanceTatapan yang tajam dan gelap itu sangat menusuk mataku. Baru kali ini aku melihat seorang pria yang menatapku dengan tatapan tajam dan penuh kebencian. Ditambah lagi, posisiku sekarang sedang terpojok, pria itu mengunci kedua tanganku ditembok denga...