Chapter 45

6.7K 618 17
                                    

Setelah Maria berhasil menenangkan Nick yang masih saja tidak terima mengenai kakinya yang lumpuh. Pada akhirnya pria itu menyerah, tidak mau berkomentar apapun, dua hari berlalu pandangannya tetap kosong. Tidak mau makan atau apapun. Entah pikiran apa yang sudah merasuki otaknya tapi akhir-akhir ini Nick berubah semenjak sakitnya Caroline dan semenjak kecelakaan itu.

Hampir setiap hari, Maria mengantarkan Nick dengan menggunakan kursi roda untuk menjenguk Caroline. Bahkan, Dalvin dan istrinya pun sudah memaafkan kejadian yang menimpa Caroline saat masih kecil, dengan alasan tidak ingin membenci orang selama berlarut-larut. Mendengar penjelasan semua dari Nick, Dalvin langsung paham bahwa putri satu-satunya itu sangat mencintai Nick, bahkan sebaliknya.

Tidak ada perkembangan dari Caroline. Semuanya berjalan seperti biasa, gadis itu masih tetap larut dalam alam mimpinya. Nick tidak pernah berkomentar apapun mengenai Caroline. Setelah ia puas memandangi Caroline. Ia selalu meminta Maria untuk mengantarkannya kembali kedalam kamarnya.

Kini Nick sedang berada didepan ruangan yang ditempati oleh Caroline. Seperti biasa, memandangi gadis itu dari kejauhan, bahkan ditempat itu pun ada Dalvin dan juga Claire.

Nick menghelakan nafasnya kemudian menoleh menatap Dalvin yang ternyata juga sedang menatapinya.

"Apa aku boleh berbicara?" Tanya Nick dan langkah cepat mereka semua langsung menatap Dalvin dengan pandangan tanda tanya.

"Bicaralah." Jawab Dalvin cepat.

Menarik nafas dalam-dalam, kemudian menghembuskannya perlahan, "Aku ingin mendonorkan paru-paruku untuknya." Sontak semua yang ada disana pun langsung melebarkan matanya, terkejut dengan perkataan yang keluar dari dalam mulut Nick.

"Apa maksudmu? Apa kau gila?" Maria langsung berjongkok menatap Dalvin.

"Aku tidak pernah main-main dengan ucapanku, Maria dan kau tahu itu... Aku ingin mendonorkan paru-paruku untuk Caroline." Kata Nick, tapi Claire dan Maria langsung menggelengkan kepalanya.

"Tidak, kita akan tetap menunggu pendonor yang mau melakukannya, tapi bukan kau orangnya." Kata Claire dan Maria mengangguk setuju.

"Keputusanku sudah bulat. Aku ingin dia membuka matanya dan tidak merasakan sakit yang berkepanjangan. Aku mencintainya. Sangat mencintainya..."

"Jika kau melakukan itu, apa kau bisa berfikir apa reaksi yang ditunjukkan oleh Caroline pada kenyataan itu? Dia tidak akan bisa menerima semua itu." Kata Claire.

"Nick, kumohon jangan lakukan itu, sayang." Kata Maria sambil terisak.

"Ku mohon... Lagi pula, hidupku sudah tidak berguna. Kedua orangtuaku yang meninggalkanku dan membenciku, kakiku yang cacat dan aku tidak bisa berjalan. Apa semua itu berguna untuknya? Tidak. Bahkan aku akan terus menyusahkan kalian semua. Aku ingin dia bahagia." Kata Nick lagi.

'Tapi keputusanmu itu konyol. Kita bisa menunggu pendonor yang lain." Kata Dalvin ikut serta dalam perbincangan itu.

"Aku tetap ingin mendonorkan paru-paruku untuknya. Jika, kalian tidak setuju maka dokter akan setuju." Kata Nick yang langsung berusaha untuk memutarkan kursi rodanya untuk pergi meninggalkan mereka semua tapi Dalvin tetap menghalanginya.

"Apa kau serius dengan ucapanmu? Ini termasuk keputusan gila." Kata Dalvin padanya dan Nick mengangggukan kepalanya.

______________

"Batalkan keputusan sialanmu itu, bajingan!" Harold menatap Nick dengan pandangan berapi-apinya. Emosinya sudah mampu menyembul sampai ke ubun-ubun.

"Tidak akan." Bukan Nick kalau tidak bisa melawan Harold.

"Kau gila, Nick! Dimana otakmu?! Apa otakmu sudah lari dari dalam tengkorakmu, hah?!" Harold benar-benar tidak tahan dengan tingkah Nick yang konyol, bahkan Boby yang melihat itu hanya terbengong. Ia tahu, Nick masuk kedalam rumah sakit karena sempat bertemu Harold dijalan dan menanyakan keberadaan Nick.

"Kau tidak tahu! Aku mencintainya, aku tidak ingin dia melihatku yang seperti ini. Aku cacat!!" Teriak Nick frustasi.

"Jangan jadikan semua ini adalah sebuah alasan untuk kau menyerah dalam hidupmu!! Sudah ku katakan padamu bahwa kau akan harus tetap sabar dan menunggu kalau kakimu akan sembuh!! Kau tidak cacat! Dan berhenti untuk mengatakan CACAT dihadapanku, sialan!" Kata Harold tak tertahan hampir memukul Nick, tapi ia langsung mengurungkan niatnya.

"Aku tidak peduli, lagi pula aku tidak memintamu untuk menyetujuiku. Dan yang terpenting bagiku, kalau dokter sudah menyetujui keputusanku dan oprasinya akan dilakukan besok." Harold tercengang, begitu juga dengan Boby.

"Kau pecundang!! Kau bajingan sialan yang entah mengapa kau sangat bodoh dalam menjalani hidupmu dan cintamu!! Apa kau tidak bisa memikirkan perasaan Maria yang merawatmu sejak kecil?! Cukup pikirkan itu, bangsat!" Teriak Harold sambil menggebrakkan nakas yang ada disamping tempat tidur Nick.

Tatapan Nick langsung beralih kearah Maria yang sedang menutup wajahmya sambil terisak penuh, jujur didalam lubuk hatinya yang paling dalam ia tidak ingin melihat Maria menangis seperti itu.

"Aku akan tetap melakukannya dan kau tidak bisa membantahku." Kata Nick pelan.

"Terserah, bajingan! Aku lelah denganmu! Kau adalah pria yang tolol! Kau bukan temanku lagi!" Kata Harold marah sambil menunjuk wajah Nick kemudian keluar dari kamar Nick dan menutup pintu kamar itu dengan kasar.

_________

TBC

JANGAN LUPA VOTE + KOMENTAR YAA GUYS. PLEASE DEH.

Maaf yaa kalau banyak typo dipart ini sama part sebelumnya.

Aku kangen Dalvin sumpah. Wkwkwk

You Are Mine Ms.NelsonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang