10. Salah Paham

302 37 3
                                    

yang di mulmed adeknya daffa ya si angel 


"Assalamu'alaikum" nana memasuki rumahnya dan orang pertama yang ia cari adalah dinda sang bunda.

"Wa'alaikumsallam. Kamu kok baru pulang sayang?" tanya dinda yang muncul dari arah dapur. Nana berjalan menghampiri dinda dan memeluk bundanya itu dengan erat.

"Eh! Kamu kenapa sayang?" tanya dinda sambil mengelus rambut panjang putrinya itu. "Sebentar aja bun" beginilah nana terkadang sifat manjanya bisa muncul dimana saja dan kapan saja.

Setelah nana melepaskan pelukan dinda, dinda mengajak putrinya itu untuk duduk di ayunan yang berada ditaman belakang rumah mereka. Dia yakin putrinya ini sedang tidak baik-baik saja.

"Ada yang mau kamu ceritakan ke bunda sayang?" dinda mengelus puncak kepala nana dengan lembut meberikan kenyamanan bagi putrid semata wayangnya itu.

"Ketakutan nana terhadap darah bisa sembuh bun?" dinda sedikit terkejut mendengar putrinya itu membicarakan mengenai phobia yang dialaminya.

"Bisa sayang. Kamu bisa ikut terapi untuk menyembuhkannya. Kenapa kamu tiba-tiba bertanya?"

"Tadi ada kecelekaan yang hampir menimpa nana disekolah bun"

"Astaga! Kecelakaan apa maksud kamu?Tapi kamu tidak terluka kan na?" tanya dinda panik.

Nana menggelengkan kepalanya "Enggak bun. Nana baik-baik aja. Tapi daffa-"

"Daffa? Oh teman kamu yang sering jemput kamu itu? kenapa dia?" tanya dinda penasaran ketika melihat raut wajah nana berubah sedih.

"Tadi saat jam istirahat tiba-tiba saja pot bunga dari lantai 4 jatuh dan hampir mengenai nana tapi saat itu daffa langsung meluk nana dan akibatnya daffa yang tertimpa pot tersebut bun. Dan saat itu daffa mengeluarkan banyak darah bun" dinda segera mengenggam erat tangan putrinya untuk memberikan kekuatan agar putrinya tidak terlalu sedih saat menceritakan kejadian itu padanya.

"Tapi saat itu phobia nana hampir tidak kambuh bun, saat nana melihat darah daffa yang mengalir dari kepalanya dan melihat daffa yang tak sadarkan diri nana segera menaruh kepala daffa dipangkuan nana. saat itu tangan dan seragam nana sudah penuh dengan lumuran darah. Itu pertama kalinya nana bisa melihat darah untuk waktu yang cukup lama walau akhirnya nana tetap pingsan"

Dinda langsung memluk putrinya itu ia tau betapa ketakutannya putrinya itu saat melihat darah dari daffa tapi ia sedikit bersyukur setidaknya nana sudah bisa mengendalikan rasa takutnya terhadap darah walau hanya sesaat. Tapi itu sebuah kemajuan.

"Kamu mau tau alasannya kenapa sayang?"

"Apa bun?"

"Rasa khawatir kamu terhadap daffa yang membuat kamu lupa akan phobia kamu. Walaupun tidak lama tapi kamu bisa mengatasinya" nana terdiam mendengar penjelasan dari dinda.

Apa gue beneran segitu khawatirnya sama daffa?

"Jadi bagaimana kondisi daffa?" tanya dinda setelah melepaskan pelukannya.

"Dia udah baik-baik aja kok bun. Kepalanya terluka dan sudah mendapat jahitan"

"yasudah kamu mandi sana. Udah sore abis itu istirahat kamu pasti lelah"

"Ayah belum pulang bun?"

"Belum. Sepertinya malam ini ayah kamu tidak pulang. Ada hal penting yang masih harus diurus" nana menganggukkan kepalanya dan segera masuk kekamarnya untuk membersihkan dirinya dan juga pikirannya yang dipenuhi oleh 'pacar' nya itu.

Chocolate CrushTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang