Nana masih setia duduk diayunan yang ia duduki beberapa saat lalu bersama mita. Wanita itu sudah kembali masuk kedalam rumah tapi tidak dengan nana yang masih ingin sendiri saat ini.
Drrt drrt
"Iya bun?" nana menerima panggilan telepon dari sang bunda.
"Sayang untuk dua hari kedepan kamu menginap dirumah daffa aja ya sayang!"
"Hah? maksud bunda?" nana kaget mendengar perintah dinda atas alasan apa dia menyuruh anak gadisnya ini untuk tinggal dirumah daffa selama dua hari pula.
"Maafin bunda ya sayang. Kebetulan bunda dan ayah ada urusan mendadak yang mengharuskan kami untuk pergi ke singapur. Bunda takut kalau kamu sendirian dirumah. Lebih baik kamu tetap dirumah daffa aja ya biar bunda tenang"
"Tapi bun-" rengek nana berusaha membuat dinda membatalkan perintahnya.
"Enggak usah protes! Yaudah see you sayang"
Nana menghela nafas berat saat panggilan telepon terputus. Ia benar-benar bingung bagaimana bisa prang tuanya membiarkan putrinya itu menginap dirumah seorang pria yang belum lama mereka kenal?
Dengan langkah gontai nana berjalan masuk kedalam rumah daffa dia harus memberi tahu mita kalau dia akan menginap dirumah ini dan meminta ijin pada wanita pemilik rumah egah ini.
"Tunggu? Kamar tante mita disebelah mana ya tadi?" nana melihat sekelilingnya mencoba mengingat dimana posisi kamar mita tapi sepertinya ia tersasar(?) didalam rumah daffa. Ia melangkahkan kakinya menaiki lantai 3 rumah ini dimana terdapat sebuah kamar "Mungkin itu kamar tante mita" nana memantapkan langkahnya menuju kamar itu.
Tok tok tok
Tidak ada jawaban dari dalam sana, nana dengan perlahan membuka pintu itu dan melihat apa ada penghuninya atau tidak. Kakinya membawanya semakin masuk kedalam kamar tersebut nana merasa kagum dengan interior dikamar ini. Hitam dan putih menjadi warna dominan di kamar ini. Ia sedikit ragu ini kamar milik mita.
"Ah- jadi ini kamar daffa" ucap nana yakin saat melihat dua buah frame yang tergantung di dinding kamar daffa.
Tapi bukan itu yang menjadi fokus nana tapi sebuah frame berwarna putih berukuran sedang yang terletak diatas meja belajar daffa. Nana mengambil bingkai yang berisikan foto seorang pria berusia sekitar 30 tahunan itu.
"Gue kayak pernah lihat tapi dimana ya?" saat nana mengamati wajah pria yang ada difoto itu ia merasa sangat tidak asing dengan wajah itu tapi ia sama sekali tidak mengingat dimana dan kapan persisnya ia melihat sosok itu.
"Itu bokap gue" nana terpelonjak saat suara daffa terdengar ditelinganya nana dengan cepat menaruh kembali foto itu.
"Lo ngapain dikamar gue?" tanya daffa.
"Gue nyasar hehehe" jawab nana dengan cengiran diwajahnya.
"Nyasar?"
"Iya abisnya rumah lo ini gede banget daff. Oh iya kamar nyokap lo dimana?"
"Di lantai satu. Kenapa?" tanya daffa heran.
"Gue mau minta ijin untuk nginap dirumah lo selama dua hari kedepan soalnya bu-"
"Nyokap gue udah tau. dan udah ngasih ijin buat lo tinggal disini" potong daffa yang membuat nana terkejut dari mana pria ini tahu kalau ia sedang dititipkan(?) dan seolah bisa membaca pikiran nana, daffa menjawab pertanyaannya
"Nyokap lo tadi telpon gue. Kalau lo akan tinggal disini selama dua hari kedepan" jelas daffa yang membuat nana terperangah.
"Nyokap gue? tau dari mana dia nomor lo?" tanya nana bingung dan daffa hanya mengangkat kedua bahunya sebagai jawaban.
KAMU SEDANG MEMBACA
Chocolate Crush
Teen Fiction"Semudah coklat yang mampu membuatmu tersenyum setiap kali memakannya. Semudah itu juga senyummu mampu membuatku jatuh cinta disetiap harinya." Kisah cinta dua insan dari dua watak yang berbeda. Adena dengan kegilaannya dnegan coklat dan dengan trau...