A&A-01

1.5K 128 11
                                    

Semua memang asing. Bahkan sesuatu yang kita kenali, berawal dari asing.”

°•°

Sinar matahari pagi menyelinap masuk melewati jendela sehingga sedikit sinarnya memasuki kamar dan mengenai wajah Luna. Gadis itu menggeliat bersamaan dengan tangannya yang meraba sekitar untuk mencari sesuatu.

Matanya yang masih ingin terpejam ia paksa terbuka, melirik ponselnya yang menunjukan pukul setengah tujuh pagi. Ia lalu berdecak, mendengar pintu kamarnya diketuk cukup keras dari luar. Dengan kantuk dan kepala yang sedikit pusing, Luna bergegas ke kamar mandi. Hanya sekedar cuci muka dan menyikat gigi. Ia lalu segera mengganti pakaiannya secepat kilat. Apapun yang ia kenakan sekarang ia tak peduli. Bahkan, ia tak menyadari dengan apa yang ia kenakan sekarang. Ia terlalu terburu-buru.

Orang yang berada di luar kamarnya masih setia mengetuk pintu. Berteriak memanggil namanya. Tapi ia tak peduli.

“Luna, kamu sudah bangun belum? Luna?”

Tanpa memperdulikan dirinya yang masih jauh dari kata rapih, Luna mengenakan sendal tidurnya seraya mencoba membuka jendela kamarnya. Sedikit demi sedikit, berhati-hati agar suara decitannya tak sampai terdengar orang yang berada di luar sana.

“Luna?? Kamu dikamar kan??”

Ia semakin terserang rasa gugup. Jendela masih sulit untuk terbuka. Karna kesal. Ia mendorong kencang jendela itu, sehingga suara decitannya terdengar keras.

“Luna?!”

Terdengar seseorang yang sedari tadi memanggilnya mulai membuka pintu kamarnya. Pasti menggunakan kunci cadangan. Ia lupa, semalam seharusnya ia juga menyembunyikan kunci cadangan itu.

Karna suasana semakin menegang. Luna dengan cekatan melompat keluar melalui jendela. Ia lupa untuk menutup kembali jendelanya. Sampai-sampi orang itu berteriak. “Luna! Kamu mau kemana??”

Luna berlari cepat, dadanya bergerumuh bersamaan dengan orang yang di belakangnya berteriak memanggilnya terus menerus. Untung saja motornya terparkir di depan teras, sehingga ia tak perlu membuang waktunya untuk membuka garasi. Orang yang tadi memanggilnya sudah mulai dekat.  Luna segera menyalakan motornya dan melaju cepat.

Ia terus melajukan motornya sampai ia benar-benar merasa aman. Ia melirik kaca spionnya. Sudah tak ada siapa pun yang mengikutinya. Hingga akhirnya ia dapat melepas napas lega.

Sebenarnya yang mengejarnya tadi adalah papanya.

Hari ini seharusnya menjadi hari yang bahagia. Namun tidak untuk Luna. Hari ini Papa akan menikah, dengan wanita yang bahkan jika mendengar namanya saja Luna sudah tak suka. Wanita itu janda, memiliki seorang putri. Umur putrinya sepantaran dengan Luna. Sebenarnya wanita itu selalu bersikap baik pada Luna, tapi tidak tahu pasti bila ia sudah menjadi istri Papa. Firasat Luna mengatakan bahwa wanita itu seperti ular. Luna yakin, tampangnya yang ramah tak kontras dengan isi hatinya yang sesungguhnya. Luna sudah sering mengatakan hal itu pada Papa dan kakaknya Zoya. Tapi mereka selalu saja mengatakan bahwa Luna berlebihan.

Sekarang ia bingung harus kemana. Motornya terus melaju tanpa arah. Sebenarnya satu tempat sudah terpikirkan di kepalanya. Ia tersenyum. Tiba-tiba saja ia merindukan laki-laki itu. Sepertinya sudah dua minggu ia tidak bertemu.

Altair & Aquila Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang