Ayu 08

29.7K 1.9K 46
                                    

Ayu masih terduduk di lobi rumah sakit. Terapinya sudah selesai sejak dua jam lalu, tapi ia masih duduk manis di sofa lobi menunggu sang suami. Ia masih berharap, Rangga menepati janji untuk menjemputnya saat ia sudah selesai terapi. Pesan sudah dikirimkan ke ponsel suaminya sejak dua jam lalu, tapi belum ada tanda telah dibaca olehnya.

Sebenarnya apa yang yang sedang dilakukan Mas Angga? Ke mana mereka pergi?

Ayu menatap kembali ke ponselnya, chat pesan belum dibaca juga sampai sekarang. Ia lalu men-dial kembali nomer ponsel Rangga. Panggilan itu tersambung, tapi tidak diangkat oleh pemiliknya. Ini sudah kesekian kali ia menghubungi suaminya, tapi tidak diangkat juga. Akhirnya Ayu kembali mengirim pesan untuk Rangga.


To: HusbandMas ada di mana? Aku sudah selesai terapi. Jika Mas tidak bisa menjemputku, tolong kabari aku ya. Love u.


Ayu terus menatap ponselnya, menunggu tanda-tanda dari Rangga. Entah hati wanita ini terbuat dari apa, berulangkali tersakiti tidak membuatnya mundur. Kekeuh harus bertahan di kapal walau angin makin kencang menerjang, mencoba menenggelamkannya. Ia mempercayai bahwa peluangnya untuk memasuki hati Rangga kini sudah semakin lebar, semenjak hubungan mereka yang semakin membaik.


***Rangga masih duduk di sebelah Dessi, menunggu wanita itu menyelesaikan sarapan bubur favoritnya. Matanya beredar, memandangi tempat yang tadi pagi baru saja didatanginya dengan Ayu.


Hebat sekali kau Rangga, tadi pagi kau datang bersama dengan istrimu sekarang kau datang lagi dengan kekasihmu.


Rangga tersenyum sinis, mendengarkan suara-suara yang berkecamuk di pikirannya. Entah kenapa dirinya lemah sekali menghadapi wanita. Melihat Dessi yang tampak lemah dan pucat, membuatnya iba lalu menghampiri dan meninggalkan istrinya begitu saja. Dan kini dirinya terdampar kembali di taman kota, karena terpaksa mengikuti keinginan Dessi, kekasihnya.


Dia tahu Dessi memiliki masalah lambung, dan biasanya akan kambuh saat wanita itu terlalu banyak pikiran atau kecapekan. Dan kali ini, penyakitnya kambuh lagi karena dirinya. Dessi yang tertekan dengan sikapnya yang tiba-tiba menjauh.

"Rasa bubur ini nggak berubah dari dulu, tetep yang paling enak menurutku," ujar Dessi. "Kamu tau, aku nggak makan dari kemarin sejak kamu menolak ajakan makan siangku. Malamnya ponselmu tidak aktif juga. Kamu membuatku kelimpungan seharian, Ga."


"Maaf, tapi kemarin memang aku sedang disibukkan dengan pekerjaan yang harus kuselesaikan dengan cepat. Malamnya aku sudah benar-benar lelah, dan tidak tahu kalau ponselku mati karena lowbat," balas Rangga, berbohong.


Ya, dirinya memang cepat-cepat menyelesaikan pekerjaannya karena ingin segera berkumpul dengan anak dan istrinya. Sengaja mematikan ponsel, karena hatinya ingin memantapkan diri akan keputusan yang sudah diambil itu. Mata Rangga terpaku melihat pemandangan anak-anak sekolah, yang sedang duduk-duduk dan berkumpul di taman ini. Mengingatk

an tentang masa lalunya, saat masalah itu belum menerpanya.

"Ga, aku mau nambah lagi boleh? Kamu nggak cepet-cepet, 'kan?" tanya Dessi.


Rangga melirik jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya.Baru sejam, Ayu mungkin masih di terapi.

Cinta Ayudia (Repost)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang