°•°
Luna kira Rama akan melarangnya. Ternyata sejak tadi laki-laki itu hanya diam. Bahkan menjawab pertanyaan Luna hanya sekedarnya. Rama tidak pernah marah seperti ini padanya. Mm... terdengar berlebihan padahal ia baru pacaran satu minggu. Namun, sungguh Luna ketakutan sendiri. Bagaimana jika nanti Rama memutuskannya? Lalu, Eliana senang mendengar berita ini, Eliana dan Rama berpacaran, Eliana mengolok-oloknya. Ahh tidak-tidak!! Lebih baik menolak ajakan Gama kalau seperti ini.
"Maaf Gam, aku gak bisa ikut kamu."
"Kenapa?" Rama tiba-tiba menyahut dari belakang. Laki-laki ini kebiasaan banget selalu menjawab pertanyaan yang bukan untuknya. Ini sudah jam bubaran sekolah. Biasanya Rama sudah menariknya untuk pulang bersama. Namun kali ini tidak. Tidak tahu kenapa Rama tidak seperti biasa. Ah sudah dikatakan tadi. Rama marah dengannya.
"Kamu nanya sama aku?"
"Iyalah."
"Karena...."
"Udah ikut aja. Temenin dia."
"Gak papa?"
"Jangan banyak nanya. Gue cepet berubah pikiran."
"Thank you." Gama langsung menarik tangan Luna. Dan bodohnya Luna diam saja. Selama perjalanan, Luna kembali mengambil atensi orang-orang di sana. Mungkin mereka heran, atau sedang merangkai kata-kata hinaan untuk Luna. Pasalnya, saat Luna baru berpacaran dengan Rama satu sekolah langsung heboh. Para penganggum Rama langsung menyindir-menyindirnya seolah Luna adalah seorang pelakor yang baru saja merebut pujaan hati mereka. Tapi memang iya. Dan sekarang Luna berjalan beriringan dengan Gama. Bagaimana mereka tidak panas. Sudah Rama kini giliran Gama yang mau direbut juga. Sudah mereka berjalan sambil berpegangan tangan.
Apa berpegangan tangan!?
Luna menyadari itu. Ia lantas melepas tautan tangan Gama dari jarinya. Lalu seolah baru tersadar dari sebuah hiponotis. Luna memukul lengan Gama. "Kamu mau ngapain sih!?"
"Ajak kamu pulang? Ke rumah aku." Gama berbicara dengan sedikit ragu.
Luna memijat alisnya. Ia lalu menelpon Rama namun tidak diangkat. Mengirimkannya pesan namun tidak dibalas. Sekarang Luna bingung ia harus apa. Ia tak mau hubungannya retak hanya karena laki-laki dihadapannya ini. Ini masih terlalu cepat.
Tapi... Rama tadi sudah mengizinkannya. Dia jadi semakin bingung. Aduh... Fani kemana lagi. Di saat-saat seperti ini mengapa dia harus tidak ada sih.
"Lun, kamu masih lama? ini kita di tengah jalan lho."
Luna berdecak lalu melangkah cepat mendahului Gama. Kesal. Ia kesal sekali dengan Gama.
^•^
Kenapa bukan gue yang Rama suka?
Satu pukulan dia layangkan.
Kenapa Luna?
Satu pukulan dia layangkan.
Kenapa cewek cupu itu?
Kenapa bukan gue yang bertahun tahun bersama dia!?
Kenapa!?
KAMU SEDANG MEMBACA
Altair & Aquila
Teen FictionLuna berpikir, hidupnya tak jauh beda seperti bulan sabit. Redup, sendiri, dan tak utuh. Padahal, jauh dari kehidupannya masih ada yang memiliki kekelaman yang lebih kejam darinya. Luna tidak tahu, ia hanya berpikir. Hanya dirinyalah yang paling me...