A&A-09

329 31 2
                                    

“Ada rahasia yang belum kamu ketahui.”

°•°

“Pilih.”

Luna terdiam sambil memperhatikan dengan serius dua kartu yang berada di kedua tangan Gama. Matanya bergerak ke kanan-kiri. Terus seperti itu dalam jangka waktu beberapa detik sampai akhirnya ia jatuhkan pilihannya pada kartu di sebelah kiri. “Ini deh.” Tunjuknya.

Gama tersenyum yang mana menimbulkan artian aneh pada Luna. “Liat ya?” ia lalu membuka kartu itu dengan perlahan sambil tertawa. Membuat Luna ingin segera melihat isi kartu itu. Ia melengok, mendekatkan sedikit wajahnya ke hadapan Gama. Ia penasaran.

“Apaan sih?? Liat dong.”

“Nih.” Gama lantas memperlihatkan kartunya pada Luna. Dan gadis itu mengkerutkan dahi. “Harus... mau... di ajak jalan sama... Gama,” Luna mengeja kalimat yang tertera di kartu itu. Ia lalu mendongak, menyipitkan mata seolah bertanya, “Maksudnya apa?

“Kamu masih gak ngerti?”

Luna menggeleng.

Gama lalu menghembuskan napas. “Luna, kata kartu ini. Kamu harus mau di ajak jalan sama Gama.”

“Kalo aku gak mau?”

“Kamu bisa pilih kartu yang lain.” Luna sempat menyipit ragu sebelum akhirnya ia memilih kartu yang ada di sebelah tangan kanan. Gama membukanya, dan langsung memperlihatkannya pada Luna. “Dalam hitungan ke-lima harus bilang iya,” Luna mengeja lagi kalimat di kartu yang lainnya.

“Siap ya? Dalam hitungan kelima kamu harus bilang iya.”

Luna menautkan alisnya. “Cuma itu?”

Gama mengangguk. “Siap ya? Satu... dua... tiga... empat... lima.”

“Mau jalan ga?”

“Iya.”

“Oke nanti jam tujuh malam aku ke rumahmu.”  Gama berkata cepat lagi setelahnya. Ia lalu berdiri, mengacak rambut Luna sebentar sampai akhirnya ia berlari meninggalkan Luna yang masih merasa bingung.

Luna terdiam cukup lama. Sampai kemudian ia tersenyum. Laki-laki itu memang aneh. Namun keanehannya itu yang membuatnya terlihat unik seperti sekarang. Belum ada lho laki-laki yang menyatakan pertemanan dengan cara unik seperti Gama. Menjadikan bintang dan bulan sebagai alasannya. Luna senang. Mungkin Tuhan memang memberikan Gama untuknya. Dimana kini, kehidupannya memang butuh seseorang seperti Gama.

Tapi... tunggu dulu.

Memang laki-laki itu tahu dari mana alamat rumah Luna?

Luna menghedik. Seperti yang dikatakan sebelumnya. Laki-laki itu unik.

Luna lalu beranjak ketika bel masuk berbunyi. Omong-omong, hari ini Fani tidak masuk sekolah. Dikarenakan neneknya yang tinggal di Bandung baru saja masuk rumah sakit. Kemungkinan akan cukup lama Fani tidak masuk sekolah. Dulu, jika Fani tidak masuk sekolah karena alasan lainnya. Luna pasti akan tidak semangat ke sekolah. Jadi, ia akan ikut-ikutan tidak masuk. Alasannya, karena ia akan bosan tidak ada teman mengobrol di kelas. Tahu sendiri, Luna tidak punya teman dekat di sekolah ini kecuali Fani. Tapi, untuk hari ini. Alasan itu tidak Luna gunakan lagi. Kalian pasti tahu kenapa.

Benar. Karena sekarang Luna punya Gama.

°•°

Eliana senang dengan sekolah barunya saat ini. Ia mendapat banyak teman. Temannya juga baik-baik. Gurunya apalagi. Suasana sekolahnya juga enak. Dan yang paling menyenangkan adalah, ternyata ia satu sekolah dengan laki-laki itu. Eliana sering menyebutnya manusia tembok. Habisnya ya, laki-laki itu benar-benar kaku banget. Apalagi saat Eliana baru bertemu laki-laki itu. Judes banget deh. Senyum sedikit saja tidak ada. Tapi....

Altair & Aquila Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang