Ayu sedang menyiapkan sarapan untuk keluarganya. Ayah dan ibu mertuanya sudah duduk di bangku masing-masing. Ia duduk di hadapan ibu mertuanya. Di samping kiri, sudah ada Della yang sedang asyik menyantap nasi goreng buatannya. Tak lama, Rangga ikut bergabung sarapan dengan yang lainnya.
“Selamat pagi,” ucap Rangga, kemudian duduk di sebelah Della dan mencium pipi putrinya.
“Pagi, Ayah,” balas Della. “Antar Della lagi kan, Yah?” tanyanya.
“Tentu saja, Sayang,” balas Rangga sambil mengelus lembut rambut putrinya.
Ayu hanya bisa tersenyum melihat interaksi keduanya, sudah beberapa hari ini Della selalu berangkat dan pulang dari playgroup dengan senyum lebar. Gadis kecil itu senang sekali saat Rangga mengantar ke sekolah saat pagi hari, dan bisa memperkenalkan kepada teman-temannya. Ayu maklum, putrinya itu selalu iri kepada teman yang selalu diantar oleh ayah atau ibunya bergantian.
Ayu beranjak mengambilkan sarapan untuk suaminya. Ia sempat melirik ke pakaian yang dikenakan Rangga. Dia mengenakan pakaian yang telah disiapkannya tadi pagi. Tersenyum kecil, setidaknya Rangga tidak pernah menolak perhatiannya ataupun bersikap dingin.
“Terima kasih,” ucap Rangga, saat menerima uluran sepiring nasi goreng dari tangan Ayu.
“Ini, telur ceplok setengah matangnya.” Ayu kembali mengambilkan telur di piring kecil yang sudah ia siapkan, favorit Rangga.
“Kamu juga makan, Yu,” balas Rangga saat telur itu mendarat di atas nasinya. Ayu mengangguk.
Suasana pagi itu masih normal seperti hari biasa, tidak ada yang berbeda dari sikap Rangga ataupun Ayu. Masing-masing pintar menutupi apa yang sedang berkecamuk di hati, sehingga orang tua Rangga tidak menaruh kecurigaan sedikit pun. Seperti biasa Ayu akan mengantar Della dan suaminya sampai di depan pintu lalu mencium punggung tangan suaminya, dan kemudian Rangga pun berangkat dengan Della, mengantarkannya ke sekolah.
***
Siang itu setelah menjemput Della pulang sekolah, Ayu pergi menuju kedai yang menjual es krim terenak di kota ini. Jessi yang sedang hamil, mengajaknya dan Della untuk bertemu di kedai itu. Ingin mentraktir Della katanya, sekaligus menuntaskan ngidamnya. Tentu saja ajakan itu disambut baik oleh putri kecil Ayu, karena es krim adalah makanan favoritnya.Hari ini restoran sedang tidak menerima orderan besar, jadi ia bisa leluasa memercayakannya kepada pegawai yang lain.
“Rasa es krim ini enak banget, Bunda. Boleh nggak Della belikan satu untuk Ayah? Oh iya, Nenek dan Kakek juga pasti suka kalau di belikan ini,” pinta Della.
“Eyyy… Kalau kamu belikan ini buat ayahmu, pasti nanti es krimnya sudah mencair di perjalanan. Mana enak lagi dimakan,” ucap Jessi.
“Betul, sayang. Lebih baik nanti kita ajak Ayah, Nenek dan Kakek untuk makan es krim di sini, ya?” bujuk Ayu.
“Ohh, gitu ya? Baiklah. Nanti Della suruh Ayah belikan es krim lagi di tempat ini ya, Bunda?” jawab Della
Ayu tersenyum melihat putrinya yang pintar. Di usianya yang hampir empat tahun, dia memiliki banyak kelebihan dibandingkan anak-anak seumurannya. Terutama kemampuan verbalnya. Gen keluarga Aditya, tampak turun dominan di tubuh Della. Garis wajah oriental dengan mata bulat besar, pipi tembam, dan bibir yang mungil.
Dia cantik seperti ibunya.
“Hai … kamu Ayu kan? Jessi?” Sapa seorang wanita, yang berdiri di samping meja Ayu.
“Dessi ya?” tanya Jessi lagi, melihat wanita cantik di hadapannya yang semakin cantik dengan balutan busana kantor yang pas melekat di tubuhnya, sementara itu Ayu hanya tersenyum melihat wanita yang pernah beberapa kali terlihat bersama suaminya itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Ayudia (Repost)
RomanceAyu berusaha mempertahankan pernikahannya yang telah berusia lima tahun seorang diri. pernikahan yang sengaja dirancang sedemikian rupa leh ibu mertuanya yang memiliki maksud tertentu kepada dirinya. ia sudah berusaha yang terbaik untuak anak dan su...