^•^
Jika dihitung hari, ini sudah hari ke-tujuh dimana Luna sudah tidak lagi berhubungan dengan Rama, atau tidak sama sekali. Meski mereka satu kelas, jarak yang Luna berikan cukup berpengaruh untuk menerbakan rumor rumor satu sekolah. Dari yang dulu beredar timeline 'Luna si gadis keras kepala yang masih nekad mengejar-ngejar sang Pangeran es' lalu 'Gadis keras kepala itu ternyata dapat meluluhkan hati sang pangeran es' hingga 'Putusnya hubungan antara si pangeran es dan si keras kepala'.
Luna sih tidak terlalu peduli. Bahkan sejak dulu pun Luna tidak pernah ambil peduli. Malah yang ada dipikirannya sekarang pun bukanlah rumor rumor tentangnya saat ini. Namun, hilangnya seseorang yang kini telah genap tujuh hari tanpa kabar.
Gama sejak hari dimana ia mengajaknya bermain skateboard dan pergi begitu saja hingga kini Luna tak pernah melihat batang hidungnya. Bahkan saking penasarannya tentang kabar laki-laki itu, Luna rela setiap hari datang ke kelasnya dan mencari informasi. Meski semua jawaban dari teman-teman sekelasnya selalu sama.
Gama izin sekolah.
Luna selalu ingin tahu maksud dari kata 'izin' itu. Namun, beberapa dari teman sekelasnya mengatakan tidak tahu. Luna sebenarnya bisa saja datang ke kediaman laki-laki itu. Tapi, harus diingat. Luna adalah gadis yang memiliki tingkat kegengsian tinggi. Boro-boro dateng ke rumah, mau spam chat nanya kabar aja dia gengsi.
Sekarang yang bisa ia lakukan hanya menunggu. Semoga saja tidak ada yang buruk perihal Gama. Entah kenapa Luna merasa aneh belakangan ini. Aneh seperti ia tidak nyaman dengan perasaannya dan saat rasa itu muncul, selalu wajah Gama yang terlintas di pikirannya.
"Dor!"
Fani datang dan hampir membuat Luna spot jantung. Gadis itu mencebik sambil menyorot sinis ke arah Fani yang masih cekikikan tidak jelas.
"Sorry Luna, kaget ya." Fani menaruh totebagnya di atas meja. Lalu merenggangkan persendiannya sebelum menggeser kursinya sampai menghadap Luna di sampingnya. Jika sudah pada formasi seperti ini. Berarti gadis ini ingin gibah.
"Ada berita baru. Hangat. Dan pasti wow."
"Apa? Cerita si Resa lagi ngeroom sama Eja di story close friend dia? Itumah dah basi, aku dah tau duluan."
"Eh kok kamu tau."
"Tadi pagi aku gak sengaja denger Eliana teriak teriak baca berita itu."
"Eh kok kamu juga tau aku dapet close friend dia."
"Kamu pernah cerita. Udah ah, kalo bahas gituan aku males."
Luna baru ingin memutar tubuhnya menghadap kembali ke papan tulis sebelum Fani menghadang dengan ucapannya. "Kemarin sore aku liat Gama di rumah sakit."
Luna memasang wajah seakan mengatakan 'lanjut'.
"Dia di kursi roda Lun. Aku gak tau pasti sih itu bener dia atau bukan, karena aku juga liatnya dari belakang. Tapi I'm pretty sure that's him."
"Salah liat kali kamu." Luna mengibaskan jari, "gak mungkin dia di rumah sakit, ngapain coba?"
"Mungkin... dia sakit?"
"Terakhir aku liat dia baik-baik aja kok." Luna bicara dengan sedikit gamang. Entah bagaimana perasaannya skeptis sendiri. Apa jangan-jangan terakhir kali pertemuannya dengan Gama, laki-laki itu sedang tidak baik-baik saja?
KAMU SEDANG MEMBACA
Altair & Aquila
Teen FictionLuna berpikir, hidupnya tak jauh beda seperti bulan sabit. Redup, sendiri, dan tak utuh. Padahal, jauh dari kehidupannya masih ada yang memiliki kekelaman yang lebih kejam darinya. Luna tidak tahu, ia hanya berpikir. Hanya dirinyalah yang paling me...