Aku menatap Nick dari atas sampai bawah. Aku benar-benar tidak paham dengan pria satu ini yang terus memaksa untuk berangkat sekolah karena dengan alasan ia takut jika aku akan berkencan dengan Luke. Itu sungguh alasan yang sangat tidak masuk akal. Maksudku, Luke mengajakku menonton saja aku menolaknya, apalagi jika Luke mengajakku berkencan maka aku juga akan menolaknya.
"Nick, apa kau yakin? Sungguh, lukamu belum kering." Ucapku menatapnya dan ia menoleh menatapku, mengalihkan pandangannya dari dasinya kearahku.
"Tentu saja aku yakin." Balasnya santai. Seakan ia sengaja melupakan bahwa ada luka yang menempel diwajahnya, tangannya, dan punggungnya.
"Tapi aku tidak yakin." Semburku cepat dan Nick langsung mengambil tasnya yang ada diatas meja rias kemudian mengenakannya.
"Tenanglah.. Aku akan baik-baik saja.." Ucap Nick sambil tersenyum.
Tapi tetap saja aku khawatir. Ia selalu memaksa diri dan berfikir aneh-aneh mengenai aku.
"Terserah." Aku menyerah, lalu aku memilih untuk keluar dari kamarnya terlebih dahulu. Aku menatap Gerald yang sedang sibuk memakan roti isinya.
"Kalian tidak sarapan?" Aku dan Nick menggelengkan kepala bersamaan dan Gerald mengangguk mengerti. Ia menyantap roti isinya kembali.
"Kau tidak ingin berangkat bersama kami?" Tanyaku pada pria rakus itu dan ia menggeleng.
"Aku akan berangkat sendiri." Dan aku mengangguk mengerti kemudian berjalan beriringan dengan Nick untuk keluar dari penthouse.
Nick merangkul bahuku kemudian kami berdua masuk kedalam lift. Aku sedikit menoleh menatapnya dan ia tersenyum padaku, aku membalas senyumannya.
"Kau baik-baik saja?" Tanya Nick tiba-tiba dan aku langsung mengangguk mengiyakan. Sebenarnya aku tidak baik-baik saja. Aku khawatir jika ada hal yang tidak menyenangkan terjadi.
"Apa kau mau berjanji padaku untuk satu hal?" Tanyaku padanya dan ia langsung menaikkan satu alisnya keatas menatapku bingung.
"Apa?"
"Berjanjilah bahwa jangan membuat masalah di sekolah.. Maksudku, kau siswa baru di sekolah dan tidak baik jika kau membuat masalah disana. Aku takut jika kepala sekolah akan mengeluarkanmu.." Sedetik kemudian Nick langsung tertawa pelan, seakan ucapanku baru saja ini adalah sebuah lelucon yang pantas untuk ditertawai.
"Bukankah aku sudah mengatakan padamu kalau aku tidak akan membuat masalah?" Tanyanya sambil tersenyum kemudian kami keluar dari lift saat pintu lift terbuka lebar. Kami berjalan meninggakkan lobi kemudian keluar melalui pintu depan untuk menuju ke lapangan parkir.
"Kau benar tapi aku masih meragukan itu." Aku membalas ucapannya setelah terdiam cukup lama. Aku hanya takut jika masalah itu benar-benar terjadi.
"Aku tidak akan membunuh siapapun.." Ucapnya sambil membukakan pintu mobil untukku dan aku masuk kedalam mobil.
Setelah ia sudah masuk kedalam mobil juga barulah aku membalas ucapannya "Sungguh?"
"Iya.. Jika mereka tidak menyenggol luka ku maka aku tidak akan membuat masalah apapun." Nah, itulah masalahnya.
"Masalah apa yang akan kau lakukan jika mereka menyenggol lukamu?" Tanyaku penasaran.
Ia menoleh menatapku kemudian kembali menatap lurus kedepan untuk fokus mengemudi.
"Aku akan menindasnya." Ah, itu keterlaluan.
"Kau tidak boleh melakukan itu." Aku membalas ucapannya cepat. Aku hanya memberitahunya. Itu akan menjadi masalah besar jika ia menindas anak-anak yang memiliki kasta paling atas. Mereka akan menuntut Nick.
KAMU SEDANG MEMBACA
You Are Mine Ms.Nelson
RomanceTatapan yang tajam dan gelap itu sangat menusuk mataku. Baru kali ini aku melihat seorang pria yang menatapku dengan tatapan tajam dan penuh kebencian. Ditambah lagi, posisiku sekarang sedang terpojok, pria itu mengunci kedua tanganku ditembok denga...