A&A-06

385 56 0
                                    

That's because I wanna be your favorite boy
I wanna be the one that makes your day
The one you think about as you lie awake”

—Rex Orange County, Best Friend


°•°

Luna mengintip lewat celah jendela kamarnya. Terdengar Suara deru motor yang sudah ia hapal di luar kepala. Ia lalu mendengus ketika melihat Akash berjalan dengan sekantung jinjingan di tangannya. Luna lalu berbalik, melangkah untuk membukakan pintu. “Untuk apa kamu kesini? Merayuku?”

Akash tertawa. “Pede banget sih. Tapi... memang iya sih.” Akash mengangkat jinjingannya, yang ternyata isinya segelas macha latte kesukaan Luna.

Luna langsung merebut. Bibirnya sedikit berkedut menahan senyum. “Masuk. Tapi jangan geer kalau aku sudah tidak marah padamu.”

Akash tertawa pelan sambil mengikuti Luna dibelakang. “Sepi, yang lain kemana?”

“Kalau Papa sudah pasti bekerja, kak Zoya belum pulang.”

“Yang lain?”

“Jangan tanyakan padaku. Aku tidak tahu.”

Akash tertawa kecil seraya menjajarkan langkahnya dengan Luna. Lalu sesampainya di ruang tengah, tanpa Luna perintahkan, Akash segera menempati sofa disana. “Malam ini, kamu hanya di rumah?”

Luna ikut duduk di hadapannya, sambil meminum macha latte yang dibawakan Akash tadi. “Menurutmu, aku harus kemana?”

“Ke kafeku?”

Luna mengangguk. “Yuk. Nanti kamu yang izin ke papa.”

Tiba-tiba terdengar suara langkah kaki dari arah tangga. Akash dan Luna sontak menoleh. Di sana berdiri seorang gadis berkaus oblong dengan celana pendek seatas lutut, dan rambut yang tercepol acak. Menyengir ke arah mereka. “Hai,” sapanya.

Luna memutar bola mata. “Jangan tanya dia siapa.”

Akash tersenyum, niat menjahili Luna seketika melintas di otaknya. “Hai. Namamu siapa?”

Luna melotot pada Akash. Namun, Akash malah tertawa. Menyebalkan.

Gadis itu tersenyum, sambil melangkah mendekati mereka. “Aku Eliana. Adik Luna.” Eliana mengulurkan tangannya pada Akash.

Akash menerima. “Adik? Memang umurmu berapa?”

Eliana menempati sofa di samping Luna, ia lalu merangkul Luna tanpa izin. “Tidak jauh. Kita hanya berbeda tiga bulan.”

Akash lalu mengangguk. Sedang Luna, sibuk menjauhkan tangan Eliana dari pundaknya. Ia lalu berdiri. “Aku akan ganti baju. Kamu bisa tunggu aku di luar,” Luna melangkah. Namun, saat tahu Akash tidak bergerak. Ia menoleh, “aku bilang. Tunggu di luar. Kenapa masih di sini?”

“Kenapa harus di luar? Aku ingin di sini, mengobrol sama Eliana.”

Luna berdecak, “Terserah.”

Tidak lama, Luna kembali dengan pakaian yang berbeda dari sebelumnya. Ia menatap sebal Akash yang tengah asyik tertawa bersama Eliana. Entah apa yang tengah di bicarakan sampai se-asyik itu. Luna lalu memanggil Akash, membuat pembicaraan itu berhenti. “Sudah?”

“Menurutmu?”

“El, kurasa kamu memang queen of the riddle.” Tanpa mengubris Luna. Akash kembali bicara pada Eliana.

Eliana tertawa. “Berlebihan.”

“Serius. Kurasa, baru kali ini aku menemukan teka-teki sesulit itu.”

Altair & Aquila Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang